"Maju, itu di depan lo ada musuh, sialan!"
"Serang bego, jangan kabur!"
"Ah bangsat, kalah lagi kan!"
Galvin baru saja mengumpati sebuah game yang sedang
anak itu mainkan di layar ponselnya. ia berdecak sebal saat menerima kekalahan secara berkali-kali di dalam game. padahal kalau di dalam dunia ril nya, dia tidak pernah kalah dalam melawan musuh dari segi tawuran ataupun balapan. tapi apa ini? kenapa di dalam dunia game dia selalu kalah? membuatnya jengkel saja."Woy babi, lo jangan ngedumel aja bangsat! sini bantuin
kita!" teriak Dewo kesal pada Galvin yang malah santai bermain game di atas pohon rambutan, dimana di sekitar area tersebut terdapat dua sekelompok remaja sedang melakukan aksi tawuran. dan salah satu dari kelompok tersebut ada ketiga sahabat Galvin yang sedang melawan musuh-musuhnya dengan tangan kosong ataupun dengan senjata.Merasa di ajak bicara, Galvin menundukkan kepalanya untuk melihat Dewo. "Bawel, ntr dulu lah, gue masih mau mejeng di sini" jawab anak itu cuek.
"Sialan lo. lo yang ngajak, lo juga yang nyantai! emang
tai" kesal Dewo kembali memukuli musuh nya. decakan sebal terdengar dari mulut Galvin. tapi anak itu tak kunjung turun dari pohon, dan dia malah sibuk mengambil beberapa rambutan yang ada."Bodo lah anying, mood gue lagi nggak bagus gara-gara
game sialan itu. mendingan gue nyantai dulu aja di sini sambil makan rambutan" celetuk anak itu santai.Sambil memakan rambutan itu, kedua netra Galvin
terus memperhatikan aksi tawuran tersebut. tatapannya tidak berhenti untuk memantau teman-temannya. terlihat santai dan cuek, tapi diam-diam Galvin sedang mengawasi mereka semua. jika nanti ada yang dalam bahaya, baru dia akan bertindak."WOY RAKA, AWAS DIBELAKANG LO!" teriak Galvin, memperingati Raka untuk berhati-hati karena di belakang cowok itu akan ada seseorang yang ingin memukul Raka menggunakan balok kayu.
Mendengar suara Galvin, Raka lantas membalikkan tubuhnya dengan cepat dan ia langsung menendang dada orang tersebut sebelum orang itu memukul nya terlebih dulu. "Wih, keren lo, bro!" puji Galvin bertepuk tangan atas aksi Raka yang menurutnya sangat keren.
Raka mendongakkan kepalanya menatap Galvin. ia
tersenyum tipis melihat Galvin lalu ia mengacungkan ibu jarinya kepada anak itu. Galvin terkekeh kecil dan kembali melanjutkan aksi makan buah rambutan nya. sayang jika ia tidak memakan rambutan yang matang itu, pikir Galvin.Di tengah-tengah kerusuhan yang terjadi, tiba-tiba segerombolan mobil berwarna hitam datang membelah kerumunan para remaja itu, membuat mereka menghentikan aksi tawuran nya dan beralih menatap segerombolan mobil hitam tersebut.
Satu persatu orang-orang berjas hitam keluar dari
mobilnya masing-masing lalu beberapa bagian dari mereka langsung membukakan pintu mobil untuk para tuan nya.Adelard melepas kacamata hitamnya, menatap
datar mereka semua. "Raka, dimana Galvin?" tanya Adelard ketika kedua netra nya berbenturan dengan netra Raka.Raka menelan ludahnya tanpa sadar. tapi, dia tetap
menunjuk arah dimana Galvin berada. sontak saja, daddy dan keempat abang Galvin langsung mengikuti arah tunjuk cowok itu."Sedang apa dia di sana?" heran Liam pada adik bungsunya.
Adelard menghampiri pohon rambutan tersebut.
ia terus mendongakkan kepalanya untuk bisa menatap putra bungsunya, yang sepertinya belum menyadari kehadiran mereka semua."Baby!" panggil Adelard, mengalihkan atensi Galvin
yang sedang sibuk melepaskan kulit rambutan dari buah nya. seolah tak takut, anak itu malah tersenyum, tidak lupa dengan melambaikan tangannya ke arah sang ayah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Galvin Malvelino
Ficção AdolescenteGalvin Malvelino adalah remaja berusia 15 tahun yang tidak pernah membayangkan kalau ternyata dia adalah anak bungsu dari keluarga mafia yang bermarga Alvarendra yang selama ini telah hilang dan di cari-cari oleh keluarganya. Galvin yang dasarnya me...