Bagian Lima Puluh Empat

5.9K 432 17
                                    

Suasana pertemuan sore itu sedikit menegangkan. Kali ini rumah Hana yang menjadi lokasi pertemuannya. Meski Saskia mengatakan ingin mengambil jalur damai, namun kasus itu tetap harus dikupas tuntas. Nama baik Saskia dimata para desainer harus segera dibersihkan.

Untuk pertama kalinya Saskia bertemu Karina. Perempuan itu memang sangat mirip dengan Dinda. Andai mereka sama-sama mengenakan hijab, orang yang tidak terlalu mengenal mereka pasti akan kesusahan membedakannya.

"Jadi bisa kalian jelasin tujuan kalian ngelakuin semua ini?" Galang membuka suara.

"Ini semua rencanaku. Karina cuma ngejalanin yang aku suruh. Kebetulan dia pendukungku yang lumayan fanatik," jawab Hana dengan wajah datar.

"Saya mau dukung Hana karena saya ngerasa Saskia dulu punya andil untuk kehancuran karirnya Hana," jawab Karina.

Saskia menoleh pada gadis itu kebingungan. Bagaimana bisa Saskia ikut andil menghancurkan karir seseorang. Tiga tahun lalu dirinya masih jungkir balik memperjuangkan karirnya sendiri. Saskia tidak punya waktu untuk menghancurkan karir orang lain.

"Salah lo sendiri punya sifat iri terus lo tuangin kedengkian lo itu di podcast. Penonton pada pinter kali," desis Rony sembari menunjuk wajah Hana.

"Ron," Saskia mengerem lelaki itu.

"Saya juga punya keinginan agar Saskia ngerasain apa yang Hana rasain dulu. Saya mau Saskia dihujat dan karirnya merosot. Saya yang punya ide nyuri desain itu, dan saya juga yang sebarin video hoax di hotel itu. Saya kira dia akan down, ternyata belum cukup."

Tangan Rony terkepal mendengar pengekuan Karina.

"Saya adalah salah satu orang yang gak suka sama Saskia sejak awal. Setelah saya tahu kejadian yang menimpa idola saya karena dia, saya makin benci sama Saskia. Ternyata saudara kembar saya malah kerja sama Saskia. Saya bisa punya keuntungan untuk menyelinap ke ranah pribadinya."

"Jadi lo hater-nya Saskia?" tanya Rony sembari menahan emosi.

"Saya fans berat kamu Ron. Saya gedeg tiap liat Saskia deket-deket kamu terus."

Tangan Rony mengepal. Ternyata lagi-lagi kejadian yang menimpa Saskia karena dirinya.

"Terus mau lo apa? Apakah setelah lo berbuat begini lo akan dapat Rony?" Tanya Saskia.

"Seenggaknya Rony bisa sama Hana yang gak pernah ngehancurin karir orang lain," sahut Karina.

Rony dibuat naik pitam dengan perkataan Karina itu. "Jangan pernah ngatain Saskia ngehancurin karir perempuan ini! Dia yang hancurin karirnya sendiri! Saskia gak ngapa-ngapain!" Seru Rony penuh penekanan.

"Ron, udah ya," pinta Saskia sembari menggenggan tangan Rony.

"Terus kamera itu ulah kalian juga?" Tanya Galang.

"Kamera tersembunyi itu memang idenya Hana, tapi saya yang eksekusi. Karena saya mirip banget sama Dinda, saya jadi mudah keluar masuk rumah Saskia tanpa ada yang menyadari. Saya juga suka ikutin Saskia kalau dia lagi off air ke luar kota. Saya sering pura-pura jadi Dinda. Dinda itu penurut, jadi gampang saya manfaatkan."

"Lo tahu nggak dampak dari perbuatan lo ke mental Saskia?" Rony benar-benar geram mendengar pernyataan gadis itu.

"Itu tujuan awal kami. Pengen buat mental Saskia down. Ngebuat dia jadi ngerasa gak aman dimana-mana," sahut Hana.

"ANJING!" Pekik Rony. Ia tidak menyangka kalimat itu keluar dari mulut orang yang mentalnya pernah ia selamatkan.

Rony bangkit dari tempat duduknya, meraih wajah Hana kemudian menekannya lagi dengan satu tangan. Membuat bibir gadis itu mengerucut, perempuan itu meringis. "Kalau sampai video itu menyebar, habis lo di tangan gue. Gue gak perduli lo istrinya sepupu gue!" Ancam Rony.

Masih AdaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang