Azzrafiq mencium parfum aroma bedak bayi seperti wangi ciri khas Magika di sekitarnya, dia penasaran apakah mungkin wanita itu ada di sini? Atau mungkin ada orang lain juga yang memakai aroma parfum yang sama?
Dia menoleh ke kiri dan ke kanan mencari tahu siapa yang menggunakan parfum aroma baby powder ini, karena masih penasaran dia menolehkan kepalanya ke belakang.
Magika terbelalak tak menyangka bisa bertemu dengan Azzrafiq, dari sekian banyak tempat di Bandung mereka bertemu di sini. Benar dugaannya tadi, hanya masih ragu untuk menyapa Azzrafiq.
"Azzrafiq?" Sapa Magika akhirnya.
"Magika?" Ucap Azzrafiq dengan riang.
"Kebetulan kita ketemu di sini." Magika berseru antusias.
"Atau emang takdir?"
Magika tertawa."Berat banget gitu ya kesannya kalo disebut takdir."
"Ya terima aja lah ya, kalo kita tuh emang ditakdirkan selalu bersama." Ucap Azzrafiq seraya mengambil makanan yang tersaji di meja stand. "Pantas aja aku kenal aroma wangi parfum kamu, benar aja ada orangnya."
"Mulai deh flirting lagi." Gerutu Magika.
Azzrafiq melihat ke sekeliling tempat di belakang Magika. "Kamu sama siapa Gee kesini?"
"Sama Nenek, aku nganterin Nenek arisan." Jawab Magika.
Azzrafiq terkekeh ucapannya benar jika mereka bertemu di sini memang karena takdir, lantaran dia pun sama berada di sini karena mengantar Neneknya arisan.
"Jangan bilang Nenek kita satu circle juga."
Magika menatap Azzrafiq tak percaya. "Hah? Kamu juga nganterin Nenek? Hahaha kok bisa sih?"
"Iya, aku nganterin Oma yang lagi arisan sama teman-temannya."
Mereka berdua tertawa, tak percaya dan tak pernah menduga sebelumnya akan bertemu di momen yang sama. Magika tak sangka Azzrafiq mau mengantar Neneknya arisan, dia kira anak muda seumur mereka itu sukanya nongkrong sama teman sebaya saja. Ternyata ada juga yang senasib dengannya.
"Udah aku bilang kan ini tuh takdir." Ujar Azzrafiq.
"Iya deh percaya sama kamu Azz, ikut nginep juga gak?" Tanya Magika seraya mengambil makanan dan minuman yang sudah tersedia.
"Iya aku nginep, nemenin Oma kasian kalo sendirian." Ucap Azzrafiq seraya menyantap makanannya.
"Sama dong, ternyata kita satu nasib ya, harus ngasuh nenek-nenek."
"Untungnya aku ikut, kita bisa jadi liburan bersama."
Mereka berjalan menuju meja yang masih kosong, keduanya asyik mengobrol sambil sesekali mengawasi nenek-nenek mereka yang sedang sibuk berkumpul bersama teman-temanya.
"Bandung ternyata sempit ya Gee, lagi-lagi kita dipertemukan di momen yang gak pernah kita duga sebelumnya." Seru Azzrafiq sambil makan.
Magika terdiam memikirkan ucapan Azzrafiq, seketika dia kembali berasumsi bahwa Azzrafiq adalah Edward, namun dia tak memiliki bukti apapun yang menguatkan dugaan nya, hanya firasat yang dia miliki, anehnya mengapa sampai saat ini dia sama sekali tak mengingat wajah lelaki yang dia temui pada malam itu? Kalaupun Edward itu Azzrafiq tapi mengapa lelaki itu tak mengenalinya? Apakah Azzrafiq pun sama tidak mengingat kejadian itu?
"Lagi-lagi ya? Emangnya kita pernah ketemu dimana lagi selain di kampus?" Tanya Magika coba memancing.
Azzrafiq memandangi wajah Magika, mencoba mengamatinya, melihat tatapannya yang datar, dia dapat menebak wanita itu sama sekali tidak mengingat siapa yang ditemuinya ketika malam itu, malam dimana pertama kali mereka bertemu.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Secret Lover
Teen FictionMagika dan Azzrafiq bertemu tak sengaja di sebuah cafe, saat Magika sedang melakukan tantangan dari permainan Truth or Dare yang dia mainkan bersama teman-temannya. Hanya dalam satu malam saja, Magika mampu membuat Azzrafiq bertekuk lutut, mereka m...