Bagian Lima Puluh Tiga

5.6K 411 41
                                    

Saskia memandang gadis di hadapannya dengan tatapan dingin dan menikam. Membuat siapa saja yang ditatap seperti itu merasa ngeri sendiri. Di sebelahnya ada Fitri yang duduk berhadapan dengan Candra.

"Aku bakal maafin kamu kalau kamu jujur, kalau kamu gak bisa bicara jujur, biar polisi langsung yang tanganin kasus ini," ucap Saskia, membuat dada gadis di hadapannya makin bergemuruh.

Tadi, Saskia mendengar gadis itu berbicara dengan seseorang di telepon. Membahas kasus pencurian rancangan, dan menyuruh orang di telepon kabur sejauh-jauhnya. Saskia yang emosi, langsung menghampiri gadis itu, dan menangkap basahnya. Saskia langsung memanggil Fitri dan Candra ke rumahnya.

"Jawab Din. Seenggaknya kasi tau tujuan kamu lakuin itu. Oh, ya aku lupa ngasi tau, wardrobe-ku yang kamu sembunyiin di kampusmu udah diamanin polisi."

Dinda tampak menegang mendengar informasi dari Saskia.

"Bukan aku, mbak. Ini semua ulah kembaranku," sahut Dinda masih menundukkan kepalanya.

Saskia makin geram. Ia sama sekali tidak mengenal kembaran gadis itu. Apa sebenarnya urusan dia dengan Saskia.

"Kamu tahu siapa yang nyuri desainnya Gabriel?" telisik Candra. Lelaki itu mencoba mencari kebenaran di mata Dinda.

"Aku gak tau, pak."

"Terus siapa yang tadi lo suruh kabur?" Saskia meninggikan suaranya. Semakin emosi karena merasa dikhianati orang kepercayaannya.

Dinda bungkam. Membuat Saskia makin meledak.

"Bang, lapor polisi aja. Buktinya udah banyak. Hubungin Gabriel. Pelaku yang nyuri desainnya ada di rumah gue sekarang!"

"Bukan aku mbak, sumpah demi Allah."

"Jangan bawa-bawa Tuhan!"

"Sabar Sas, redam emosimu dikit," Candra mengingatkan. Namun Saskia tetap geram.

"Lo ngomong, atau gue geret lo ke kantor polisi sekarang?"

Dinda masih bergeming. Membuat Saskia begitu marah. Ia bangkit kemudian melangkah memasuki kamarnya. Membanting pintu dengan keras kemudian menangis. Orang kepercayaannya tega menjahatinya.

"Din, kamu tahu masalah kamera tersembunyi itu juga?" Tanya Candra. Fitri memasang wajah kebingungan.

"Aku boleh minta nomornya kembaran kamu? Atau alamat rumahnya?"

Air mata Dinda menetes. Gadis itu ketakutan. "Pak, aku tahu semuanya tapi sumpah bukan aku pelakunya."

"Kalau kamu bicara itu akan sangat membantu, tapi kalau kamu diam, kamu pun akan kena hukuman karena melindungi pelaku," Candra memelankan suaranya agar Dinda bisa membuka suara tanpa tekanan.

"Pak, yang nyuri desain mas Gabriel itu orang suruhan kembaran saya, saya juga tahu dimana baju itu dibuat," ucap Dinda.

"Terus kenapa bajunya Aries Darmawan bisa ditemukan di loker kamu?"

"Kadang Karina pura-pura jadi saya pak. Kami kembar identik, kalau orang yang gak kenal deket akan susah bedain kami."

"Tapi lo pasti tahu baju itu ada di lokermu kan? Kenapa lo diam?" Fitri buka suara. Gadis itu juga jengah pada pengakuan Dinda.

"Saya hanya melindungi saudara saya."

"Jadi semua ulah Karina? Kamu tahu tujuannya?"

Dinda tampak menimbang. Ia sebenarnya tahu mengapa Karina melakukannya. Gadis itu sudah beberapa kali memperingatinya, namun kembarannya itu tidak mau mendengar.

"Dinda, kamu akan lebih meringankan hukuman kembaranmu kalau kamu berani bicara," ucap Candra.

"Selama ini yang saya tahu dia sering kontekan sama Rihana Azahra. Tapi saya gak tahu pasti apa tujuan mereka."

Masih AdaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang