Selamat membaca ❤️
"Kakek, kakek!!"
Galvin berlari di koridor mansion, mencari keberadaan Logan. Logan sendiri yang berada di belakang bocah itu nampak mengernyitkan keningnya. "Kenapa kau memanggil ku?" tanya Logan, datar.
Galvin membalikkan badannya, memeluk tubuh Logan membuat tubuh Logan sedikit menegang ketika mendapat kan pelukan yang tiba-tiba dari bocah itu. "Hiks kakek" isak Galvin menatap wajah Logan.
Logan membuyarkan lamunannya, menatap mata dan hidung Galvin yang memerah. ia menaikkan satu alisnya ke atas seolah memberi pertanyaan ' apa ? '.
"Kakek, kalung Ino ilang hiks" adu nya.
"Lalu?"
"Kakek liat kalung Ino jatoh dimana? kakek itu kalung pemberian daddy. kalo daddy sampe tau kalung nya ilang nanti daddy bisa sedih kakek hiks"
"Daddy mu tidak akan tau"
"Emangnya kakek tau dari mana kalo daddy nggak akan tau?" tanya Galvin melepaskan pelukannya, memiringkan kepalanya sedikit dengan mata sembab.
"Karena kau tidak akan bisa bertemu dengan daddy mu lagi"
"Huwaa ko kakek ngomong nya kaya gitu si?!"
"Kakek jahat. Ino nggak like sama kakek!" setelah itu
Galvin berlari pergi ke kamarnya lagi untuk melanjutkan tangis nya. Galvin memeluk bantal guling nya."Daddy, Ino mau pulang hiks"
Sepanjang malam putra bungsu Alvarendra terus menangis sampai ia ketiduran. tapi baru beberapa jam anak itu tidur, ia sudah kembali dibangunkan oleh Logan untuk menyuruh anak itu bersiap-siap sarapan pagi lalu dilanjutkan belajar. awalnya Galvin menolak dan enggan menuruti perintah Logan, namun dengan ancaman yang Logan berikan pada anak itu akhirnya Galvin menurut walau dalam hati ia terus menggerutu kesal.
Sejak ia keluar kamar, Galvin terus menghentakkan
kakinya sampai ke meja makan sebagai bentuk protes. Galvin mendengus samar melihat banyaknya sayuran sebagai menu sarapan paginya. sama seperti makan malam kemarin."Kak--"
"Makan atau tidak makan sama sekali" potong Logan.
Galvin menurut. ia mulai memakan sayuran itu walau hanya sedikit dan itupun dia malas-malasan mengunyah nya. jujur saja, Galvin benci ini. belum genap seminggu di sini tapi kenapa Galvin merasa tersiksa di setiap menit atau bahkan detik nya? kengkangan yang ia dapatkan dari Logan sangat berbeda dengan kengkangan dari daddy serta abang abang nya yang lain.
"Selesai makan kau harus melanjutkan pelajaran mu yang kemarin malam" ujar Logan tanpa menatap Galvin. anak itu mengangguk dan menjawab seadanya.
Selesai sarapan Galvin kembali ke kamar. ia kembali membuka buku nya dan mulai belajar. ah tidak, kata belajar seperti nya tidak akan cocok dengan apa yang sebenarnya bocah itu lakukan. mencoret-coret halaman, lebih tepatnya itu. tangannya iseng membuat gambar wajah Logan yang sengaja ia jelek-jelekan di tambah dua tanduk di kepala. melihat hasilnya Galvin tertawa puas.
"Haha kakek jelek banget!" tawanya pecah.
"Ino kasih tompel ah di pipi nya biar makin jelek"
"Sudah sampai mana kau mengerjakan soal yang saya berikan hm?!" suara berat milik Logan, mengejutkan anak itu.
Galvin menutup buku tulis nya, berdiri dan menyembunyikan buku itu di belakang punggung. ia tersenyum kikuk. "Kakek ko ada di kamar Ino?" tanya anak itu mengalihkan perbincangan.
"Jangan mengalihkan pembicaraan. katakan pada ku, sudah sampai mana kau mengerjakan soal yang sudah ku berikan? apa sudah selesai atau kau hanya bermain-main saja sejak tadi?!" Logan menatap Galvin dengan tatapan penuh selidik.
![](https://img.wattpad.com/cover/340577142-288-k750498.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Galvin Malvelino
Novela JuvenilGalvin Malvelino adalah remaja berusia 15 tahun yang tidak pernah membayangkan kalau ternyata dia adalah anak bungsu dari keluarga mafia yang bermarga Alvarendra yang selama ini telah hilang dan di cari-cari oleh keluarganya. Galvin yang dasarnya me...