Bagian Tiga Puluh Sembilan

6K 356 12
                                    

Saskia : Ron, mama papa nyuruh ke rumah.

Rony membuka ponselnya melihat pesan dari Saskia kemudian tersenyum. Ia baru saja keluar dari kamar mandi, membersihkan tubuhnya yang terasa lengket akibat panasnya kota Surabaya.

Rony : Oke Ki. Gue jalan sekarang

Rony mengenakan pakaiannya. Kemudian melangkah dengan penuh semangat menuju kediaman Saskia. Keluarga gadis itu ternyata juga menerimanya dengan baik. Rony tahu keluarga Saskia memang terbuka pada semua teman-teman anaknya. Rony diundang ke rumah mereka lagi mungkin karena ia yang mengantar Saskia pulang dari Jakarta.

Kendaraan online yang Rony tumpangi tiba di rumah Saskia sepuluh menit kemudian. Disambut hangat oleh kedua orang tua Saskia namun berbeda dengan gadis itu. Saskia masih sama seperti pagi tadi. Wajahnya dingin dan terlihat ketus pada Rony.

"Dia kenapa sih?" Rony membatin.

Papa Saskia mengajak Rony untuk makan malam di rumah mereka. Mencoba makanan yang dimasak mama Saskia. Katanya Saskia juga ikut membantu. Membantu memberi komentar maksudnya. Rony tertawa mendengarnya.

"Kemarin juga Saskia bantu mamaku masak om. Kata mama kolaborasi antara mama dan Saskia, padahal dia bantu motong sama ngaduk doang," komentar Rony setelah mendengar cerita papa Saskia.

Saskia sudah bercerita pada kedua orang tuanya mengenai masalah-masalah yang ia hadapi, juga tentang spy cam yang membuatnya ketakutan. Saskia juga bercerita, dua hari belakangan ia menginap di rumah Rony, keluarga itu yang menjaga Saskia ketika ia merasa tidak aman di rumahnya sendiri.

"Masih mending motong sama ngaduk, Ron. Ini nyicip sama komen doang. Berasa jadi juri master chef dia, padahal dia sendiri gak bisa masak."

Kedua laki-laki itu tertawa.

"Ngomong-ngomong makasi banyak ya Ron. Kamu udah jagain Saskia di Jakarta. Dia juga cerita katanya nginep di rumah papa mamau selama dua hari. Sampaikan terima kasih om sama orang tua kamu juga," papa Saskia mengelus punggung Rony, mengucapkan terimakasih dari dasar hatinya karena lelaki itu telah menjaga anak bungsunya.

"Sama-sama om. Nanti Rony sampaikan."

Meja makan keluarga Saskia kembali terisi lengkap, bedanya posisi Adnan ditempati Rony. Kakak Saskia itu tidak jelas kapan kepulangannya. Ada beberapa jenis masakan di atas meja. Semuanya terlihat menggugah selera di mata Rony.

"Makan Ron, gak usah sungkan," seru mama Saskia sembari menyendokkan nasi pada suaminya.

Rony mengangguk. Melirik gadis di hadapannya yang sedari tadi bungkam, kemudian menyendok nasi ke piringnya. Ia tertarik dengan sup berwarna hitam di atas meja. Ya rawon. Dulu Saskia pernah bercerita rawon buatan mamanya yang terbaik. Rony jadi penasaran. Ia menyendok rawon itu menunangkannya ke mangkok yang telah disediakan.

"Saskia sering cerita kalau rawon buatan tante yang terbaik. Ternyata dia gak bohong, tan. Enak banget," puji Rony setelah menyeruput kuah rawonnya. Saskia meliriknya sekilas, namun kembali membuang muka.

"Makasi Ron. Coba yang lain juga Ron," mama Saskia tampak senang, masakannya dipuji Rony.

Rony menyendok sedikit beberapa makanan yang tersaji di atas meja, memindahkan ke piringnya. Rony kembali memujinya. Kemudian mama Saskia merekomendasikan udang telur asin yang juga menjadi makanan kesukaan Saskia. Sebenarnya bukan makanan khas Surabaya, tapi setiap pulang ke rumah, Saskia selalu minta dibuatkan itu oleh mamanya.

Selepas makan malam, mereka berkumpul di ruang tengah rumah Saskia. Berbagi cerita mengenai banyak hal. Rony menceritakan kesehariannya di Australia dulu. Tentang apa saja yang menarik di negri kanguru itu. Orang tua Saskia juga ikut berbagi cerita tentang masa kecil Saskia, bagaimana dulu gadis itu begitu gigih memperjuangkan apa yang ia inginkan. Sementara Saskia hanya diam. Tidak banyak bicara seperti biasanya.

Masih AdaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang