Bagian Empat

8K 403 4
                                    

Saskia menatap langit malam dari balkon kamarnya. Di tengah hening malam setelah padatnya aktifitasnya sepanjang hari, isi kepalanya selalu berisik. Pertemuannya dengan Rony akhir pekan kemarin menjadi salah satu yang bisa memenuhi kepalanya. Saskia penasaran, apa sebenarnya yang Rony alami selama tiga tahun ia menghilang. Gadis itu hanya tahu kalau Rony berada di Australia, kabar terakhir yang ia dapatkan dari kakak Rony. Saskia memikirkan keadaan Rony saat itu, apa yang terjadi padanya, dan apakah ia akan menetap saat ini.

Cahaya bintang di langit ibukota yang cerah malam itu menemani Saskia. Ia meneguk air hangat dari tumblernya sambil memandang lurus ke langit. Ia teringat beberapa tahun lalu ketika dirinya gemar sekali memandang langit malam bersama Rony. Sebenarnya laki-laki itu yang menularinya.

Saskia berjalan sambil bersenandung menghafalkan lagu yang nanti harus ia bawakan. Di sebelahnya ada Devan yang sibuk bercengkrama dengan Sivia. Dan di depannya ada Rony yang berjalan lebih dahulu sambil memainkan ponselnya.

Saskia berdecak beberapa kali akibat Devan dan Sivia yang terlalu berisik baginya sehingga ia susah untuk berkonsentrasi dengan lagunya. Dan Rony yang menyadari hal itu segera menggeret tangan Saskia menepi dari temannya yang lain.

"Kenapa Ron?" Tanya Saskia yang pergelangan tangannya masih ditarik Rony.

Devan dan Sivia pun tanpak sedikit kebingungan sesaat. Namun mereka segera sadar dan membiarkan saja dua manusia itu berlalu.

"Mereka berisik. Gue gak konsen hafalin lagu," ucap Rony. Ia masih berjalan di depan Saskia sambil menarik pergelangan tangan gadis itu.

"Perasaan yang hafalin lagu gue, deh," gumam Saskia.

Dan di sanalah mereka. Di lantai empat hotel tempat mereka dikarantina. Tempat itu merupakan area kolam renang. Ada beberapa sun bed di pinggir kolam. Rony memilih duduk di Salah satu sun bed itu sementara Saskia duduk di pinggir kolam. Kedua kakinya ia celupkan ke dalam kolam.

"Langitnya cerah," seru Rony yang sedari tadi sibuk menatap ke atas.

Saskia mendongakkan kepalanya. Ikut menatap langit malam bertaburan bintang. Ada bulan sabit juga di sana.

"Lanjut hafalin lagunya. Kalau udah kelar bangunin gue," ucap Rony. Tubuhnya sudah terbaring sempurna di atas sun bed dan matanya mulai terpejam.

"Dasar tukang tidur," gumam Saskia. Ia kembali membuka ponselnya. Mencari lirik lagu yang harus ia kuasai.

Dering ponsel menyadarkannya dari kenangan masa lalu yang terputar begitu saja di otaknya. Ia melangkah ke dalam kamar untuk mengambil ponselnya. Ada nama Devan tertera di layar ponsel itu.

"Ya, Van," ucap Saskia setelah mendengar kata halo dari seberang sana.

"Ma, gue ketemu Hana tadi sore."

"Ya terus?"

"Dia sama Rony."

Ucapan Devan tadi membuat Saskia terdiam sejenak. Ia tidak ingat kapan terakhir ia bertemu dengan Hana, hanya saja setahunya ia juga menghilang sama seperti Rony.

"Kia, masih di sana?"

Pertanyaan Devan menyadarkan Saskia. "Mungkin Rony mau temuin orang-orang yang dia kenal setelah balik lagi Van. Lo kenapa sih?"

"Tapi bukan itu yang gue liat, Ki."

"Yaudah, sih. Bukan urusan kita juga."

"Gue harap perasaan lo ke Rony udah sepenuhnya hilang ya, Ma."

"Ya, Van."

Setelah sambungan telepon terputus, Saskia memilih berbaring di tempat tidurnya dengan rasa bingung yang luar biasa. Ia sebenarnya tidak mengerti jenis perasaan seperti apa yang ia miliki saat ini pada Rony. Perasaan cinta seperti dulu, atau hanya sebuah kepingan masa lalu yang bekasnya masih tersisa. Hanya bekas yang sejenak dapat berlalu. Entahlah. Ia juga tidak bisa mendeskripsikan perasaannya ketika mendengar nama Hana kembali disebut. Gadis itu teman dekat Saskia dulu, yang kemudian berubah menjadi orang yang membenci Saskia tanpa gadis itu tahu penyebabnya apa.

*****

Hari itu Saskia harus mengunjungi beberapa radio untuk promo single terbarunya. Perutnya terasa perih akibat belum sempat sarapan karena kesiangan. Dan Dinda tidak ikut dengannya. Saskia menyuruhnya libur beberapa hari untuk fokus pada ujiannya. Hari itu ia visit radio hanya ditemani oleh bang Candra managernya.

"Bang, aku ke mini market depan bentar, ya. Mau beli roti. Perutku perih nih," ucap Saskia setelah acara di radio pertama selesai.

Bang Candra menjawab dengan anggukan. Manager Saskia itu memang irit bicara. Ia akan berbicara jika ada hal penting, atau jika laki-laki itu ingin bicara saja.

"Sas, kamarin Olivia hubungin aku ngomongin soal projek kamu sama Rony. Katanya kalian mau dikasi projek bareng lagi," ucap Bang Candra sambil menyetir mobilnya.

"Terus gimana, Bang?"

"Aku sih gak setuju, Sas. Menurutku biarin dulu si Rony punya single sendiri. Beberapa single dulu lah. Setelah itu kalau mau colab lagi ya gak masalah. Aku gak mau nanti Rony dicap ngedompleng popularitas kamu aja secara kan dia baru come back."

"Ya bener juga sih, Bang. Biarin dia mandiri dulu. Kalau aku sih gak masalah kapanpun diajak duet lagi sama dia," sahut Saskia. Ia juga setuju dengan pendapat managernya itu. Ia ingin nama Rony kembali besar karena diri Rony sendiri.

"Tapi Oliv minta kamu yang buatin dia lagu. Gimana Sas?"

"Ya, gapapa sih, Bang. Tapi alangkah baiknya kalau Rony juga terlibat. Aku sih bisa aja kasih dia lagu, tapi aku juga mau Rony andil dalam pembuatan lagunya. Jadi nanti kalau rilis gak ketulis ciptaan Saskia Samira doang Bang."

Candra mengangguk setuju. Baginya Saskia lumayan bijak dalam mengambil keputusan. Meskipun tengah membantu temannya untuk kembali bangkit, Saskia tetap tidak ingin Rony bangkit menggunakan nama besar Saskia saja.

"Lagian aku yakin, sih, bang. Rony pasti punya banyak lagu yang siap dirilis tanpa campur tangan aku," ucap Saskia sembari mengunyah roti gandum yang tadi ia beli.

"Aku pikir kamu marah, Sas. Kan si Rony dulu ninggalin kamu gitu aja," Candra menoleh pada Saskia sejenak kemudian kembali fokus pada jalanan.

"Dulu mungkin aku marah, bang. Tapi dia pasti punya alasan kenapa dulu dia pergi gitu aja. Kalau dipikir-pikir saat itu Rony juga rugi, pergi disaat dia lagi naik, kan bang."

Saskia masih mengunyah rotinya sambil mengingat kejadian dulu. Perasaan kecewanya pada Rony yang pergi tanpa pamit meninggalkan sejuta kebingungan dan membiarkan Saskia menghadapi pertanyaan dari orang-orang sendirian. Dulu, Saskia benar-benar kecewa pada Rony yang tega membiarkannya menghadapi pertanyaan orang-orang sendirian, sedangkan ia saja tidak memiliki jawaban atas menghilangnya laki-laki itu. Ada luka juga di hati Saskia. Ia terluka bukan karena Rony meninggalkannya saat single duet mereka sedang meledak, melainkan saat ia mulai menyadari ada Rony di hatinya.

****

I hope you like this story.

**tinggalin vote dan komen juga untuk cerita ini ya**

Thank you.

Masih AdaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang