Magika segera masuk ke ruang tidur wanita untuk membereskan perlengkapannya. Segala macam ada di dalam ranselnya, Magika merapikan isi ranselnya dengan memisahkan pakaian kotor dan bersih, dan juga beberapa makanan yang tak termakan.
"Berat banget perasaan." Gerutu Magika.
Magika mengeluarkan semua makanan yang tak termakan untuk dibagikan pada teman-temannya.
"Dari kemaren coba Gee bagi-bagi makanan tuh." Kata Vanilla.
"Iya aku lupa, itu roti juga masih lama expired, Cuma bentukannya aja yang udah gak karuan karena aku tidurin." Jelas Magika seraya masih merapikan isi tas nya.
"Gapapa, buat nahan laper, kayaknya panitia juga udah kehabisan stock makanan, makanya gak ada sarapan pagi ini." Sahut Vanilla.
"Waaa Magika bagi-bagi sembako." Celetuk Zea, lalu mengambil roti yang masih terlihat bagus rupanya. "Oh ya semalem kamu kemana sih Gee? Kita nyariin tahu."
Magika menoleh pada Zea, mencari alasan yang tepat untuk menjawabnya."Sama temen kelompok Ze."
"Kompak amat kelihatanya kelompok kamu Gee." Sela Vanilla.
"Yaaa begitulah Nill, mencoba saling mengerti aja."
Panitia memberitahukan untuk segera turun dan berkumpul di luar, karena sebentar lagi truk yang akan menjemput mereka datang.
Magika membawa tan ranselnya dipunggungnya, dia melihat Azzrafiq di ruang tidur lelaki, dan sudah tampak kosong, hanya lelaki itu saja yang masih ada di dalamnya. Tak pikir panjang Magika masuk dan menghampiri Azzrafiq yang sedang memunggunginya.
"Iya Bi maaf, aku sengaja matiin hp supaya hemat batre dan kebetulan aku cuma bawa yang sony aja, yang BB aku tinggalin di kosan, kalo gak dimatiin mungkin sekarang aku gak bisa ngabarin kamu." Jelas Azzrafiq di telepon.
"Kamu tuh ya tiga hari Fiq gak ada kabar, minimalnya kamu bilang sama aku, atau sehari bales walaupun cuma sekali, aku tuh kangen banget sama kamu, kapan kamu pulang?" Ucap Bianca dari seberang sana.
Azzrafiq mengkerutkan keningnya, bukannya Bianca sendiri yang tak pernah memberinya kabar? Tak ingin ribut di telepon, Azzrafiq menanggapinya dengan santai. "Hari ini aku pulang Bi, mungkin siang atau sore udah nyampe di kosan.
"Ok deh nanti aku ke kosan kamu ya."
"Iya, nanti kita ketemu di sana."
Mendengar obrolan Azzrafiq ditelepon, membuat Magika memundurkan langkahnya, dia tahu Azzrafiq pasti sedang berbicara dengan kekasihnya, dan hal itu menyadarkannya, bahwa dia terlalu berharap lebih pada perhatian yang Azzrafiq berikan untuknya. Magika merasa bodoh dan malu sendiri.
"Bukannya udah tahu ya kalo dia udah punya pacar? Tapi kenapa masih berharap lebih sih?" Gumam Magika seraya turun dari tangga.
Randy yang melihat Magika berjalan sendiri di tangga, langsung berlari ke arahnya, dengan sigap membantu membawakan ransel adik tingkatnya itu, Magika menoleh pada seseorang yang kini mengambil alih bebannya, seolah seperti melihat malaikat di sampingnya, hatinya yang gundah karena sebuah harapan, sedikit terobati oleh hadirnya Randy yang tersenyum tulus padanya.
"Kamu tuh ya aku cari-cari, kenapa jalan sendirian?"
"Kak Randy..." Kata Magika terharu.
Randy yang melihat mata Magika berkaca-kaca langsung mengelus kepala adik tingkatnya itu. "Mulai saat ini aku bakalan terus ada di samping kamu Gee."
Magika tersenyum melihatkan kedua lesung pipinya."Iya Kak, makasih udah bawain ransel aku."
"Sama-sama, ayo kita pulang." Tutur Randy sambil menuntun tangan Magika.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Secret Lover
Teen FictionMagika dan Azzrafiq bertemu tak sengaja di sebuah cafe, saat Magika sedang melakukan tantangan dari permainan Truth or Dare yang dia mainkan bersama teman-temannya. Hanya dalam satu malam saja, Magika mampu membuat Azzrafiq bertekuk lutut, mereka m...