112 • Dalam Bahaya

498 78 0
                                    

JKT48 - Sekarang Para Para

Ara langsung mendudukkan tubuh Chika di kursi belakang lalu menutup pintu mobilnya. Ara kembali memeluk tubuh Chika erat. Kini air matanya lolos, Ara menangis perih mendekap erat tubuh Chika.

"Ara jangan pergi lagi aku takut...." Chika masih menangis meracau tidak ingin ditinggalkan.

Mendengar itu Ara semakin mengepalkan kedua tangannya kuat. Kata-kata Chika sangat menusuk ke ulu hatinya. Tangisan Chika semakin membuat hatinya pilu. Membuat Ara semakin merasa bersalah karena telah meninggalkan gadisnya itu.

"Jangan tinggalin aku lagi aku takut...." tubuh Chika bergetar, suaranya mulai serak.

"Maaf hikss... maafin Aku," ucap Ara menangis sesenggukan.

"Jangan tinggalin aku lagi Raa...." rancaunya.

Ara mengangguk pelan. Ara melepaskan pelukannya lalu menatap wajah gadisnya itu. Ara membuka hoodie yang menutup kepala Chika. Perlahan tangannya merapikan rambut Chika lalu turun mengelus wajah Chika. Setiap tangannya menyentuh kulit Chika hati Ara terasa sangat perih. Ara menangis sambil masih menyentuh wajah Chika perlahan.

Matanya terus memandang Chika yang benar-benar kacau. Rambut yang terurai kusut, mata bengkak, pipi memar dan lebam, telapak tangan kanannya sedikit terluka dan jangan lupakan sudut bibir Chika yang juga lebam. Ara memejamkan matanya. Rasanya sangat amat perih dan menyakitkan.

Chika menarik tangan Ara yang menyentuh pipinya. Chika menggenggam kuat tangan Ara.

Chika menatap Ara sendu. Air matanya masih mengalir deras. Chika takut, takut setelah kejadian ini Ara akan pergi meninggalkannya.

"Jangan tinggalin aku lagi," ucapnya parau.

Ara kembali memeluk tubuh gadisnya itu semakin erat. Ara menangis sesenggukan sembari menaruh kepalanya didada Chika. Tangannya terangkat memegang kedua bahu Chika kuat.

Chika mengangkat tangannya memeluk kepala Ara. Gadis itu memejamkan matanya kuat-kuat. Entah sudah berapa lama Chika menangis air matanya terus mengalir dengan derasnya sampai-sampai membuat kedua matanya menjadi bengkak.

Ara melepas pelukannya dan terkejut ketika matanya melihat ada bercak merah di leher Chika. Ara menatap Chika kaget. Ara langsung menyentuh leher Chika yang memerah.

Seketika tangannya mengepal keras. Ara langsung memukul kursi yang ada di depannya berulang kali, meluapkan semua emosinya dengan cara memukul kursi dan juga memukul keras dadanya yang amat sangat perih.

Ara terus saja menangis mengetahui Chika seperti itu. Melihat kondisi Chika yang seperti sekarang membuat hatinya semakin sakit. Rasa bersalah terus berkecamuk dihatinya. Ara terus beranggapan bahwa semua ini adalah salahnya. Jika saja Ara terus berada di samping Chika pasti kejadian ini tidak akan terjadi.

"Kenapa yang di sini sakit banget," ucap Ara sesak.

Ara memukul dadanya, sesak rasanya. Kenapa rasanya menyakitkan Tuhan? Ara meremas erat kaos hitamnya.

Ara berteriak dan menangis sangat kencang sambil terus memukul dadanya berulang kali yang semakin lama malah semakin sakit itu.

Chika langsung mendekap tubuh Ara, tangannya memeluk kepala Ara menuntun kepala gadis itu untuk menyandar didadanya. Chika juga semakin menangis kencang. Kenapa? Kenapa harus seperti ini?

Tubuh Ara merosot lemas, kepalanya ia sandarkan di kedua lutut Chika, menyembunyikan wajahnya di kedua lutut gadisnya itu. Sebelah tangan Ara menggenggam erat tangan kiri Chika sementara sebelahnya lagi terus memukul dadanya yang terasa nyeri.

CHIKARA: I LOVE YOU MY SENIORTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang