Bagian Tiga Puluh Tiga

5.5K 304 5
                                    

Rony mengendarai mobilnya dengan kecepatan penuh ketika mendengar kabar dari Hana bahwa Aria demam tinggi. Saat itu pukul satu dini hari, ia baru saja hendak memejamkan mata selepas mengisi acara off air di salah satu lounge di Jakarta. Dan beberapa jam lagi ia sudah harus terbang ke Makasar.

Rony tiba di rumah Hana lima belas menit setelah mendapat kabar dari perempuan itu. Menyentuh bayi di gendongan Hana kemudian berdecak.

"Sejak kapan panas gini?" tanya Rony setelah menyentuh kening Aria.

"Tadi Ron, dia tiba-tiba demam," sahut Hana.

"Yaudah, kita ke rumah sakit sekarang," ucap Rony sembari menyambar tas selempang berukuran cukup besar berisi perlengkapan Aria.

****

Rony tiba di bandara pukul empat pagi. Laki-laki itu belum tidur sama sekali. Ia menyesap kopi hitam yang dibelinya di salah satu coffeshop dalam bandara tadi sembari mencari sosok Saskia. Gadis itu mengabari kalau ia dan tim sudah berada di dalam gate, namun Rony belum menemukan sosoknya.

Saskia melambaikan tangan setelah matanya menemukan sosok Rony. Laki-laki itu berjalan gontai dengan rambut berantakan.

"Ron, sini!" serunya ketika mata mereka saling beradu.

Rony berjalan mendekati Saskia. Senyumnya merekah ketika melihat gadis itu. Rasa pusing akibat menahan kantuknya seketika berkurang.

"Aria gimana?" tanya Saskia ketika Rony telah mengambil tempat duduk di sebelahnya.

"Demamnya belum turun, tapi udah ditanganin dokter. Tadi saat gue tinggal dia udah lebih tenang sih," jawab Rony kemudian menguap.

Saskia meletakkan ransel pada deretan kursi di hadapan mereka, kemudian meletakkan bantal yang tadi menggantung di lehernya di atas ransel tersebut.

"Tidur bentar Ron, nanti gue bangunin," serunya sembari menepuk deretan kursi di hadapannya.

Rony menoleh gadis di sebelahnya sambil tersenyum. Memberikan senyum termanisnya pada gadis itu kemudian membaringkan tubuhnyan di tempat yang tadi ditunjuk Saskia. Namun bukannya terlelap, Rony malah menatap wajah Saskia sembari tersenyum. Badannya ia serongkan ke kiri agar lebih leluasa melihat sosok wanita itu.

"Tidur, jangan lihatin gue," seru Saskia tanpa mengalihkan pandangan dari ponsel, berpura-pura sibuk padahal ia hanya menatap layar kosong saja. Menyembunyikan rasa salah tingkahnya akibat diperhatikan oleh Rony seperti itu.

"Sayang kalau tidur," sahut Rony. Tatapannya masih tertuju pada Saskia.

Saskia menghembuskan nafas berat. Kemudian ia meletakkan ponselnya di atas paha dan ikut menatap Rony. Alhasil netra mereka saling beradu. Untuk beberapa saat, mereka bertahan saling tatap memperhatikan wajah masing-masing dengan iringan degup jantung keduanya. Tidak ada yang mengalihkan pandangan hingga Keenan tiba menghampiri mereka.

"Ngapain sih kalian?" tanya Keenan sembari mendudukkan dirinya di sebelah Saskia.

"Ganggu aja," gerutu Rony kemudian membalik tubuhnya menjadi terlentang, melipat tangan di atas dadanya dan memejamkan mata.

"Oh, kalian lagi pacaran ya. Duh sorry gue pindah deh," Keenan segera berpindah tempat meninggalkan mereka berdua karena merasa tidak enak.

"Tidur!" seru Saskia ketika Keenan telah berlalu. Ia tahu Rony pasti belum tidur sama sekali. Tadi laki-laki itu mengabarinya kalau ia sedang berada di rumah sakit menemani Aria yang mendadak demam tinggi. Saskia juga tahu kalau sebelumnya Rony bekerja sampai tengah malam.

Saskia melihat jam di pergelangan tangannya saat suara nafas Rony mulai teratur. Masih ada setengah jam lagi untuk pesawat mereka boarding, setidaknya Rony bisa memejamkan mata sejenak. Saskia menatap wajah tenang milik Rony. Dulu ia sering merasa kesal saat Rony sedikit-sedikit terlelap. Selalu mengantuk. Ia juga suka menjahili laki-laki itu ketika tertidur sampai Rony kesal.

Masih AdaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang