S2 ✨ 18

5K 333 7
                                    

Selamat membaca ❤️

"Ayo boy, satu suapan lagi"

Galvin menerima suapan itu dengan baik tanpa protes. wajahnya terlihat tidak bersemangat dan ia juga jarang bicara ketika dirinya sudah terbangun dari obat bius yang dilakukan oleh Adrian tadi.

Sejak terbangun sifatnya berubah menjadi penurut dan pendiam. membuat seluruh keluarganya khawatir dengan perubahan sifat si kecil.

"Sekarang minum obat mu" ujar Adelard.

Galvin meminum obat nya lalu mulai merebahkan tubuhnya di bantu si kembar. anak itu memejamkan matanya tanpa mengucapkan sepatah kata pun. sejak tadi bahkan dia terus membungkam mulutnya dan ketika di ajak berbicara, dia selalu enggan menjawab.

Semua keluarga Alvarendra menghela nafasnya, menatap wajah damai si bungsu. "Sebenarnya apa yang terjadi pada bungsu ku? kenapa dia jadi seperti ini?" ujar Adelard sambil mengelus rambut Galvin.

"Ini semua terjadi karena anak sialan yang tidak tau diri itu" suara Kyler terdengar menahan emosi  pada sesosok remaja bernama Chris.

"Kau benar. ini semua terjadi karena Chris. karena dia
Ino menjadi seperti ini. bukankah bocah itu harus di beri pelajaran yang setimpal?" timpal Liam menatap si sulung.

"Itu pasti."

"Kak, tapi Kai merasa ada yang tidak beres dengan Ino"

"Tidak beres seperti apa maksud mu?" tanya Liam mengangkat satu alis matanya, menatap adik keempatnya.

"Apakah kalian tidak menyadari perubahan sikap Ino saat pertama kali dia terbangun sebelum Papa menyuntik nya? maksud Kai, sebelum Ino mengetahui kaki nya patah" jawab Kai sambil menyikut lengan Ken agar pemuda itu ikut bicara

"Ya, itu benar. ketika sadar, bukankah dia seperti orang linglung?" ujar Ken, membuat seluruh keluarganya ikut berpikir mengenai Galvin.

Selama beberapa menit keheningan menyelimuti ruangan itu karena mereka sibuk dengan pikirannya masing-masing. sampai suara Adelard menginterupsi mereka semua.

"Sudah, kalian tidak perlu mengkhawatirkan kondisi adik kalian. daddy yakin Ino baik-baik saja, sesuai dengan ucapan Papa kalian tadi. sekarang lebih baik kita tidur"

"Baiklah, dad"

.

.

.

Siang ini di ruangan VVIP Galvin hanya ditemani oleh si kembar dan Kyler saja. karena Liam dan Adelard sedang ada pekerjaan penting, yang tidak bisa mereka tunda.

Sejak tadi si kembar selalu mengajak bicara adik nya, tapi Galvin tidak pernah mau menyauti ucapan mereka dan dia lebih memilih untuk memperhatikan sebuah sudut ruangan yang terlihat biasa saja di mata si kembar.

Kyler dengan tenang duduk di sofa sambil mengotak-atik laptopnya. walaupun mata nya fokus pada layar laptop, tapi telinga nya selalu ia fokuskan pada ketiga adik nya.

Si kembar saling beradu pandang ketika keduanya tidak digubris oleh sang adik. mereka bingung, kenapa adiknya
itu lebih tertarik melihat sudut ruangan daripada melihat ke arah mereka?

Kai yang mengingat adiknya sangat menyukai kartun Boboiboy, langsung membuka ponselnya. "Ino, lihatlah abang sedang menyetel kartun kesukaan mu. apa kau ingin melihatnya?" tanya Kai.

Galvin yang mendengar itu seketika menoleh ke arah abang keempat nya. membuat Kai tersenyum puas karena berhasil menarik perhatian si bungsu.

Anak itu menatap layar ponsel Kai. awalnya berjalan dengan baik, tapi lama kelamaan..

Galvin Malvelino Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang