Bagian Sembilan

6.6K 352 1
                                        

Minggu pagi yang cukup cerah dan Saskia yang sudah harus bekerja. Hari itu ia diundang oleh salah satu lembaga yang sedang mendemokan UMKM lokal yang diselenggarakan di halaman sebuah mall di kawasan Jakarta Pusat.
Hari itu Saskia memilih untuk menggunakan pakaian casual sesuai dengan permintaan penyelenggara acara. Dengan celana leather hitam, dipadukan dengan inner berwarna putih dan jaket jins hitam sebagai outernya. Kerudung berwarna abu-abu melengkapi penampilannya. Heels hitam menghasi kaki cantiknya.

Saskia melambaikan tangan pada semua mata yang menyaksikan penampilannya pagi itu. Meskipun telah memasuki tahun kelimanya di dunia entertain, nyatanya antusias penggemarnya tidak pernah berubah. Dimanapun Saskia, orang-orang selalu antusias menyaksikan penampilannya. Dan Saskia, ia masih merasa haru setiap kali melihat euforia penggemarnya.

"Mbak Saskia, ada yang mau ketemu," ucap Dinda setelah Saskia turun dari panggung. Sebelumnya gadis itu memberikan tumbler di tangannya pada Saskia.

"Siapa, Din?" Saskia kembali meneguk air hangat di tumblernya.

Dinda segera berjalan mendahului Saskia sambil mengarahkan Saskia dimana orang yang ingin bertemu dengannya itu.

Perempuan itu bangkit dari tempat duduknya saat mata mereka saling beradu. Saskia tersenyum tipis pada perempuan di hadapannya itu. Kecanggungan menyeruak. Saskia bingung harus bagaimana di posisinya seperti itu. Yang ia lakukan adalah berpura-pura membenarkan kerudungnya yang sudah rapi, dan berusaha terlihat setenag mungkin.

"Apa kabar, Sas?" tanya perempuan berambut panjang itu sambil menjabat tangan Saskia.

"Baik, Han. Lo gimana?" tanya Saskia kemudian duduk di hadapan gadis itu.

"Seperti yang lo lihat Sas. Gue baik."

Saat itu mereka sedang berada di salah satu coffee shop yang terdapat dalam mall tersebut.

"Mba Saskia mau aku pesenin kopi?" tanya Dinda memecah keheningan.

"Boleh, Din. Yang kaya biasa, ya," sahut Saskia sembari melempar senyuman pada Dinda.

"Congrats ya, Sas. Lo makin keren aja," Hana memberi senyuman pada Saskia.

"Lo sendiri gimana, Han? Sibuk apa sekarang?" tanya Saskia tanpa menanggapi ucapan Hana sebelumnya.

"Sibuk jadi ibu aja, Sas. Anak gue baru empat bulan," jawab Hana.

Saskia yang mendengar itu tidak kaget. Ia sempat melihat Hana di mall membawa stroller dan perlengkapan bayi.

"Wah, selamat ya udah jadi ibu. Ngomong-ngomong kenapa tiba-tiba mau ketemu gua?"

Sebenarnya Saskia tidak tahu harus bagaimana setelah bertemu dengan Hana lagi. Dulu, perempuan itu pernah sangat membencinya tanpa sebab yang jelas. Dan sekarang tiba-tiba ia kembali seolah tidak pernah ada yang terjadi di antara mereka di masa lalu.

"Gue ke sini mau ngomongin masalah Rony."

Saskia mengernyitkan dahinya. "Soal Rony?" tanya Saskia kebingungan.

"Lo tau kan, dia baru aja kembali. Dan dia harus merintis karirnya dari nol lagi. Gue minta tolong lo support dia, ya Sas. Rony butuh dukungan lo saat ini," Hana menyentuh punggung tangan Saskia kemudian mengelusnya.

"Anytime, Han," jawab Saskia.

Saskia menghembuskan nafas berat. Pertemuannya dengan Hana pagi itu pasti akan menambah daftar overthinkingnya. Sementara ia enggan untuk bertanya apa sebenarnya hubungan perempuan itu dan Rony. Entah mengapa tapi Saskia memilih untuk tidak mencari tahu.

*****

Saskia duduk di backstage salah satu acara festival malam itu. Ia bukan merupakan pengisi acaranya. Gadis itu memilih untuk menemani Aisha mengisi salah satu acara di kawasan Karawang. Ketiadaan kesibukan akan membuat Saskia overthinking saja, maka ia memilih untuk menyibukkan diri mengikuti teman-temannya manggung. Sebelumnya ia telah menghubungi temannya yang lain, dan berhubung lokasi manggung Aisha yang terdekat, ia memilih menemani Aisha saja.

Masih AdaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang