Bagian Dua Belas

6.2K 307 5
                                    

Pukul delapan malam saat Rony baru saja selesai dengan urusannya. Hari itu ia melakukan workshop lagu barunya bersama beberapa orang dari labelnya dan tentunya Olivia. Butuh waktu delapan jam untuk berdiskusi dan merampungkan rancangan lagunya. Laki-laki itu merasa sedikit lega, setidaknya lagu yang ia tulis beberapa tahun yang lalu sebentar lagi akan didengar banyak orang.

Masih panjang sebenarnya prosesnya, setidaknya lagu itu berhasil masuk dapur rekaman. Dan Rony bersyukur untuk itu. Lagu yang ia tulis sesaat setelah meninggalkan Saskia dan segalanya. Lagu yang ia tulis untuk mengungkapkan kerinduannya pada gadis cerewet yang menularkan kecerewetannya pada Rony itu.

Mobil Rony berhenti di halaman rumah minimalis bercat putih. Ia melangkah menenteng beberapa belanjaan yang baru saja dibelinya sepulang dari kantor label tadi. Seeorang perempuan dengan baju rumahan dan rambut yang dicepol sembarang menyambutnya. Menerima dua kantong kresek berukuran besar di tangan Rony.

"Baru kelar?" tanya perempuan itu yang dijawab anggukan oleh Rony.

"Masuk dulu, aku udah masak. Makan di sini aja. Kamu pasti belum makan," ucap perempuan itu lagi.

"Gak usah, udah malem. Aku mau ke rumah mama juga nanti makannya di rumah mama aja," sahut Rony.

"Yaudah kalo gitu. Thanks ya, Ron. Hati-hati. Salam sama om dan tente," perempuan itu meletakkan barang titipannya yang tadi Rony bawa kemudian melangkah ke luar rumah menyusul langkah Rony.

"Han, jaga diri baik-baik. Gak selamanya gue bisa jagain lo terus. Lo harus bisa jadi ibu yang kuat," ucap Rony sebelum memasuki mobilnya.

"Ya, Ron. Gue akan berusaha kuat demi Aria," ucap Hana -perempuan itu- pada Rony sambil menyebut nama anaknya yang baru berusia empat bulan itu.

Rony kembali mengendarai mobilnya. Jalanan malam itu masih terbilang padat. Dan jarak rumah Hana dari rumah mamanya masih membutuhkan waktu sekitar satu jam kalau jalanan lancar. Rony menahan kantuknya dengan sekuat tenaga agar ia bisa fokus menyetir. Kopi kemasan yang tadi dibelinya di supermarket ternyata tidak mempan untuk mengusir sedikit kantuknya. Ia memutuskan untuk memutar musik. Menyetel lagu-lagu milik Saskia yang selama ini mampu membuat moodnya membaik. Barangkali bisa mengusir kantuknya juga.

"Malem banget pulangnya, Ny," sambut mama Rony ketika Rony sampai di rumahnya.

"Habis belanja buat keperluannya Aria tadi sekalian, ma. Kasian Hana urus sendirian," Rony meletakkan tas selempangnya di atas meja, kemudian melangkah menuju dapur. "Ony laper banget ma, mama masak apa?"

Mama Rony mengikuti anaknya melangkah menuju dapur. "Mama buatin naniura kesukaan kamu. Tadi abang protes katanya kalau Rony yang mau datang baru deh mama masak naniura," tutur perempuan paruh baya itu.

"Dasar abang. Udah tua masih aja protes," gerutu Rony kemudian melahap makanan yang sudah tersaji di atas meja makannya.

Tidak lama papanya keluar dari kamar. Menyambut satu-satunya anak yang tinggal terpisah dari mereka itu.

"Kenapa semalam ini kamu pulang, Ny? Gimana lancar workshopmu?" papa Rony mengambil posisi duduk di sebelah Rony.

"Lancar, pa. Tadi habis dari studio aku ke rumah Hana dulu soalnya."

"Gimana keadaan dia Ny?"

"Udah lebih membaik sih sekarang, pa. Oh ya, Hana nitip salam buat kalian,"

"Ajak lah main-main kesini, Ny," ucap mama Rony. Sudah lama juga ia tidak bertemu Hana. Sekitar lima atau enam bulan. Bahkan orang tua Rony belum pernah bertemu Aria.

"Nanti ma, tunggu Aria agak besaran dulu," sahut Rony sambil mengunyah makanannya.

Setelah selesai makan, Rony berpamitan kepada kedua orang tuanya untuk segera bersih-bersih dan tidur. Hari itu cukup melelahkan baginya. Namun ia juga merasa bahagia karena kesibukannya yang selalu ia rindukan dulu dapat kembali ia jalankan.

*****

Dering ponsel membangunkan Rony dari tidurnya. Matanya mengerjap sejenak sebelum mengamati layar ponselnya mencari tahu siapa yang menelepon. Ada nama Hana di sana.

"Halo. Kenapa Han?" suara serak khas bangun tidur Rony terdengar jelas di telinga Hana.

"Ron, maaf nelpon lo pagi-pagi gini. Ini si Aria muntah-muntah dari semalem. Gue harus apa?"

Suara Hana terdengar panik di seberang sana.

"Jangan panik. Ke rumah sakit sekarang gue pesenin taxi online. Nanti gue susul," ucap Rony tegas kemudian mematikan ponselnya.

Tidak lama Rony bangkit dari tidurnya. Melesat menuju kamar mandi untuk membasuh wajahnya. Setelah berganti pakaian, ia menyambar kunci mobil dan tas selempang di atas nakas.

"Ny, mau kemana?" tanya mamanya yang melihat Rony berjalan tergesa-gesa.

"Ma, kata Hana, Aria muntah-muntah dari semalam. Ony nyuruh mereka ke rumah sakit duluan. Ini mau Ony susulin," ucap Rony kemudian mengecup kening ibunya.

"Minimal cuci muka dulu, bang," ucap Vina, adik Rony yang sedang sibuk membantu ibunya di dapur.

Kedua perempuan di rumah itu saling tatap. Rony terlihat begitu khawatir pada Aria.

"Gak usah bawel deh, Na. Aku jalan ya ma," pamit Rony setelah protes singkatnya pada sang adik.

*****

Rony menajamkan pengelihatannya. Mencari sosok Hana diantara banyaknya manusi di salah satu unit gawat darurat rumah sakit itu.

"Ron," panggil Hana dari belakang. Rony memutar tubuhnya menghadap Hana.

"Gimana Aria?"

"Kata dokter dia alergi susu sapi, sekarang muntah-muntahnya udah mendingan. Ayo," Hana mengajak Rony menuju ruangan tempat Aria dirawat.

Kekhawatiran terlihat jelas di wajah Rony. Ia sangat menyayangi Aria. Rasa sayang yang bermula dari rasa kasihan. Rony menyayangi Aria seperti anaknya sendiri semenjak ayah anak itu pergi meninggalkan mereka.

"Han, maaf ya. Ini gara-gara susu yang gue beliin semalem ya?" Rony merasa bersalah mengingat semalam dirinyalah yang membelikan susu Aria.

"Gak, Ron. Biasanya dia juga minum susu itu, kok," sahut Hana. Ia mengelus anaknya yang terlelap itu. Hati Hana hancur saat itu melihat anaknya yang masih berumur empat bulan terbaring lemas di ranjang rumah sakit.

"Han, lo harus kuat ya. Lo harus jadi mama yang kuat buat Aria."

Rony menarik tibuh Hana ke dalam dekapannya. Kemudian mengelus pundak perempuan itu. Rony adalah saksi kerapuhan Hana selama ini. Ia adalah orang yang terus membersamai Hana melewati peliknya hidup dan cobaan bertubi-tubi yang harus dilewati perempuan itu. Maka Rony mengerti, tidak pernah mudah menjadi seorang Hana.

*****

Hana siapa sih?
Hibungannya sama Rony apa sih?
Kok Rony care banget?
Nanti aja deh ceritain siapa Hana.

**jangan lupa tinggalin vote dan comment untuk cerita ini juga ya**

Thank you

Masih AdaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang