Berjalan di sebuah mall di akhir pekan, Saskia sudah tidak memakai masker dan kaca mata hitamnya lagi. Sekarang ia sudah terbiasa dinotice orang dan tidak menghindarinya seperti dulu lagi. Kakinya melangkan kesana kemari mengikuti sepasang kekasih yang baru saja berbaikan. Tidak ada protes seperti biasanya jika dua temannya itu mengabaikannya. Saskia memilih memberi mereka kesempatan berdua. Ia hanya mengintili saja karena malas di rumah sendirian.
Mata Saskia menangkap sosok yang ia kenal. Perempuan itu berjalan di lantai bawah sambil mendorong stroller. Di lengan kanannya tergantung tas yang cukup besar. Saskia menyipitkan kembali matanya untuk memastikan ia tidak salah orang.
"Van, Sha," panggil Saskia pada dua orang di depannya.
Keduanya menoleh bersamaan. Kemudian mengikuti arah telunjuk Saskia.
"Kak Hana?" seru Aisha saat matanya menangkap sosok yang Saskia maksud.
"Dia udah punya anak?" gumam Saskia. Devan dan Aisha di depannya hanya saling pandang tanpa menjawab.
"Yaudah, yuk," Devan menarik tangan kedua gadis yang masih mematung di keramaian itu. Kebengongan mereka saat itu menghambat orang-orang yang berjalan di sekitar mereka. Maka Devan mempercepat langkahnya menarik tangan kedua gadis itu meski sudah dipastikan Saskia sibuk mengoceh.
"Jangan buru-buru kenapa sih, Van. Kaki kita gak sepanjang lo. Malu diliatin tau. Eh capek Van. Yaampun berenti Devan kita bisa kok jalan sendiri tanpa harus digeret gini."
"Bisa diem gak? Berisik," Devan menoleh pada Saskia dengan tatapan tajam.
Bukannya diam Saskia makin mengomel, "Makanya lepasain. Kita gak usah diseret-seret gini, bisa jalan sendirin juga. Van, ayolah. Malu diliatin orang."
Aisha yang juga ikut berlari kecil mengikuti langkah Devan hanya terdiam sambil sesekali cekikikan. Melihat Saskia yang berontak sambil terus mengomel dan Devan yang sibuk menarik mereka sambil tersenyum pada orang-orang yang memperhatikan kejadian itu.
"Duduk yang anteng ya anak-anakku," ucap Devan ketika mereka tiba di sebuah restoran Jepang dalam mall tersebut.
"Kan gue bilang mau makan tomyam, kok diajak ke sini?" protes Saskia namun Devan segera menghadapkan telapak tangannya di depan wajah Saskia.
"Diem. Jangan kebanyakan protes. Aisha bilang pengen makan sushi," sahut Devan.
Saskia mendengus sebal. Dasar bucin. Salahnya sendiri juga, sudah tahu akan menjadi korban kebucinan mereka masih saja mengintil.
"Kak Saskia mau makan tomyam? Yaudah yuk," Aisha hendak bangkit dari tempat duduknya namun segera dicegah Saskia.
"Gak usah, Sha. Kita makan di sini aja," Saskia mengambil edamame di atas meja setelah memastikan Aisha duduk di tempatnya.
Ketiganya asyik menikmati makanan ketika sayup-sayup terdengar suara yang familiar untuk mereka. Aisha menyenggol siku Devan ketika matanya menangkap pemilik suara itu. Gadis itu memberi kode kekasihnya untuk menoleh ke arah kirinya. Saskia yang melihat itu seketika ikut menoleh juga. Dan matanya menangkap sosok Rony dengan stroller di sebelahnya.
"Van," panggil Saskia ketika menyadari stroller yang berada di sebelah Rony merupakan stroller yang sama dengan yang Hana bawa tadi. Lantas mata Saskia mengamati kesana kemari. Mencari sosok Hana yang mungkin juga ada di tempat itu.
Belum selesai dengan tanda tanya di kepalanya. Tiba-tiba ponsel Saskia bergetar. Ia menerima sebuah pesan dari sahabatnya, Sivia. Dia mengabari Saskia kalau sore tadi ia bertemu Rony di rest area sambil menggendong bayi.
Sivia : Sas, kau dimana? Aku gak salah lihat ini? Kau tau Rony dah balik? Aku ketemu di rest area dia bawa bayi
Udah punya anak rupanya dia. Siapa istrinya?Saskia tidak menjawab pesan itu. Ia enggan memikirkannya.
"Kenapa, Ki?" tanya Devan setelah Saskia meletakkan ponselnya kembali ke atas meja.
Saskia menggeleng. Saat itu ia merasa kebingungan lagi. Kebingungan pada perasaannya sendiri. Ia tidak merasa sakit seperti saat Rony meninggalkannya dahulu, namun ada rasa hampa di sana. Perasaan kosong yang entah mengapa tiba-tiba hinggap di dadanya.
"Lo tau ini, Van?"
"Gue ketemu mereka beberapa waktu lalu. Gue gak tanya hubungan mereka, sih. Tapi interaksinya udah ngejawab semuanya. Lo juga bilang, kan. Pagi-pagi ada Hana di rumah Rony," sahut Devan.
Aisha yang duduk berhadapan dengan Saskia segera mengelus pundak gadis itu. Ia ingin menyemangati Saskia meski ia sendiri tidak tahu apa yang sekarang Saskia rasakan. Yang ia tahu, selama tiga tahun belakangan Saskia terluka dibalik cerianya. Ia menolak semua laki-laki yang berusaha mendekatinya karena takut akan ditinggalkan. Yang Aisha tahu, semenjak Rony pergi, Saskia tidak pernah baik-baik saja.
*****
Rony punya anak dan bisa-bisanya dia menyatakan perasaan pada Saskia. Dimana otaknya?
Kalimat itu menari di kepala Saskia. Membuatnya tidak fokus pada sesuatu yang ia kerjakan saat itu. Juna yang ada di sana dibuat gemas.
"Sas, katanya mau cepet kelar. Ayolah jangan salah terus," ucap Juna menghampiri Saskia ke dalam ruang rekaman. Ia sudah lelah karena harus me-retake terus menerus dari tadi karena nada Saskia yang tidak tepat.
"Maaf. Sekali lagi, ya. Kita ulang sekali lagi."
Juna berdecak. Ia kembali ke tempatnya. Sudah puluhan kali Saskia melakukan kesalahan. Jika orang lain yang bersama gadis itu sekarang, mungkin sudah dari tadi Saskia dimaki. Untung itu Juna, teman kuliah Saskia yang paling sabar.
Hari itu Saskia dan Juna sedang merampungkan demo single terbarunya sebelum diserahkan pada label awal bulan nanti. Sebenarnya Saskia ingin segera menyelesaikannya agar tidak merasa dihantui.
"Ada masalah?" tanya Juna ketika kegiatan mereka hari itu baru saja usai. Saat itu mereka sedang duduk di rooftop studio Saskia sambil menikmati makan malam mereka.
Saskia menggeleng. Ia menatap lurus ke depan sambil memainkan tusuk sate di tangannya.
"Lo bisa aja bilang lagi gak ada masalah ke orang lain. Tapi ke gue gak bisa, Sas. Gue tau lo banyak pikiran, kan?"
"I am fine, Jun," ucap Saskia. Ia meraih sate di piringnya kemudian menyuapkannya kembali ke mulutnya.
Juna diam. Ia membiarkan saja Saskia dengan kebungkamannya. Ia tahu gadis itu. Suatu hari nanti Saskia pasti akan bercerita padanya tentang apa yang terjadi yang menyita banyak pikirannya. Saskia bukan orang yang suka memendam. Ia akan berkeluh kesah pada orang yang dipercayainya.
"Kalau soal kerjaan, jangan terlalu dijadiin beban. Kerjain pelan-pelan nanti juga kelar. Kalau di luar kerjaan, no komen gue. Semangatin aja, lah," ucap Juna. Ia merapikan bungkusan sate yang isinya telah habis dan memasukkannya ke dalam tempat sampah di sebelah kirinya.
Saskia tersenyum simpul. Ia sebenarnya juga membenci keadaan seperti itu. Ketika aktifitasnya terganggu oleh isi kepalanya sendiri dan harus mengorbankan waktu orang lain. Namun pikirannya soal Rony seakan tidak bisa dikendalikan. Laki-laki itu berhasil menyita fokusnya dan Saskia benci hal itu.
"Waktu udah buat gue terbiasa tanpa lo, Ron. Tapi kenapa lo datang lagi dengan situasi yang lebih rumit?" Saskia membatin.
****
Nah loh beneran gak sih Rony udah punya anak??
Gimana menurut kalian?**vote dan comment untuk cerita ini juga ya**
Thank you

KAMU SEDANG MEMBACA
Masih Ada
FanfictionKembalinya Rony setelah tiga tahun menghilang tanpa kabar menciptakan kebingungan dalam hati Saskia Rony tiba-tiba menghubunginya lagi. Laki-laki itu juga kembali membuka kenangan yang susah payah Saskia kubur dalam hidupnya. Ketika Rony kembali, a...