Saskia melambaikan tangannya pada Dinda dan seorang pengemudi dari event yang mengundangnya konser di Surabaya. Kemudian melangkah menenteng koper berwarna tosca melangkah memasuki bandara. Tadi, sebelum manggung Saskia sempat berkirim pesan dengan Devan. Ketika mengetahui posisi Devan saat itu sedang berada di kampung halamannya, Saskia langsung mendapat ide untuk menyusul Devan ke Bali. Ia meminta Dinda memesankan tiket pesawat untuknya. Dan disanalah ia sekarang. Menunggu penerbangan terakhir menuju Pulau Dewata.
Meskipun lewat perdebatan panjang, akhirnya Devan mengalah. Ia bersedia menjemput Saskia ke bandara meski jarak rumahnya lumaian jauh. Malam sudah larut, dan Devan masih mengemudi seorang diri. Kalau bukan Saskia, tidak akan rela ia mengorbankan waktu istirahatnya.
"Ngide banget malem-malem gini nyusahin orang," Devan mengambil alih koper dari tangan Saskia ketika gadis itu sudah berdiri di hadapannya.
Saskia tidak menjawab. Ia hanya tersenyum memamerkan deretan giginya.
"Udah mesen hotel? Jangan ngide mau ke rumah gue. Jauh," ucap Devan lagi. Ia sebenarnya tidak masalah kalau Saskia menginap di rumahnya. Ada ibu dan kakak perempuannya juga di Rumah. Namun, jarak rumahnya yang menjadi masalah. Itu sudah tengah malam, mereka akan tiba menjelang subuh di rumah Devan.
"Udah gue pesenin dua kamar. Gue juga gak mau lo bolak-balik cuma buat jemput gue," ucap Saskia sembari menunjukkan bukti pemesanan kamar hotelnya.
"Yang suite buat gue, ya," pinta Devan saat melihat ada dua tipe kamar yang Saskia pesan.
"Iya Van. Itu emang sengaja gue pesenin buat lo," sahut Saskia. Sebagai ucapan terimakasihnya, ia memang sengaja memesankan kamar hotel dengan fasilitas terlengkap untuk Devan.
Jalanan Bali malam itu sangat lengang. Hanya ada satu atau dua kendaraan yang lewat. Devan menyetel lagu di mobilnya agar ia dan Saskia bisa bersenandung. Lumaian untuk mengusir rasa kantuknya.
"Jadi apa yang ngebuat lo mendadak pengen healing?" tanya Devan sambil fokus pada jalanan.
"Van, tadi pagi gue ke rumah Aisha," kalimat Saskia itu mampu memancing Devan untuk menengok ke arahnya.
"Jangan kaget gitu. Gue ke rumah Aisha karena Rony bilang dia kangen Aisha. Jadi gue kesana sekalian ngasi tau kalau Rony udah balik. Pas kita video call Rony, yang ngangkat Hana," ucap Saskia. Lagi-lagi Devan menoleh.
"Udahlah, Ki. Gue juga udah bilang lupain Rony. Belajar buka hati buat orang lain," Devan mengelus pundak Saskia.
Saskia terdiam. Ia sendiri sebenarnya masih mencari tahu perasaan seperti apa sebenarnya yang ia miliki pada Rony. Dulu Rony memang pernah mengisi hatinya. Tapi itu dulu. Sekarang, Saskia tidak tahu apakah Rony masih ada di sana atau tidak.
Devan meraih sesuatu di dashboard mobilnya. Ada dua lembar kertas berwarna abu-abu yang berhasil ia dapatkan. Kemudian menyerahkannya pada Saskia.
"Besok malem mumpung lo masih di Bali," ucap Devan ketika dua lembar kertas itu sudah di tangan Saskia.
"Lo sengaja beli ini buat gue?" mata Saskia berbinar melihat benda persegi panjang di tangannya itu.
"Awalnya mau pergi sama sahabat gue, tapi lo juga sahabat gue. Jadi gapapa deh pergi sama lo aja," ucap Devan sambil tersenyum melihat wajah bahagia Saskia.
"Thanks, ya Van," ucap Saskia tulus dengan mata berbinar.
*****
Pukul empat sore saat mereka tiba di Peninsula Island tempat acara gigs yang akan mereka tonton dilaksanakan. Devan sengaja mengajak Saskia datang lebih awal. Bukan karena ia terlalu excited dengan konser yang akan mereka tonton, namun Devan ingin menunjukkan pada Saskia keindahan tempat itu.
![](https://img.wattpad.com/cover/350244788-288-k378808.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Masih Ada
FanfictionKembalinya Rony setelah tiga tahun menghilang tanpa kabar menciptakan kebingungan dalam hati Saskia Rony tiba-tiba menghubunginya lagi. Laki-laki itu juga kembali membuka kenangan yang susah payah Saskia kubur dalam hidupnya. Ketika Rony kembali, a...