Empat bulan berlalu, setelah kejadian malam syahdu itu, Magika tak pernah bertemu lagi dengan Azzrafiq, dan yang tak habis pikir, setiap malam lelaki itu selalu menghantuinya melalui mimpi, seakan kejadian malam itu terus berulang setiap harinya ketika Magika tertidur.
Masih terasa sangat jelas ciumannya bersama Azzrafiq, namun sayangnya Magika tak pernah ingat dengan wajah lelaki itu, sekuat apapun dia berusaha mengingatnya.
Dia sangat salut pada Azzrafiq karena masih menghormatinya, lelaki itu tak menyentuhnya selama dirinya tak sadarkan diri, zaman sekarang mana ada lelaki yang seperti itu?
Padahal begitu banyak kesempatan untuk Azzrafiq berbuat sesuka hati padanya, tapi apa yang dilakukannya benar-benar sesuatu yang sangat langka, dan hal itu yang membuat Magika semakin kagum pada Azzrafiq yang pada saat itu mengaku namanya Edward.
"Seandainya hp aku gak ilang aku pasti bakalan cari kamu Edward, sampai ketemu di dalam mimpi." Gumam Magika yang sudah bersiap untuk tidur, dia tahu akan didatangi Azzrafiq dalam mimpinya, karena memang setiap malamnya selalu seperti itu.
***
Azzrafiq terbangun dari tidurnya dengan keadaan sekujur tubuh yang basah oleh keringat, dia bermimpi bertemu lagi dengan Magika dan kali ini, dia berhasil menaklukkannya, tapi wajah Magika tampak buram, sampai saat ini Azzafiq masih belum mengetahui keberadaan wanita itu.
"Mimpi yang sempurna, cuma kenapa muka Bella masih belum jelas?" Ucap Azzrafiq sambil tersenyum senang, sebelum beranjak dari tempat tidur, dia menggeliatkan tubuhnya.
Selama beberapa bulan ini Azzrafiq mencari tahu siapa Magika yang dia tahu itu Bella, namun tak pernah ada lagi kabar tentang wanita itu, seolah hilang bagaikan di telan Bumi.
Hubungannya bersama Bianca mulai terasa jenuh, dan semakin menjauh, hati Azzrafiq saat ini malah tertuju pada Magika. Dia selalu berharap bertemu dengan wanita itu apapun keadaannya.
Azzrafiq mengecek ponselnya yang berada di bawah bantal, tak ada notifikasi pesan dari Bianca, kekasih yang telah dia pacari hampir dua tahun lamanya.
"Kemana sih tuh anak? Ngilang terus, giliran diputusin langsung muncul beserta khodamnya." Gerutu Azzrafiq.
Lagi-lagi Bianca mengabaikannya, perasaan tidak karuan menemaninya pagi ini, bukan karena Bianca tetapi karena dia baru saja memimpikan Bella, dengan malas Azzrafiq turun dari tempat tidurnya dan melangkah menuju kamar mandi.
Azzrafiq berkaca melihat wajahnya yang tampak berantakan, dia membasuh wajahnya dengan facial wash yang diberikan oleh Bianca. Azzrafiq selalu menuruti perkataan Bianca mengenai perawatan wajahnya.
Selesai mandi, dia berpakaian seadanya, dia memakai kaus oblong yang dibalut dengan jaket jeans dan celana jeans yang sobek di lututnya, peraturan kampus mengharuskan untuk memakai pakaian rapi, jika ingin menggunakan kaos pun harus yang berkerah, tapi Azzrafiq tak memedulikan aturan yang satu itu.
"Yakin lo, ke Kampus pake baju gituan?" Tanya Yoga teman satu kost nya.
"Palingan juga kalo Dosen ngeliat gue, langsung diusir." Jawab Azzrafiq pasrah.
"Niat gak sih lo kuliah?"
"Kagak, gue berangkat dulu."
"Kenapa sih tuh anak? Mendung muluk mukanya." Gumam Yoga.
Azzrafiq keluar dari kost nya, dan berjalan menuju kampus, beberapa orang yang mengenalnya menyapanya sepanjang jalan. Begitu juga para wanita yang mengagumi ketampanannya tak terlewat menyapanya.
"Azzrafiq." Sapa seorang wanita ketika Azzrafiq berjalan menuju Gedung perkuliahan.
Azzrafiq mendongakkan kepalanya barangkali saja dia mengenali orang yang menyapanya. Ternyata dia tak kenal, wanita itu mendekatinya dan memberikan sebuah papper bag padanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Secret Lover
أدب المراهقينMagika dan Azzrafiq bertemu tak sengaja di sebuah cafe, saat Magika sedang melakukan tantangan dari permainan Truth or Dare yang dia mainkan bersama teman-temannya. Hanya dalam satu malam saja, Magika mampu membuat Azzrafiq bertekuk lutut, mereka m...