114 • Balas Dendam

532 81 0
                                    

Song: JKT48 - Return Match

Dalam sebuah gedung tua yang cukup lama tak terpakai. Gedung itu dikelilingi para pengawal yang sangat menakutkan.

Di sebuah ruangan terdapat seorang gadis yang diikat menggantung di sebuah tiang. Banyak luka-luka yang terdapat di sekujur tubuh dan wajahnya.

Seorang pria memakai jas hitam melangkah masuk ke dalam ruangan bersama para pengawal yang ikut di belakangnya. Pria itu tersenyum menyeringai melihat Ara yang sudah tidak berdaya.

Pria itu mendekat menyejajarkan wajahnya dengan wajah Ara. Kemudian mencengkeram erat dagunya membuat Ara meringis karena pria itu menekan lukanya.

Pria itu dengan sadis langsung memukul wajah Ara dengan sekuat tenaga. Membuat hidung Ara semakin mengeluarkan banyak darah.

Ara tidak bisa berbuat apa-apa. Ia hanya bisa diam karena kedua tangannya diikat kuat. Melawan saja rasanya ia tidak bisa karena seluruh tenaganya habis. Tubuhnya lemas, Ara hanya bisa pasrah di pukul dan di tendang oleh pria itu.

Ara tidak menangis, ia hanya diam sembari meringis pelan. Ia tidak ingin menangis. Menangis hanya akan membuat orang-orang jahat itu semakin tertawa puas.

Vino menarik rambut Ara kasar. Matanya menatap tajam, wajahnya merah padam dengan rahang mengeras, urat-urat lehernya terlihat. Ara otomatis mendongakkan kepalanya dan matanya langsung menatap wajah Vino yang amat murka.

"Gara-gara kamu! Gara-gara kamu anak saya jadi meninggal!" teriak Vino. Ara hanya bisa terdiam.

Tangan Vino mencekik Ara dengan kuat amarahnya semakin memuncak kala Ara hanya terdiam. Ara memejamkan matanya kuat, lehernya amat sangat sakit, pria di depannya ini benar-benar seorang iblis.

Vino melepaskan tangannya yang mencekik leher Ara dengan kasar. Vino tidak ingin terburu-buru untuk membunuh Ara. Ia ingin sedikit bermain-main. Vino ingin melihat Ara menderita terlebih dahulu.

"Saya nggak akan kasih kamu ampun sedikit pun! Kamu juga harus mati! Nyawa dibalas dengan nyawa." Ucap Vino menyeringai menatap Ara.

Satu tamparan mendarat di pipi Ara, Ara meringis kesakitan. Vino menyuruh anak buahnya untuk mengambil rotan panjang.

Vino menatap Ara remeh. Pria itu langsung memukul Ara dengan rotan tersebut, tanpa ampun.

"Arghhh! Sakit!" ringis Ara merasakan sakit di badannya.

Ara sudah tidak bisa membendung air matanya lagi, ia menangis menjerit. Tubuhnya sudah penuh darah dan luka akibat pukulan rotan tersebut.

"Cu-cukup! Gue mohon...." ucap Ara dengan suara lemah.

Vino menatap tajam, ia terus menyiksa Ara menggunakan rotan itu dengan kencang. Vino tidak akan berhenti sebelum ia merasa puas.

"Ini balasan buat kamu karena kamu sudah membunuh anak saya! Saya bakal terus siksa kamu sampai saya merasa puas!" ucap Vino geram. Ara menangis menahan sakit di sekujur badannya.

"Kalo gitu bunuh gue! Bunuh gue jangan lo siksa gue kayak gini!" teriak Ara sudah tidak tahan lagi. Ara lebih baik mati saja dari pada harus disiksa terlebih dahulu. Vino kembali menyejajarkan wajahnya dengan wajah Ara.

Satu tamparan mendarat di pipi Ara lagi. Ara menjerit kesakitan, membuat Vino tertawa.

"Bahkan saya lebih suka melihat kamu menderita dari pada kamu langsung mati!" ucapnya sadis.

Vino kembali mencengkeram kasar dagu Ara. "Apa yang kamu perbuat bakal saya balas dengan lebih sadis. Kamu pukul anak saya sampai dia masuk Rumah Sakit. Anak saya meninggal gara-gara kamu! Kamu membunuh anak saya secara perlahan maka saya juga akan bunuh kamu secara perlahan!"

CHIKARA: I LOVE YOU MY SENIORTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang