S2 ✨ 13

3.7K 295 22
                                    

Selamat membaca ❤️

Lima hari sudah berlalu dan selama itu pula Liam terus mengawasi gerak-gerik Chris. selama lima hari dia tinggal di sini Chris belum melakukan apapun. dia masih tetap tenang seperti awal kedatangannya.

Chris terlihat sangat tenang, patuh dan penurut. jika dilihat tidak ada yang salah dengan nya. tapi tetap saja Liam selalu bersikap waspada pada anak laki-laki itu.

"Chris, kemari lah" panggil Kai.

Chris menganggukan kepalanya dan menghampiri Kai. pemuda itu menyuruh Chris untuk duduk. dan Chris pun menurutinya dengan patuh tanpa ada penolakan.

"Kak, Galvin dimana? kenapa dia belum pulang?"

Kai melirik jam tangannya sekilas. "Sepertinya dia sedang berkumpul dengan teman-teman nya. sebentar lagi dia juga akan pulang" jawab Kai santai.

Chris mengangguk paham dan menatap televisi yang menyala. keheningan mulai menyelimuti ruang tengah. sampai kedatangan Galvin mengalihkan atensi keduanya.

Galvin memasuki mansion dengan wajah nya yang memar seperti orang yang baru saja di pukuli. penampilan nya juga terlihat urak-urakan.

Ken yang baru keluar dari lift menatap terkejut dengan kondisi Galvin. ia segera menghampiri adik bungsunya. ia menatap wajah Galvin yang penuh lebam.

"Ada apa ini?! kenapa wajah mu penuh luka lebam? apa
kau habis berkelahi lagi Ino?" tanya Ken. dari suaranya bisa Galvin tangkap kalau kakak ketiganya sedang marah saat ini.

Kai dan Chris berdiri ketika mendengar itu. "Sudah berapa kali abang katakan jangan berkelahi lagi! apa kau tidak bisa menuruti ucapan abang mu ini?!" ucap Ken.

Galvin mendongak menatap wajah tampan Ken. "Tapi--" ketika Galvin ingin memberikan alasan nya, Ken kembali memotong ucapan nya.

"Tidak ada kata tapi-tapian, Ino! akui saja kalau kau memang tawuran kan tadi?" Kai yang melihat Ken tersulut emosi dengan cepat berlari ke arahnya untuk melerai kedua nya.

Dilihatnya Galvin juga ikut terlihat emosi dengan ucapan Ken yang tidak mau mendengarkan penjelasannya. "Aku tau akhir-akhir ini kau ada masalah. tapi jangan kau lampiaskan kepada Ino! dengarkan penjelasannya dulu!" lerai Kai.

"Apa yang perlu ku dengar? pasti alasannya akan sama seperti sebelum-sebelumnya" ucap Ken menatap Galvin yang tengah menatapnya kecewa.

"Abang jangan asal nuduh dong! kali ini Galvin punya alasannya!" ucap Galvin sedikit berteriak membalas ucapan Ken.

"Apa?! Apa yang perlu abang dengar dari alasan mu itu hah?! semuanya sudah jelas kalau kau memang adik yang pembangkang! belajarlah seperti Chris yang penurut" ucap Ken ikut berteriak.

Ucapan itu berhasil membuat Galvin sakit hati dan kecewa pada sikap abang ketiganya. bisa-bisanya dia membanding - bandingkan dirinya dengan Chris, pikirnya.

"Sekarang abang lagi ngecoba membanding-bandingkan Galvin sama Chris? iya?! bang, Galvin sama Chris itu beda! abang harus tau itu!"

"Setidaknya Chris bisa jadi adik yang baik dan penurut. apa salahnya jika kau belajar dari dia?!" balas Ken menatap adik bungsunya dengan tatapan amarah.

"Chris bukan adik abang!" tekan Galvin.

"Mulai sekarang Chris adalah adik ku. dia adalah bungsu Alvarendra dan kau harus menerimanya"

"Tapi Galvin nggak setuju!"

"Tapi aku tidak butuh pendapat mu!"

"Chris kemari lah" panggil Ken.

Galvin Malvelino Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang