Bagian Sembilan Belas

5.7K 325 4
                                    

"Emang boleh se-lovestagram itu?" ledek Devan.

"Apaan sih, Van," gerutu Saskia sembari menekuk wajahnya saat mendengar ledekan dari Devan dan melihat wajah menyebalkan itu.

Aisha menyikut lutut Sivia, melempar kode dengan tatapan, kemudian tersenyum penuh arti.

"Gas aja lah Sas. Sayang banget cowok seganteng itu kau lewatkan gitu aja," seru Sivia yang membuat Saskia makin menekuk wajahnya.

Tidak akan ada habisnya mereka menggoda Saskia.

Saat itu mereka sedang menghabiskan waktu di apartement Devan. Hanya beberapa jam yang mereka miliki sebelum nanti Saskia harus kembali mengisi acara di salah satu mall di pusat kota Jakarta.

"Atau sebenarnya kau belum bisa move on dari Rony?"

"Kenapa jadi Rony?" protes Saskia.

"Berarti kak Zidan nih?" Aisha bertanya dengan ekspresi datar. Terlihat sangat polos.

"Gak usah ikut-ikut, Sha," Saskia semakin kesal dengan bulan-bulanan teman-temannya itu.

Aisha terkekeh, juga dua orang lainnya yang tersenyum penuh arti. Di waktu yang bersamaan, Rony keluar dari dalam toilet. Sempat saling pandang sejenak dengan Saskia kemudian membuang muka. Ia kemudian mengambil tempat duduk di sebelah Sivia. Kini posisinya Sivia berada di tengah-tengah antara Rony dan Saskia, sementara Aisha dan Devan duduk lesehan di atas karpet.

"Sejak kapan ada Rony?" tanya Saskia yang memang tidak tahu kalau Rony juga ada di tempat itu.

"Dari semalem dia di sini," sahut Devan kemudian kembali memasukkan kripik kentang ke mulutnya.

"Sekarang privasi udah gak penting lagi ya Ki?" Pertanyaan Rony membuat seisi ruangan menoleh padanya dengan tatapan bertanya.

"Konteks?" tanya Saskia setelah berpikir keras namun tidak menemukan maksud perkataan Rony tadi.

Rony mendengus kesal. Enggan untuk menjelaskan apa yang ia maksud tadi. Hatinya terlanjur panas hanya untuk mengingat apa yang ramai diperbincangkan warga net belakangan.
Malam itu saat Saskia di Semarang bersama Zidan, ia mengunggah sebuah foto di instastory-nya. Hanya foto pemandangan city light kota Semarang. Namun yang membuatnya menjadi heboh adalah ketika Zidan juga mengunggah instastory dengan pemandangan yang sama di waktu yang berdekatan. Keduanya berhasil menciptakan berita sana sini soal hubungan spesial keduanya. Juga berhasil membuat Rony terbakar.

"Ron, kenapa sih?" Saskia meninggikan suaranya ketika tidak kunjung mendapat jawaban dari Rony.

"Cemburu dia Ki. Gak peka banget," sahut Devan yang membuatnya mendapat tatapan tajam dari Saskia.

"Apaan, cemburu-cemburu," gerutu Saskia. Ia kesal dengan Rony yang tiba-tiba cuek padanya.

Rony berdecak melihat reaksi Saskia, sementara Saskia, ia masih dengan wajahnya yang ditekuk.

****

Pukul lima sore, Saskia berpamitan pada Devan dan teman-temannya. Beberapa jam lagi ia harus mengisi acara di salah satu mall di Jakarta Pusat.

"Gue anterin, Sas," Rony angkat bicara setelah Saskia bertos ria dengannya.

"Gak usah gue bawa mobil," Saskia menolak.

"Titipin di sini mobilmu, kau sama Rony aja. Jangan terlalu mandiri," Sivia berkomentar.

"Kenapa, sih? Kan gue mau sendiri," gerutu Saskia.

Devan memberi kode pada Aisha agar gadis itu bisa membantu membujuk Saskia. Sebuah dukungan untuk Rony dari ketiga temannya.

"Kak Saskia, mending sama kak Rony aja, di jalan jadi ada temen ngobrol. Gak jenuh. Ya kan Van?"

"Bener kata Aisha, Ki. Kan lo bisa manfaatin Rony juga, suruh ngapain ke gitu," Devan ikut menjadi kompor.

Saskia mendengus, akhirnya ia pasrah daripada teman-temannya makin cerewet dan menghambat waktunya saja. Sementara Rony yang berdiri di belakang Saskia mengacungkan jempolnya kepada ketiga temannya itu.

"Lo belum jawab pertanyaan gue tadi," Saskia membuka obrolan ketika mobil Rony telah melaju di jalanan.

"Pertanyaan yang mana? Perasan banyak pertanyaan lo tadi," sahut Rony. Matanya menatap lurus ke depan.

"Konteksnya apa lo ngomongin privasi?"

"Oh yang itu."

Saskia menoleh pada Rony, menunggu kalimat berikutnya dari lelaki itu namun Rony diam. Tidak melanjutkan kalimatnya.

"RON!" panggil Saskia dengan suara yang mulai meningkat.

Rony menghembuskan nafas berat. "Sekarang lo gak masalah bikin-bikin story samaan gitu sama cowok? Sekarang lo gak masalah dijadiin bahan cocoklogi?"

"Oh."

Rony menoleh mendengar respon dari Saskia tadi. Apa itu? Hanya 'oh' saja responnya. Kemudian ia kembali menatap jalanan dengan wajah yang sudah tertekuk maksimal.

"Ron, lo bawa masker sama kacamata kan?"

"Buat apa?"

"Kan nanti kita ke mall, males aja nanti ada yang paparaziin."

"Kalau dipaparaziin sama Zidan gak males?"

"Apaan sih Ron? Nyebelin."

"Gue serius, kalau sama Zidan gak males?"

"Kan Zidan cuma temen."

"Terus gue?"

"Au, ah."

Perdebatan itu diakhiri dengan kerucutan menggemaskan di bibir Saskia. Rony dibuatnya salah tingkah dan gemas melihat kelakuan gadis itu.

"Gue apa, Ki?"

"Kambing," sahut Saskia asal. Sesungguhnya wajah tertekuknya itu hanya alibi untuk menutupi salah tingkahnya. Entah mengapa pertanyaan Rony itu membuatnya salah tingkah.

"Malah jadi kambing," Rony terkekeh sambil fokus menyetir.

"Makanya males dipaparaziin sama kambing."

"Gak bau kok gue, jadi gapapa ya dipaparaziin sama kambing wangi. Mahal loh, Ki parfum gue."

"Jadi lo mengakui diri lo kambing gitu?"

"Asal lo seneng, mau dikatain kambing, kuda, kerbau, onta, monyet apapun itu gue gapapa Sal," ucap Rony sambil fokus pada jalanan.

Saskia tertunduk, menahan senyumannya. Salah tingkahnya makin menjadi-jadi. Padahal itu adalah kalimat random yang sudah biasa Rony ucapkan tapi entah kenapa membuat Saskia salah tingkah.

"Gue mau nanya serius deh, Ki," ucap Rony sambil menatap lekat wajah Saskia ketika mobil yang ia kendarai berhenti di lampu merah.

"Serem," sahut Saskia.

"Lo suka sama Zidan? Lo seneng dishipperin sama dia?"

"Gue membiasakan diri aja Ron. Lingkungan kita ini jadi sorotan itu udah pasti. Selagi gak mengarah ke yang negatif, gue sih santai aja."

"Tapi lo sama Zidan?"

"Temen."

"Kalau lo sama gue?"

"Temen."

"Kalau gue maunya lebih dari temen?"

"Bisa diem gak Ron? Hijau tuh," Saskia menunjuk lampu lalu lintas yang sudah berubah warna. Berusaha mengalihkan pembicaraan.

Saskia masih kebingungan dengan sikap Rony. Bisa-bisanya dia berkata seperti itu sementara Rony tidak lagi sendiri. Di pikiran Saskia, Rony merupakan ayah dari anak yang berumur empat bulan. Suami dari teman lamanya.

****

Thank you for reading
Aku masih mau menyiksa Rony sampai beberapa part lagi. Maafkan aku Ron 🙂🙂

See you in the next chapter

Thank you

Masih AdaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang