81 • Menenangkan

485 71 0
                                    

Song: JKT48 - Wahai Kesatria

"NGOMONG LO ANJING JANGAN DIEM AJA! BAKAL GUE PASTIIN LO SEUMUR HIDUP NGGAK BAKAL BISA NGOMONG LAGI!" Ara terus melayangkan pukulannya dengan brutal dan sadis ke wajah Gita.

"GUE UDAH PERINGATIN BERAPA KALI SAMA LO JANGAN PERNAH MACEM-MACEM SAMA GUE!" teriaknya emosi.

"DAN GUE SAMA SEKALI NGGAK PUNYA MASALAH SAMA LO! TAPI LO SELALU MANCING DAN BIKIN MASALAH SAMA GUE!"

"JANGAN SALAHIN GUE KALAU SEKARANG LO MATI DITANGAN GUE!" Ara semakin mengeraskan rahangnya dan semakin menambah kekuatannya untuk menghajar Gita. Sorot mata gadis itu semakin menggelap. Ara sudah benar-benar tidak bisa mengontrol emosinya. Yang ada di pikirannya adalah terus menghabisi orang yang ada di bawahnya sekarang sampai dirinya benar-benar merasa puas.

Melihat Ara yang begitu menyeramkan membuat semua orang yang berada di kantin meringis. Mereka semua benar-benar tidak percaya pada Gita yang sudah berani membangunkan singa dari kandangnya. Benar-benar Gita mau cari mati! Habis riwayat Gita pikir semua orang.

Pukulan Ara semakin membabi buta ke wajah Gita. Bahkan tangannya pun sudah berlumuran darah. Gita dari tadi sudah meminta Ara untuk berhenti namun Ara tidak akan semudah itu memberhentikan apa yang sudah dimulai.

Ara yang merasa dirinya belum puas memukul Gita kini bangkit dari tubuh Gita dan mengangkat badan Gita, menahan pundak gadis tomboi itu, lalu mencekik leher gadis tersebut sampai wajahnya memucat dan uratnya terlihat dengan jelas.

Ara tersenyum menyeramkan saat menyadari mulut Gita yang komat-kamit tak jelas seperti ikan yang kehabisan napas.

Ara hendak memukul wajah Gita lagi namun seketika tertahan saat ada seseorang yang tiba-tiba memegang lengan Ara dengan lembut.

"Raa," panggil gadis itu pelan. Segera Ara mengalihkan pandangan dari Gita ke arah gadis itu. Ara terkejut ternyata yang memegang lengannya itu Chika. Ara menatap Chika dengan tatapan lembut dengan mata yang mengisyaratkan 'apa?'.

"Udah lepasin, Raa. Please, lepasin." Chika memohon pada Ara untuk berhenti memukul Gita yang sudah pingsan bahkan Gita hampir tidak bisa bernapas.

"Raa please udah," ucap Chika lagi.

"Minggir Ica, aku mau bunuh dia!" ucap Ara tak karuan.

"Sayang jangan kayak gini," lirih Chika takut melihat tatapan mata Ara. Baru kali ini Chika melihat Ara murka seperti ini ia takut tatapan mata Ara bahkan wajahnya pun memerah penuh kebencian.

"Sayang udahan ya," suara lembut Chika memasuki kedua telinga Ara dengan begitu sempurna. Secara perlahan Ara melepaskan cengkeraman tangannya dari leher Gita.

"Sayang liat mata aku," tangannya langsung menangkup wajah Ara untuk melihat ke arahnya.

Tatapan mereka bertemu. Lama saling bertatapan akhirnya Ara mulai tenang yang tadinya ia sangat menyeramkan seperti monster kini berubah menjadi seperti biasa lagi.

"Please jangan kayak gitu lagi Raa, aku takut. Aku sayang sama kamu Raa," ucap Chika sangat lembut. Namun Ara masih diam.

"Jangan lagi please," lirih Chika sebulir air mata lolos keluar dari mata indah Chika.

Ara menatap wajah Chika sontak terkejut melihat gadis itu menangis.

"I-Ica,"

"Jangan lakuin itu lagi. Aku sayang kamu," ucap Chika dengan tatapan hangat dan lembut. Dan selanjutnya Chika memeluk tubuh Ara. Ara pun membalas memeluk Chika dengan erat.

"Jangan kayak gitu lagi ya? Aku takut. Kamu kaya gitu udah buat aku sakit." Sebuah ciuman mendarat di pipi kiri Ara. "Kamu kenapa, hm? Kok kayak gini? Kamu serem banget tau kayak monster," Chika mengelus lembut pipi Ara.

CHIKARA: I LOVE YOU MY SENIORTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang