Bagian Empat Belas

6.5K 285 6
                                        

Pertengahan tahu 2020

Rony berjalan tergesa-gesa sambil memandangi ponselnya. Hari itu menjadi hari yang sangat melelahkan untuk Rony. Proses pembuatan video clip lagu terbarunya dengan Saskia baru saja rampung sekitar satu jam yang lalu dan kini ia sudah berada di kediaman Hana. Mencari sosok perempuan yang sempat dekat dengannya itu. Rony memeluk tubuh Hana erat saat melihat gadis itu tersedu dengan tubuh yang bergetar. Rony mengusap punggung Hana, berharap bisa memberi perempuan itu ketenangan.

Orang-orang dengan pakaian serba hitam berlalu-lalang. Beberapa dari mereka menghampiri Hana mengucapkan ungkapan bela sungkawanya. Rony masih terdiam di sebelah Hana, tanpa sepatah kata pun keluar dari mulutnya. Hari itu ia mendapat kabar dari adiknya bahwa ibunda Hana meninggal. Dan tanpa berpikir panjang, setelah menyelesaikan pekerjaanya, Rony segera menghampiri gadis itu. Meski bagi Rony cerita mereka telah usai, lelaki masih menyimpan rasa simpati yang besar untuk gadis itu karena Hana hanya hidup bersama ibunya setelah ayahnya memilih meninggalkan mereka demi wanita lain.

"Yang kuat ya, Han. Ikhlasin mama," ucap Rony pada akhirnya setelah ibu Hana selesai dimakamkan.

Hana terdiam. Ia menundukkan kepalanya dalam. Memikirkan hidupnya tanpa sang ibu, membuat isakannya kian menjadi. Rony kembali menarik Hana ke dalam pelukannya.

"Gue gak punya siapa-siapa lagi sekarang, Ron," ucap Hana dengan nada seraknya. Ia terlalu banyak menangis.

"Jangan mikir gitu. Masih ada gue dan teman-teman lo yang lain. Lo gak sendirian, Han."

Hana kembali terdiam. Ia merasa semua tidak adil baginya. Ayahnya pergi meninggalkannya dan memilih wanita lain. Luka itu belum sepenuhnya sembuh, kemudian ibunya juga ikut pergi untuk selamanya. Bahkan Rony, laki-laki yang ia sukai, juga terang-terangan mengatakan bahwa ia tidak memiliki perasaan lebih pada Hana padahal sejak awal mereka kenal, Hana merasa ia dan Rony cukup dekat. Terlalu istimewa untuk ukuran sebuah pertemanan.

Rony terus mengelus punggung Hana. Berharap gadis itu mendapat ketenangan dari elusan itu. Ia tidak bisa membayangkan bagaimana jika dirinya yang ada di posisi Hana, Rony pasti akan hancur. Membayangkannya saja sudah membuat hatinya terluka.

Rony meninggalkan rumah Hana setelah memastikan gadis itu lebih tenang. Saat itu ia tidak bisa menjanjikan apapun pada Hana. Rasa kasihanlah yang membawanya kesana.

****

Satu bulan berlalu setelah kepergian ibunya. Dan Hana harus kembali melanjutkan hidupnya. Kini ia sebatangkara. Hidup sendiri tanpa ada yang menunggu kepulangannya lagi.

Pagi itu ia sudah tiba di salah satu studio milik seorang Youtuber terkenal. Pekerjaan pertama yang ia ambil setelah kepergian ibunya adalah mengisi sebuah podcast untuk salah satu chanel youtube. Dan podcast itulah yang menyebabkan masalah besar kembali menghampiri hidupnya.

Di awal perbincangan masih aman, mereka membahas soal karir bernyanyi Hana. Tentang singel-singelnya yang telah ia rilis. Kemudian pembahasan tentang kepulangan sang bunda dan kehidupan asmara.

"Katanya ada satu cowok yang nemenin kamu sepanjang pemakaman mama, ya? Boleh di-spill gak siapa cowok itu?" tanya salah satu host podcast tersebut.

Hana menarik nafas sambil tersenyum simpul. Ia tidak bisa menceritakan secara terang-terangan itu Rony. Tapi mengingat kejadian itu dan selama sebulan belakangan Rony kembali intens menghubunginya, membuat hati Hana berbunga dan ia tidak bisa menahan senyumnya.

"Gue denger-denger itu Rony. Dan rumornya kalian pacaran. Bener itu?" tanya host yang lainnya.

"Nggak, kita gak pacaran. Cuma deket aja tapi keburu direbut sama si itu," sahut Hana sambil terseyum.

"Si itu yang mana tuh?"

"Ada, lah. Masa gak tau sih."

Kemudian mereka tertawa setelah para host ber-oh ria.

"Menurut lo, lebih cocok lo sama Rony atau 'si itu' sama Rony?" tanya salah satu host sambil menekankan kata si itu pada pertanyaannya.

Hana tidak langsung menjawab. Ia memikirkan sejenak jawaban yang tepat untuk pertanyaan menjebak itu. "Kalau gue sih gak ada apa-apanya, kak, dibanding si itu. Ya lo liat sendiri aja, selalu dianak emaskan padahal yang lain masih banyak yang bisa lebih dari dia."

"Wah, maksudnya gimana tuh?"

"Masih banyak yang lebih berkualitas dari dia, kan kak. Dia gak seistimewa itu menurut gue. Fans-nya aja yang terlalu fanatik."

Hana merasa biasa saja mengungkapkan itu. Sesuai dengan apa yang ia lihat dan dirinya juga tidak menyebut nama. Namun statementnya itu mengundang kemarahan orang-orang yang menontonnya. Sehingga setelah podcast itu tayang, kolom komentar dipenuhi oleh hujatan untuk Hana.

Minimal punya kualitas yang sepadan dulu baru boleh ngomongin orang di podcast

Keliatan banget irinya. Dasar pick me.

Karyanya apa ya? Kok berani-beraninya ngomentarin orang yang jelas-jelas diatas dia.

Gini katanya orang berpendidikan? Gak ngotak.

Kurang kasih sayang ya mba? Duh kasian.

Halu banget disukain Rony.

Emang gak ada apa-apanya sih lo.

Gue kasian sama ni orang, baru aja ditinggal ibunya tapi otaknya masih kurang, aja. Gak suka gue sama lo mbak, sumpah.

Dan masih banyak komentar negatif lainnya.

Tidak hanya itu. Setiap kali Hana melakukan sesuatu, atau mengunggah sesuatu di media sosialnya, semakin banyak hujatan yang ia dapat. Awalnya Hana mencoba untuk mengabaikannya. Namun lama kelamaan, ia merasa tertekan. Seolah apa yang ia lakukan selalu salah di mata semua orang. Hana sendirian di sana, tidak memiliki sosok orang tua yang tidak akan menghakiminya di tengah dunia yang sedang sibuk menghakiminya. Tidak ada orang yang bisa ia ajak bercerita juga. Semakin lama, komentar-komentar negatif itu mulai menggerogoti kesehata mentalnya. Membuat ia merasa selalu kurang dalam segala hal.

"Itu cuma podcats dan gue gak ada sebut nama, kenapa kalian pada heboh sih? Coba jadi netizen lebih cerdas dikit."

Klarifikasi Hana itu semakin membangkitkan amarah para netizen, yang mengakibatkan hujatan untuknya semakin menjadi-jadi. Bahkan tidak jarang, ketika ia berjalan di suatu tempat, orang-orang memandangnya dengan tatapan sinis penuh kebencian. Seolah Hana merupakan manusia paling hina di dunia.

****

Rony berlarian di lorong rumah sakit. Setelah mendengar kabar dari saudara sepupu Hana kalau gadis itu nekat mencoba mengakhiri hidupnya, ia segera melesat meninggalkan pekerjaannya untuk melihat keadaan Hana.

"Lo gila, Han," ucap Rony setelah menemukan ruangan Hana dan melihat gadis itu terkulai lemas di bangsal rumah sakit.

"Gue gak sanggup lagi lewatin ini, Ron," sahut Hana lemah.

"Bukan gini caranya keluar dari masalah, Han,"

"Gimana caranya Ron? Gak ada orang yang nerima gue di luar sana, jadi buat apa gue hidup?"

Rony mengacak rambutnya. Tidak pernah terbayang olehnya kalau wanita di hadapannya itu sampai berniat mengakhiri hidupnya.

Ia meraih tangan Hana yang pergelangannya dibalut perban. Menatapnya nanar.

"Jangan gini lagi, gue sedih lihatnya," ucap Rony. Ia menatap wajah Hana dengan tatapan sendunya.

Air mata Hana tumpah begitu saja. Hatinya sakit melihat tatapan sedih Rony. "Maaf, Ron," ucapnya sambil terisak.

"Janji sama gue, lo gak akan ngelakuin hal bodoh ini lagi."

Hana mengangguk sembari mengusap air matanya. Selama mengenal Rony, hari itu adalah pertama kalinya ia melihat Rony menatapnya dengan tatapan sesendu itu yang membuat rasa bersalahnya menyeruak.

****

Belum selesai, part ini masih ada kelanjutannya

See you di Bagian Empat Belas (2)

Masih AdaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang