Bagian Empat Puluh Delapan

6K 397 6
                                    

Saskia duduk di sebuah kursi bar yang di hadapannya terdapat beberapa alat musik. Ada partitur stand juga stand mic di depannya. Ia bersenandung ringan, bernyanyi tidak jelas. Anggota band yang lain masih bersiap untik latihan.

"Rony kemana hari ini Sas?" tanya Keenan sembari mengambil posisi di belakang drum.

"Ke Samarinda, Nan," sahut Saskia.

"Acara apa? Biasanya weekend doang kalo ngejob ke luar kota?"

"Ngisi acara ulang tahun anak sultan, fansnya dia," sahut Saskia. Sebenarnya ada rasa kesal di hatinya pada Rony sehingga membuatnya enggan membahas soal lelaki itu.

"Ayo woy latihan, kalian ini mau ku potong gajih kalian?" seru Saskia pada seluruh anggota bandnya. Bercanda tentunya.

Latihan band dimulai, dengan mood Saskia yang tidak baik. Awalnya ia berencana untuk membuat aransemen baru di beberapa lagunya, namun sepertinya hari itu ia urungkan niatnya. Saskia tidak mood sama sekali.

"Katanya mau diskusiin aransemen baru Sas? Kok gajadi?" tanya Juna yang disetujui pemain lainnya.

"Kayanya di Jogja nanti kita main kek biasa aja deh guys. Gak usah yang aneh-aneh," ucap Saskia yang membuat seluruh anggota bandnya keheranan.

"Bukannya lo excited banget sama konser Jogja, Sas?"

"Gue pusing aja mikirin konsepnya," sahut Saskia.

"Yaudah, nanti kita bantu diskusiin. Kalau kita nemu ide, kita akan kasi tahu lo," ucap Juna sabar. Lelaki itu memang yang paling mengerti mood Saskia selama ini, mungkin karena dia yang paling lama mengenal Saskia.

"Thanks, ya guys. Gue boleh istirahat duluan nggak? Pusing banget," ucap Saskia sembari menekan pelipisnya.

Saskia menghempaskan tubuhnya pada sebuah ruangan yang baru saja disulapnya sebagai kamar di lantai dua. Awalnya ruangan tersebut digunakan untuk menyimpan alat-alat musik, atau sound yang tidak terpakai. Namun, setelah penemuan spy cam di rumah Saskia, ia memutuskan menyulap ruangan itu menjadi sebuah kamar. Dulu ia memiliki niat untuk tinggal sementara di studionya. Ruangan itu tidak terlalu besar, hanya berukuran dua setengah kali tiga meter. Terdapat satu tempat tidur berukuran single di dalamnya. Tidak ada perabotan lain, nyaris seperti kamar kost Saskia ketika ia kuliah dulu.

Saskia menghempaskan tubuhnya pada tempat tidur empuknya. Telinganya masih menangkap suara musik di lantai dasar, artinya teman-teman bandnya masih berlatih. Ia meraih ponselnya, membaca pesan dari Rony yang sengaja ia abaikan sedari tadi.

Rony : sayang, aku udah di bandara, hampir telat untung masih kekejar pesawatnya
Rony : udah mulai latihannya ya?
Rony : sayang, aku udah boarding. Doain perjalananku lancar ya

Saskia : aku baru kelar latihan band. Take care

Saskia membalas pesan Rony seadanya, namun pesan itu belum terkirim, sepertinya Rony masih di dalam pesawat. Kemudian ia memejamkan matanya. Kepalanya terasa pusing, hari itu Saskia merasa dirinya kurang sehat, ditambah moodnya yang juga buruk.

Rony : sayang, aku udah sampai. Kamu lagi apa?
Rony : kok gak bales sih? Katanya udah kelar latihan.
Rony : sayang kamu Haikala? Aku kangen

Saskia membuka matanya, melirik ponselnya, melihat beberapa pesan dari Rony yang belum dibacanya.

Saskia : maaf Ron tadi ketiduran. Agak pusing

Ponsel Saskia berdering sesaat setelah pesannya dibaca Rony. Memperlihatkan foto dan nama Rony di layarnya.

"Sayang kamu sakit?" Belum sempat Saskia membuka mulut, pertanyaan Rony sudah memburunya.

Masih AdaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang