"Jadi gimana Ron? Mau pakai lagu dari gue atau lo mau coba ajuin lagu lo sendiri?" tanya Saskia pada Rony yang saat itu berkunjung ke studio Saskia untuk berlatih.
"Gue ada lagu sendiri, sih Ki. Kira-kira mereka setuju gak ya kalau gue pakai lagu sendiri?"
"Coba omongin dulu, Ron."
Rony mengangguk. Sebenarnya ia sangat ingin lagu ciptaannya itu bisa masuk dapur rekaman. Lagu itu lagu paling berkesan dan memiliki makna yang dalam untuk Rony sendiri. Ia ingin orang lain mendengarnya dan mengetahui, serindu apa Rony dulu pada seorang gadis yang terpaksa harus ia tinggalkan.
"Lo mau dengerin lagu gue gak, Ki?" tanya Rony yang disambut anggukan mantap dari Saskia.
Rony berjalan meraih gitar, kemudian kembali duduk di sofa sebelah Saskia.
Intro di mulai. Ada gemuruh di dada Rony ketika menyanyikan lagu itu. Lagu yang tiga tahun lalu ia tulis dengan perasaan bersalah yang luar biasa juga rindu yang tak terbendung.
Kelabu langit hari itu
Semendung langkahku meninggalkanmu
Kasih, maafkan aku
Ku harus tinggalkan cintakuHari berisik tanpa dirimu
Adalah sepi yang menghujamku
Rindu, sumpah mati
Menahan rindu jiwaku matiApa kabar kamu
Rindukah dirimu
Seperti aku merindukanmuApa kabar kamu
Maafkanlah diriku
Yang terpaksa menjauhHari berisik tanpa dirimu
Adalah sepi yang menghujamku
Cinta, maaf ku harus pergi
Biarlah rindu ku bawa matiApa kabar kamu
Rindukah dirimu
Seperti aku merindukanmu
Maafkanlah diriku
Yang terpaksa menjauhTerpaksa menjauh
Rony mengakhiri lagunya bertepatan dengan Saskia yang diam-diam menyeka ujung matanya agar air matanya tidak tumpah. Senandung Rony tadi, suara khas pria itu yang mengalun indah, kata demi kata di liriknya, terasa sampai ke hati Saskia.
"Ron," Saskia menggantungkan ucapannya. Sesungguhnya ia tidak bisa berkata apa-apa setelah mendengar nyanyian Rony. Lukanya di masa lalu seakan kembali terbuka.
"Lagu ini judulnya terpaksa menjauh. Gue ciptain tiga tahun lalu ketika gue terpaksa harus ninggalin lo, Ki."
"Keren. Gue yakin ini masuk kriterianya Olivia, sih," komentar Saskia.
Rony meletakkan gitar yang tadi dipangkunya di atas meja. Kemudian ia meraih jemari Saskia.
"Saat itu, gue ngerasa gak tau harus apa. Gue hidup dengan rasa bersalah. Yang bisa gue lakuin cuma doain lo. Ki, selama tiga tahun itu, gak ada satu haripun gue gak mikirin lo. Gue rasanya mau mati nahan rindu."
Saskia menarik nafas berat. Pikirannya melayang pada hari-hari berat saat Rony meninggalkannya. Ia pun sama, setengah mati menahan rindu tanpa tahu kemana harus ia labuhkan.
"Lantas, kenapa lo ninggalin gue? Kenapa lo harus nahan rindu itu sampai tiga tahun?"
"Kia, segala sesuatunya rumit. Kalau gue bisa milih, gue pasti milih ada di samping lo terus daripada harus tersiksa nahan rindu sendiri. Tapi gue gak punya pilihan, Ki."
Rony mengeratkan genggaman tangannya pada jemari Saskia.
"Ki, maafin gue karena pergi gitu aja dulu. Maaf udah bikin lo susah."
"It's ok, Ron. Yang lalu biarlah berlalu. Apapun keputusan lo saat itu, gue yakin itu adalah keputusan terbaik yang lo ambil. Gue gak apa-apa. Gue anggap itu adalah cara Tuhan mendewasakan gue," Saskia mengakhiri ucapannya sembari menarik tangannya dari genggaman Rony.
Mengingat keadaannya sekarang Rony tidak lagi sendiri, rasanya tidak etis untuk berada di situasi seperti tadi.
"Tolong Ron, jangan bikin gue bingung terus," ucap Saskia dalam hati.
****
Rony memandang lurus ke depan dengan isi kepala yang penuh. Mobilnya masih terparkir di depan studio Saskia. Belum bergerak meski gadis itu telah meninggalkannya lima belas menit yang lalu. Ia teringat hari bagaimana perempuan itu mengubah hidupnya.
Saskia yang memberi semua warna dalam hari-harinya yang semula kelabu. Gadis itu seperti mentari yang menghangatkannya sepanjang hari. Dulu, sebelum Saskia hadir di hidupnya, Rony adalah sosok manusia tak berambisi. Ya, ia memiliki mimpi, namun Rony bukanlah orang yang menggebu dalam meraihnya. Tipikal manusia santai yang menikmati arus kehidupan. Dulu sebelum ada Saskia, Rony adalah laki-laki dingin tanpa ekspresi. Dengan rutinitas itu-itu saja dan mulut yang lebih sering bungkam.
Ia ingat saat pertama bertemu Saskia. Bagi Rony, gadis itu hanyalah gadis berisik yang mengaggu tidur siangnya. Gadis yang tidak bisa duduk diam. Hobinya kesana-kemari melakukan hal aneh. Perempuan yang tidak bisa berhenti bicara. Energinya tidak pernah habis.
Lantai enam belas salah satu gedung pencakar langit di ibu kota itu menjadi awal perjuanga Rony. Setelah kali keempat mencoba peruntungan di ajang yang sama, akhirnya ia sampai di titik itu. Masih awal sebenarnya. Kemungkinan gagalnya masih terlalu besar, namun ia tetap bersyukur bisa sampai di sana setelah gagal berkali-kali.
Setelah selesai bernyanyi bersama empat lawannya di depan juri dan dinyatakan lolos, Rony memilih menepi di pojok ruangan. Ia menarik satu kursi, kemudian duduk dan menyandarkan tubuhnya di dinding. Hari itu cukup melelahkan sekaligus melegakan. Ia memilih memejamkan matanya, beristirahat sejenak sebelum pulang dan kembali lagi esok hari.
Baru beberapa menit matanya terpejam, suara gelak tawa perempuan mengganggunya.
"Lagian kenapa rambut lo aneh gini, sih? Kaya gulali. Lo ngerti gulali gak?" ucap seorang perempuan dengan suara yang lumaian kencang.
"Lah daripada lo gak ada rambutnya," sahut perempuan yang satunya.
"Kok tau sih lo gue botak? Padahal udah gue tutupin kerudung."
Pembicaraan yang terdengar tidak penting bagi Rony. Ia bangkit dari duduknya, kemudian berjalan melewati dua gadis yang sedang duduk di lantai. Di ruangan yang sama dengannya.
"Berisik," gumam Rony sembari berdecak saat melewati dua gadis itu.
"Dih. Apaan, sih tu orang," komentar salah satu perempuan di ruangan itu. Dan perempuan itu adalah Saskia.
Rony tersadar dari lamunannya. Jika ia bisa mengulang waktu, ingin rasanya kembali merasakan masa itu. Masa dimana harinya yang berwarna dimulai. Masa dimana ia tidak lagi menjadi Rony yang melempem. Ia ingin merasakan euforia mengejar mimpi bersama teman-temannya lagi. Yang paling penting ada Saskia di sana. Si ratu trending yang ternyata berhasil menarik kekaguman Rony sejak pertama kali ia menyaksikan aksi perempuan itu di atas panggung.
Ya, Rony mulai mengagumi Saskia sejak babak awal kompetisi itu dimulai. Saat gadis itu membawakan lagu ciptaannya yang baru dia buat siang harinya. Saskia keren di mata Rony. Jika saat itu ia tidak ada di panggung yang sama dengan Saskia, sudah dipastikan, Rony adalah salah satu orang yang berdiri di antara penonton yang membawa poster Saskia. Bersama ratusan orang lainnya yang datang ke studio tiap minggu, menyanyikan yel-yel untuk Saskia. Memberi gadis itu semangat setiap kali dia tampil. Rony sekagum itu pada Saskia yang sayangnya tidak pernah ia akui karena dinding gengsi yang terlalu tinggi.
****
Makasi banyak masih mau baca Masih Ada sampai di part ini. Semoga kalian suka ya
**jangan lupa juga vote dan comment untuk cerita ini**
Thank you

KAMU SEDANG MEMBACA
Masih Ada
FanfictionKembalinya Rony setelah tiga tahun menghilang tanpa kabar menciptakan kebingungan dalam hati Saskia Rony tiba-tiba menghubunginya lagi. Laki-laki itu juga kembali membuka kenangan yang susah payah Saskia kubur dalam hidupnya. Ketika Rony kembali, a...