S2 ✨ 31

3.4K 279 17
                                    

Selamat membaca ❤️

Saat ini Logan sedang memijat pelipisnya, menatap Galvin yang sedang memejamkan mata. tadi, pagi-pagi sekali anak itu telah membuat keributan dengan kata-kata mutiara nya serta perilaku yang bisa dikatakan sangat aneh untuk Logan karena ia baru melihat sifat Galvin yang bisa dibilang nakal?

Ya, tadi pagi Galvin sudah membuat keributan bahkan ia nekat mencabut jarum infus nya sampai punggung tangan anak itu berdarah. karena Galvin tidak bisa diam, akhirnya Logan memanggil dokter untuk membius anak itu. dan anak itu pun perlahan kembali memejamkan matanya.

Tapi sebelum Galvin memejamkan matanya, anak itu sempat mengatakan sesuatu hingga Logan di buat tak habis pikir sekaligus emosi.

"Logan brengsek."

Dua kata yang dilontarkan oleh Galvin sebelum bocah itu kembali tidur, benar-benar menguras emosi Logan. Logan mendengus samar lalu menatap Rai yang baru saja tiba.

"Maaf tuan besar, saya hanya ingin mengantarkan bubur dan susu ini untuk tuan muda kecil" ucap Rai menundukkan kepalanya, hormat.

Logan berdehem sebagai jawaban. "Letakkan saja itu di nakas. dan ya, tolong jaga bocah itu sampai saya kembali. karena saya ada pertemuan dengan seseorang di luar. kalau anak itu sadar dan kembali berbuat ulah, bius saja"

"Baik tuan"

Sebelum Logan pergi, ia sempat menatap Galvin lagi dengan tatapan yang sulit diartikan.

Sekitar 2 jam lamanya Galvin tertidur, kini ia mulai membuka kedua matanya kembali walau hanya segaris. Galvin memijat pelipisnya dengan pelan. ia meringis saat sakit di kepalanya tidak juga reda.

"Akhh kepala gue pusing banget" gumam Galvin.

Rai tersenyum tipis melihat Galvin sudah sadar. "Syukurlah tuan muda kecil sudah siuman. tuan muda kecil, saya sudah membawakan bubur serta susu untuk anda" ujar Rai yang di balas lirikan malas dari anak itu.

Galvin mendesah berat, mencoba merubah posisi nya menjadi duduk. "Ingin saya bantu tuan muda kecil?" tanya Rai ketika melihat Galvin kesulitan untuk duduk.

"Gak"

"Baiklah"

Tubuhnya bersender pada kepala kasur, menatap kosong
ke arah balkon. "Daddy, abang, Galvin mau pulang" lirihnya bergumam.

Galvin memejamkan matanya, menahan agar tidak menangis ketika mengingat keluarga Alvarendra. ia sangat merindukan sosok keluarga nya itu. rasanya ia ingin kabur dari mansion Xander sekarang juga. tapi apa dayanya yang masih sakit dan lemas ini? sepertinya untuk sementara waktu Galvin harus menahan diri untuk mengembalikan energi serta tenaganya agar ia bisa kabur dari sini, sama seperti ketika ia sering kabur dari mansion Alvarendra hanya untuk mengikuti balapan motor.

"Tuan muda kecil, lebih baik sarapannya anda makan dulu supaya anda bisa cepat sembuh dan sehat" ujar Rai mencoba membujuk Galvin agar cepat memakan makanan nya.

"Gue nggak mau makan. lo bawa balik aja bubur nya"

"Maaf tuan muda kecil, tapi anda harus memakan nya"

"Kaya Bonbon kedua lo, bawel!. udah sana pergi, gue lagi nggak mood makan. belum laper!" ketus Galvin menatap Rai.

"Sekali lagi maaf tuan muda kecil, anda--"

"Bawel!. iya gue makan, tapi lo keluar. gue mau sendiri"

Rai mengangguk lalu keluar setelah berpamitan pada
Galvin. Rai berdiri tegap di depan pintu kamar Galvin yang tertutup untuk berjaga-jaga.

Perlahan Galvin mulai memakan bubur nya. tapi baru
tiga kali suapan dirinya malah merasa mual dan akhirnya memutuskan untuk pergi ke kamar mandi sambil menarik tiang infus nya.

Galvin Malvelino Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang