S2 ✨ 11

4.6K 278 24
                                    

Selamat membaca ❤️

Dari dalam mobil, Galvin menyaksikan pertarungan antara geng motor asing itu melawan si kembar.

Galvin menatap kagum ke arah kakak kembarnya yang sangat ahli dalam bela diri. keduanya terlihat santai dan gesit dalam melawan geng motor itu seolah mereka sudah terbiasa berkelahi seperti ini. mereka sangat handal dalam bela diri, membuat Galvin iri saja.

Si kembar langsung memukul di bagian titik lemah mereka sampai mereka tumbang hanya dalam satu pukulan. tak ada 5 menit, mereka semua tumbang dalam sekejap.

Kai merenggangkan otot-ototnya. ternyata sangat mudah mengalahkan mereka. padahal kalau di hitung jumlah geng motor itu jauh lebih banyak daripada mereka. tapi hasilnya? si kembar malah yang menang.

"Ternyata tidak sulit" remeh Kai lalu masuk ke dalam
mobil diikuti oleh Ken. mereka kompak menatap Galvin.

Galvin bertepuk tangan atas kemenangan mereka. "Wah, kalian hebat bisa ngalahin mereka. keren!" ungkap Galvin.

Keduanya tersenyum tipis. "Apa kau baik-baik saja?" tanya Ken.

"Galvin baik-baik aja, kalian?"

"Kami juga" jawab Kai mengacak-acak rambut Galvin.

"Tapi Ino, apa kau mengenal mereka? karena aneh sekali rasanya kalau mereka tiba-tiba menyerang kita tanpa ada alasan yang jelas" tanya Kai.

Galvin menganggukan kepalanya. "Galvin kenal, tapi cuma satu orang doang si bang. salah satu dari mereka waktu itu pernah Galvin kalahin" jawab anak itu.

"Apakah ini mengenai balapan motor?" tanya Ken.

"Iya bang hehe"

"Baiklah, lain kali kau di larang balapan motor lagi. untung saja kau sedang bersama kami. kalau tidak bagaimana? kau pasti akan habis di tangan mereka" ucap Ken.

"Tapi bang--"

"Menurut lah untuk tidak balapan motor lagi. balapan itu sama sekali tidak menguntungkan mu!. balapan itu hanya bisa membawa masalah. contohnya seperti tadi. abang tidak ingin kau kenapa-napa. maka dari itu kau harus menurut"

"Iya deh janji"

"Abang tidak butuh janji mu. yang abang butuhkan hanya tindakan mu. mengerti?" ucap Ken dengan wajah serius. ia sebenarnya tidak ingin sampai adiknya terluka.

Kai yang kasihan dengan si bungsu, segera mengalihkan perhatian Ken. "Lebih baik kita pulang sekarang" ucap nya menepuk pundak Ken beberapa kali.

Ken mendengus samar, kembali melajukan mobilnya.
selama di perjalanan hanya ada keheningan yang menyelimuti ketiganya. tidak ada yang berbicara. bahkan Galvin yang sedari tadi cerewet pun kini terdiam. anak itu memilih memandangi pemandangan luar lewat kaca mobil nya yang tertutup.

Sesampainya di halaman mansion, Galvin keluar lebih
dulu. Kai memukul lengan Ken. "Lihatlah, gara-gara kau adikku jadi merajuk" ucap Kai.

"Sekali-kali kita harus tegas. bukankah ini semua demi kebaikan nya? lagipula, tidak seharusnya dia merajuk seperti itu. dia sudah dewasa dan usianya sudah 17 tahun. seharusnya dia bisa merubah pola pikirnya" ucap Ken datar.

"Aku tau tapi--"

"Jangan berdebat dengan ku, Kainal" setelah mengatakan
itu Ken keluar dari mobilnya dan berjalan masuk ke pintu utama mansion.

Di mansion, dia melihat ada sang ayah serta abang kedua nya sedang duduk santai di ruang tengah. "Boy kemari lah"

Ken menurut dan menghampiri Adelard. "Kenapa kalian pulang selarut ini? apakah terjadi sesuatu?" tanya Adelard.

Galvin Malvelino Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang