Saskia membuka matanya ketika mendengar ponselnya berdering. Matanya mengerjap, melirik jam waker di nakasnya. Tepat tengah malam dan siapa yang berani-beraninya mengusik tidurnya. Saskia berdecak melihat nama si penelepon namun di saat yang bersamaan sudut bibirnya terangkat.
"Gangguin orang tidur aja," protesnya sebelum si penelepon membuka suara.
"Marah mulu, ayo turun!"
Saskia kebingungan. Setelah mendengar kalimat itu sambungan telepon dimatikan. Ia mengganti pakaiannya, tak lupa mengenakan kerudung terdekat yang bisa ia raih kemudian melangkah meninggalkan kamarnya.
Saskia mematung di ujung tangga, melihat laki-laki yang berdiri di bawah sana, membawa sebuah tart lengkap dengan lilin yang menyala juga sebucket bunga berukuran besar. Laki-laki itu memandangnya dengan tatapan teduh yang dalam, dan senyuman yang menyejukkan.
"Happy birthday, Kayla Saskia Samira," ucap Rony ketika Saskia tiba di hadapannya.
"Ron, gue aja gak inget hari ini ulang tahun," ucap Saskia. Ia senang. Senang sekali, ada perasaan berbunga di dalam hatinya. Setelah sekian tahun, ia merasakan perasaan itu lagi.
"Udah tua ya lo," celetuk Rony.
"Tetep tuaan lo," tukas Saskia.
Saskia memejamkan matanya, mengucap beberapa harapan dalam hatinya kemudian meniup lilin yang menyala di atas kue tart di tangan Rony. Lilin itu menyala kembali meski Saskia tiup berulang kali hingga ia kesal sendiri, membuat Rony terkekeh melihatnya. Sekali lagi hoby Rony adalah membuat Saskia kesal.
"Tiup sendiri lah, kesel gue gak mati-mati," ucap Saskia sembari melangkah menuju sofa dan mendudukkan dirinya. Pipinya masih mengembung menggemaskan. Membuat Rony ingin mencubitnya.
Rony menyusul langkah Saskia kemudian meletakkan benda di tanganya di atas meja depan sofa. Ia duduk di sebelah Saskia sembari tertawa. Tawa yang terdengar menyabalkan di telinga Saskia namun berhasil membuat hatinya bahagia. Aneh memang, Rony selalu menyebalkan bahkan sejak pertama kali mengenal laki-laki itu, tapi Rony juga yang selalu berhasil membuat Saskia bahagia.
"Jangan marah-marah dong, lagi ulang tahun juga," seru Rony. Nadanya ia buat selembut mungkin.
"Ron, thanks ya," Saskia menatap wajah lelaki di sebelahnya itu dengan tatapan setulus mungkin.
"Sama-sama Ki. Lo besok ada kegiatan apa? Gue temenin ya? Gue free."
"Gue ada photoshoot aja sih, tapi yakin mau nemenin?"
"Gas lah," sahut Rony mantap.
"Yaudah sana pulang, udah kemaleman besok jemput gue jam sepuluh jangan telat," Saskia sedikit mendorong tubuh Rony di sebelahnya.
"Buset diusir nih gue?"
"Gak gitu Rony," tukas Saskia, ia kembali mengembungkan pipinya.
"Yaudah iya, gue pulang. Sekali lagi selamat ulang tahun ya Kia. Semoga semua yang lo harapin segera terwujud. Dan semoga lo cepet sayang sama gue," Rony bangkit dari duduknya setelah mengucapkan harapannya.
Saskia menoleh ke arah Rony sejenak kemudian menunduk menahan senyum. Ia merasa pipinya memanas. Semburat merah pasti terpancar di sana dan Saskia tidak ingin Rony melihatnya.
"Kabarin kalau udah di rumah," seru Saskia sebari melambaikan tangan pada Rony yang telah memasuki mobilnya. Laki-laki itu membalas dengan acungan jempol, kemudian ikut melambaikan tangannya. Saskia berbalik badan memasuki rumah ketika mobil Rony telah keluar dari halaman rumahnya.
Sudut bibir Saskia terangkat melihat bucket bunga berukuran besar dan tart di atas meja. Hatinya seolah terisi penuh. Di sebelah bucket itu terdapat sebuah kotak kecil berwarna biru yang baru Saskia sadari keberadaannya. Ia meraihnya dan menemukan sebuah surat di dalamnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Masih Ada
Fiksi PenggemarKembalinya Rony setelah tiga tahun menghilang tanpa kabar menciptakan kebingungan dalam hati Saskia Rony tiba-tiba menghubunginya lagi. Laki-laki itu juga kembali membuka kenangan yang susah payah Saskia kubur dalam hidupnya. Ketika Rony kembali, a...