"Ino?"
"Ino, kau dimana?"
"Ino, apakah kau mendengar abang?"
Liam mendengus samar ketika tak mendengar
sahutan dari adik bungsunya. padahal tadi dia sudah menyuruh anak itu untuk tetap diam di kamar selagi dia membuatkan susu khusus untuk anak itu. tapi ternyata adik bungsu nya itu malah pergi dari sana dan sekarang dia tidak tau dimana anak itu bersembunyi."Kemana anak itu pergi?" monolog Liam masih
mencari keberadaan Galvin sembari membawa segelas
susu untuk anak itu."Haha ayo makan lagi yang banyak!"
Samar-samar Liam mendengar suara Galvin. ia melangkahkan kakinya menuju taman belakang mansion dan di sana, ia baru bisa menemui sang adik yang sedang asyik bermain dengan beberapa ekor kelinci yang sudah di belikan oleh sang ayah.
Liam mengulas senyum tipisnya. "Anak nakal. kenapa
kau tidak bisa diam di satu tempat saja hm?" ucap Liam mendekati Galvin."Hehe maaf bang, lagian bang Liam kelamaan si
buatin susu nya. makanya Galvin ke sini aja deh sambil ngasih makanan ke kelinci kelinci Galvin!" elak anak itu."Semakin hari kau semakin pandai mengelak. benar-benar anak nakal! tetapi abang sangat menyayangi mu, jadi abang tidak akan pernah bisa memarahi mu"
"Ini, minumlah susu nya setelah itu kau tidur siang"
Galvin mengangguk dan meminum susu itu dengan
patuh tanpa ada bantahan lagi. setelah selesai, Galvin kembali ke lantai tiga untuk tidur diantar oleh Liam. Galvin mencium pipi Liam singkat sebelum ia memejamkan mata."Galvin tidur dulu ya bang!"
"Hm. tidur lah yang nyenyak"
"Oke!"
Liam memberikan kecupan ringan di pipi sang
adik lalu keluar dari kamar Galvin. ketika Galvin ingin memejamkan mata, tiba-tiba ponsel anak itu berbunyi. Galvin membuka satu matanya, melirik ke ponsel yang
tidak berhenti berbunyi."Siapa si yang nelpon? ganggu tidur siang gue aja"
Anak itu menatap ponselnya lalu ia kembali
tidur dengan menarik selimutnya sampai menutupi
seluruh tubuhnya. "Bjir, si Dewo nelpon. gue yakin tuh
anak mau ngajakin gue main" gumam Galvin sangat pelan.Galvin menutup wajahnya dengan kedua
tangannya berharap dia bisa cepat tidur. tapi saat
dipaksa, Galvin tetap saja tidak merasa mengantuk karena dia terganggu dengan suara dering ponselnya."Dewo bangsat. kenapa dia terus-terusan nelpon
gue si?! gue kan jadi nggak bisa tidur" kesal anak itu
mengambil bantal untuk menutupi kedua telinganya."Sialan. angkat nggak ya? sumpah, gue pengen
main. tapi kalo daddy sama abang-abang gue tau, yang
ada gue bisa diomelin. tapi kalo nggak diangkat gue greget juga. huwaa gue harus ngapain?!" batin Galvin.Galvin menyembulkan kepalanya dari selimut.
menutup sebelah matanya, dengan tangan yang
mencoba meraih ponselnya yang ada di atas nakas.
matanya melirik ke cctv dan juga alat penyadap suara
yang di pasang oleh si sulung Alvarendra. sebelum anak
itu mengangkat panggilan teleponnya, dia pun bergegas memasuki kamar mandi. karena kamar mandi adalah tempat yang paling aman untuk menjawab panggilan Dewo karena di sana tidak terpasang kamera cctv ataupun alat penyadap suara.Galvin mengatur nafasnya. pokoknya ketika Dewo akan mengajaknya bermain atau melakukan balapan, dia harus dengan tegas menolak ajakan cowok tersebut. pokoknya dia tidak boleh menerima tawaran Dewo!!
"Woy, lama banget si lo angkat telepon dari gue!! kemana
aja lo bangke?!" omel Dewo dari sebrang sana membuat si bungsu Alvarendra memutar bola matanya malas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Galvin Malvelino
Teen FictionGalvin Malvelino adalah remaja berusia 15 tahun yang tidak pernah membayangkan kalau ternyata dia adalah anak bungsu dari keluarga mafia yang bermarga Alvarendra yang selama ini telah hilang dan di cari-cari oleh keluarganya. Galvin yang dasarnya me...