Bagian Enam Puluh

6.8K 363 28
                                        

Album perdana Rony baru saja dirilis seminggu yang lalu. Perilisan album bertajuk Memilih Bahagia itu tentu lagi-lagi menghebohkan para penikmat musik tanah air. Rony, lelaki pemilik suara seksi itu memang suka sekali memberi kejutan. Tentu membuat para penggemarnya kegirangan dan bangga sekaligus. Tidak pernah mereka bayangkan kalau Rony sedang mengusahakan albumnya karena Rony tidak sedikit pun memberi bocoran. Ya begitulah Rony. Si paling tiba-tiba.

Dada Rony berdegup lebih kencang dari sebelumnya. Panasnya kota Surabaya di bulan September justru membuat tubuhnya menggigil. Hari itu ia menepati janjinya untuk menemui orang tua Saskia. Menyampaikan niat baiknya untuk mengajak puteri kesayangan mereka menuju ke jenjang yang lebih serius.

"Sayang, aku degdegan," aku Rony ketika mobil yang mereka tumpangi tiba di depan rumah Saskia.

Saskia menggenggam tangan lelakinya sembari sedikit terkekeh. Tangan itu begitu dingin. Pasti Rony sangat gugup.

"Kan udah pernah ketemu orang tuaku. Kenapa masih gugup?"

"Beda cerita sayang," sahut Rony.

"Satu tahap yang pasti harus kamu lewati, Ron. Yuk sayang, I am with you," Saskia menarik tangan Rony memasuki rumahnya.

Kedua orang tua Saskia menyambut kedatangan mereka dengan hangat. Seperti biasa Saskia memeluk kedua orang tuanya bergantian untuk melepas rindu. Kemudian Rony menyalami mereka sembari mencium tangan keduanya.

"Ayo, masuk. Gimana perjalanan kalian tadi Ron? Sasa gak marah-marah lagi sama kamu seperti terakhir kali kamu main ke rumah kan?" tanya papa Rony sembari mendudukkan dirinya di sofa.

"Nggak, om. Aman," sahut Rony. Dadanya masih berdetak kencang.

"Ron, minum dulu," ucap mama Saskia setelah meletakkan segelas minuman dingin di hadapan Rony.

"Kalian udah pada makan siang?"

"Udah pa. Tadi kita makan di bandara sambil nunggu boarding," sahut Saskia kemudian menegak minumannya hingga tandas.

"Kalau gitu kalian istirahat sana. Ron, kamu nginep sini aja tadi tante udah nyiapin kamar buat kamu," seru papa Saskia yang dijawab anggukan oleh Rony.

****

Saskia memeluk papanya ketika usai membersihkan diri. Rony masih di kamarnya. Nampaknya ia sedang istirahat atau mungkin mengumpulkan keberanian jika papa Saskia tiba-tiba mengajaknya berbicara.

"Anak papa ini bentar lagi mau jadi istri orang," ucap papa Saskia sembari menyentil hidung anaknya.

Saskia melepas pelukannya. "Papa seneng nggak, kalau Sasa nikah?"

Papa Saskia mengajak anaknya untuk duduk di ruang tengah. Mamanya terlebih dahulu di sana. Menonton tv sembari mengelus Ben, kucing kesayangannya.

"Papa seneng banget lah, Sa. Tapi gak bohong juga kalau papa sedih. Anak perempuan papa akhirnya diambil sama orang lain."

"Sa, kalau kamu jadi istri nanti kamu harus bisa jadi lebih dewasa. Banyakin sabarnya. Kamu harus bisa jadi penerang sekaligus penenang di keluargamu. Kurangin malesnya." Mama Saskia angkat bicara sembari mematikan tv yang tadi ia tonton.

"Dalam rumah tangga, kamu harus bisa berjalan beriringan. Apapun masalahnya, kalian harus saling ada satu sama lain. Nanti setelah nikah, kebiasaan kamu curhat sama kita itu harus kamu ubah. Kamu gak boleh ceritain semua masalah kamu ke orang lain, sekalipun orang tua. Jadikan suami kamu teman curhat pertama. Sa, cinta itu bisa hilang kapan saja, tapi rasa saling membutuhkan yang akan membuat hubungan itu kokoh."

Saskia mengangguk-anggukkan kepalanya mendengar nasihat orang tuanya.

"Tapi papa seneng, dek. Akhirnya kamu ketemu sama laki-laki yang kamu cintai dan juga mencintai kamu." Papa Saskia mengelus puncak kepala anaknya.

Masih AdaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang