Bagian Lima Belas

6.2K 342 4
                                    

Pukul sebelas siang di hari Rabu yang hangat. Saskia membuka pintu rumahnya ketika mendengar belnya berbunyi. Hari itu Mbak Wiwit, pekerja di rumah Saskia sedang pergi. Saskia memintanya mengantar Simba dan Elsa kucing jenis british shorthair peliharaannya ke pet shop karena harus dipotong kukunya.

Sivia tersenyum lebar ketika Saskia membuka pintu rumahnya. Gadis itu menyambar ke pelukan Saskia tanpa aba-aba membuat Saskia sedikit terjungkal. Dibelakang Sivia ada Devan dengan kantong belanjaan di kedua tangannya. Mereka melangkah memasuki rumah. Devan meletakkan barang bawaannya di atas meja dapur, kemudian kembali ke ruang tengah menghampiri Saskia dan Sivia yang masih berpelukan di atas sofa coklat saling melepas rindu.

"Lebay kalian, baru juga seminggu gak ketemu," gerutu Devan sembari mendudukkan dirinya di single sofa.

Saskia dan Sivia kompak menjulurkan lidahnya ke arah Devan.

"Aisha mana, Van?"

"Nyusul dia Ki, mau perawatan dulu katanya," sahut Devan.

"Ngeri, kali anak itu," seru Saskia kemudian terkekeh.

Hari itu mereka berempat memang memiliki rencana untuk masak-masak di rumah Saskia. Kebetulan jadwal mereka sama-sama sedang kosong. Dan belakangan sangat susah bagi mereka untuk mendapatkan momen seperti itu.

"Mbak Wiwit kemana, Sas?" tanya Sivia menanyakan pekerja di rumah Saskia yang sudah menjadi bestie-nya itu.

"Lagi nganterin Simba dan Elsa perawatan. Emang Aisha doang yang bisa perawatan, kucing gue gak boleh kalah dong," seru Saskia.

"Kurang ajar nyamain ayang gue sama kucing," seru Devan sambil melempar batang kangkung di tangannya pada Saskia.

Saskia dan Sivia tergelak mendengarnya sambil melanjutkan kagiatan memasaknya. Saskia bertugas menyiapkan perbumbuannya dan Sivia berdiri di depan kompor menumis sayuran. Sementara Devan, ia hanya menjadi tim hore. Hanya pura-pura sibuk tanpa melakukan apapun. Tugasnya cuma satu. Makan.

Pukul dua belas lewat sembilan menit Aisha datang menenteng paper bag berisi sponge cake dan beberapa potong puding beraneka rasa. Kemudian meletakkannya di atas meja makan dan berjalan menuju dapur. Berbaur dengan yang lainnya.

"Makin glowing aja lama-lama ku lihat kau, ya, Aisha," ucap Sivia dengan nada sedikit meledek.

"Bacot, lo, Piak," bela Devan sambil tersenyum manis pada gadisnya.

"Jadi Devan gak nemenin kamu perawatan, Sha? Parah sih ini. Dia malah nemenin temennya belanja ketimbang nemenin kamu," Saskia sedang menjadi kompor saat itu.

Aisha, seperti biasa menanggapinya dengan senyuman sambil sesekali terkekeh. Ia sudah hafal candaan itu. Dan ia tahu sebenarnya Saskia lah yang memaksa Devan menemani Sivia berbelanja.

Devan menarik belakang kerudung Saskia sebal. "Bacot lo. Lo sendiri yang maksa gue nemenin Sivia padahal sebenernya lo juga bisa."

Saskia menanggapinya dengan cengiran sambil membenarkan posisi kerudungnya yang agak tertarik ke atas akibat ditarik Devan.

"Emang dasar males aja, bocah," gerutu Sivia sembari membalikkan ayam dalam wajan.

"Tadi aku ketemu kak Rony di toko kue. Terus aku ajakin kesini aja. Paling bentar lagi sampai," ucap Aisha yang membuat Saskia mengalihkan pandangannya dari ulekan ke gadis itu.

"Gak usah tegang gitu mukanya," ledek Devan.

"Bisa diem, nggak?" desis Saskia. Ia mengangkat ulekan ditangannya dan mengarahkannya pada Devan. "Gue getok lo ya," sambungnya.

Masih AdaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang