Setelah selesai dengan wara-wiri dari KOMDIS, akhirnya peserta ospek diperintahkan untuk tidur, karena tahu akan dibangunkan satu jam lagi, semua peserta tak ada yang mengganti pakaiannya, mereka tidur apa adanya dengan baju yang sudah seharian dipakai.
Satu jam berlalu, KOMDIS membangunkan para peserta ospek dengan berteriak-teriak seperti malam sebelumnya, tapi kali ini tepatnya seperti orang yang sedang kerasukkan, lebih liar dari kemarin malam.
Magika yang mulai terbiasa dengan teriakan KOMDIS, membuka matanya dengan perlahan meskipun terasa sangat lengket, melihat teman-temannya yang panik dan bangun terburu-buru, dia berjalan pelan-pelan karena kakinya yang masih terasa sakit akibat terpeleset di sungai.
Magika bertemu dengan Azzrafiq yang telah menunggunya di dekat tangga, lelaki itu menuntun Magika turun dari anak tangga untuk kembali berkumpul bersama teman-teman satu kelompoknya.
"Hati-hati Gee." Ucap Azzrafiq yang selalu sigap menjaga Magika.
"Duh masih ngantuk nih Azz." Gerutu Magika yang berjalan sambil menutup mata.
"Buka matanya Gee, kamu harus lihat langkah kamu." Tutur Azzrafiq sambil menuntun Magika.
"Cepat jalannya, malahan pegang-pegangan tangan." Tegur KOMDIS 7.
Seketika Magika membuka matanya, dia sangat jengkel mendengar ucapan KOMDIS dan rasa kantuknya mendadak hilang. "Kaki saya lagi cedera Kak, Azzrafiq lagi coba bantu saya bukannya pegang-pegangan."
"Oh, kamu ya yang jatuh itu, malahan jadi beban temannya." Cibir KOMDIS 7.
"Saya gak merasa terbebani sama sekali, dan yang lainnya juga mengerti, mohon untuk disaring ucapannya kakak KOMDIS yang terhormat." Tegas Azzrafiq yang turut kesal.
Magika yang mendengar ucapan dari KOMDIS rasanya ingin membalasnya, hanya saja melihat dia sudah tertinggal jauh dari teman-temanya, dia mengurungkan niatnya.
"Aku jadi beban ya Azz?" Tanya Magika merasa bersalah karena mereka berdua tertinggal.
Azzrafiq menghela nafasnya, dia memegang kedua bahu Magika mencoba membesarkan hati wanita itu."Gak usah didengerin apa kata komdis tadi, aku gak merasa terbebani sama sekali, sekarang kita susul yang lainnya yuk."
Magika mengangguk sambil berusaha tersenyum."Ayo Azz, nanti makin ketinggalan."
Akhirnya mereka berdua berkumpul dengan teman-teman yang lainnya, dan kelompok satu yang pertama keluar Aula untuk memasuki pos-pos yang sudah disiapkan oleh panitia. Di luar sangat gelap mereka hanya diberi satu lilin untuk penerangan ketika mereka berjalan menuju pos satu.
Mereka jalan berbaris di tengah gelapnya malam dengan perlahan, angin malam berhembus dengan kencang, membuat api yang menyala seketika mati. Untungnya, Acha bawa senter kecil, dan memberikannya pada Maulana yang baris paling depan untuk memberikan arahan pada anggota kelompoknya, sementara Magika dan Azzraffiq baris paling belakang.
"Pelan-pelan aja Gee jalannya." Ujar Azzrafiq seraya memegang tangan Magika yang jalan di depannya.
"Iya Azz ini juga aku hati-hati jalannya." Kata Magika sambil melihat ke atas langit.
Magika menatap langit yang gelap dan melihat bintang-bintang yang bertaburan di atas, matanya berbinar memandangi bintang yang sangat rupawan dan tampak sangat jelas dari bawah sini. Dia tersenyum, dan bintang-bintang berkelip seolah membalas senyuman darinya.
"Indah banget langit malam ini." Kata Magika kagum.
Azzrafiq melihat pemandangan yang menakjubkan di atas langit, dia juga merasa kagum dengan bintang-bintang yang bersinar lebih terang, mengajak untuk menikmati sejenak keindahan mereka.
"Iya benar, bintang malam ini berbinar lebih benderang." Ucap Azzrafiq sambil menghentikan langkahnya.
Magika seketika turut menghentikan langkahnya ketika tangannya tertahan, dia menolehkan kepalanya ke belakang, mencari tahu kenapa Azzrafiq menghentikan langkahnya?
"Coba lihat Gee bintang-bintang itu, seolah mengajak kita untuk memandang mereka lebih lama lagi."
Magika mengangguk." Bener Azz, seolah menyapa kita."
"Mereka bakalan jadi saksi perjalanan kita malam ini."
Sementara teman-teman kelompoknya telah jauh berjalan, mereka masih terdiam mengagumi ciptaan Tuhan yang sangat elok ini, keduanya membiarkan teman-teman lain nya meninggalkan mereka.
Seakan terbawa suasana, Azzrafiq perlahan mendekati Magika dan menyalakan pocket lighter untuk melihat wajahnya, kini mereka saling bertatapan.
"Tapi ada yang lebih indah dari bintang di langit." Ucap Azzrafiq sambil membelai rambut Magika.
Magika termenung menatap kedua mata Azzrafiq, wanita itu dapat melihat dengan jelas bayangannya di mata Azzrafiq, detak jantungnya seketika berdegup kencang, yang ada di benaknya saat ini hanya lelaki yang ada di hadapannya itu.
Tak ingat mengenai Azzrafiq yang telah memiliki kekasih, tak ingat dengan teman-temannya yang telah meninggalkannya, seketika semua itu lenyap dalam pikirannya.
Namun momen ini mengingatkannya pada malam ketika dirinya bertemu dengan Edward, terlebih ketika melihat mata lelaki itu lebih dalam lagi, apakah Azzrafiq adalah Edward yang Magika cari selama ini?
Tak kalah dengan Magika, detak jantung Azzrafiq pun bertalu tak seirama, di matanya malam ini Magika tampak sangat memesona dengan cahaya pocket lighter yang dinyalakannya, tak ada pikiran lain dalam benaknya selain wanita yang ada di hadapan nya ini, bahkan dia tak ingat telah ada Bianca di hidupnya, perlahan dia mendekatkan wajahnya pada wajah Magika, hanya beberapa senti lagi wajah keduanya melekat, Magika memejamkan matanya.
Tiba-tiba terdengar suara teriakan seseorang, Magika seketika membuka matanya dan Azzrafiq menarik kembali wajahnya, mereka menoleh ke kiri dan ke kanan mencari sumber suara teriakan yang mengejutkan keduanya. Lalu tiba-tiba seseorang menarik tangan Magika dari kegelapan dan membekap mulutnya, memisahkannya dari Azzrafiq.
Magika menjerit sekuatnya meskipun mulutnya dibekap, selain panik kakinya juga masih terasa sakit.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Secret Lover
Teen FictionMagika dan Azzrafiq bertemu tak sengaja di sebuah cafe, saat Magika sedang melakukan tantangan dari permainan Truth or Dare yang dia mainkan bersama teman-temannya. Hanya dalam satu malam saja, Magika mampu membuat Azzrafiq bertekuk lutut, mereka m...