Bagian Enam Belas

6.3K 336 4
                                        

"Eh, ada tamu," ucap Mbak Wiwit ketika ia melihat Saskia dan Rony sibuk berbincang di ruang tengah.

Rony mengangguk sambil tersenyum pada wanita bertubuh mungil itu.

"Kok baru balik, Mbak?" tanya Saskia. "Simba sama Elsa mana?" sambungnya.

"Mbak Wiwit, Elsa nih tolongin nanti kabur dia," ucap seseorang dari luar rumah.

Saskia bangkit dari duduknya karena ia menyadari ternyata Mbak Wiwit tidak sendirian. "Siapa di luar Mbak?" tanya Saskia.

Saskia hendak melangkah keluar, namun sebelum kakinya berhasil melangkah, seorang laki-laki menggendong dua ekor kucing memasuki rumahnya. Saskia meraih salah satu kucing itu, membawanya ke dalam gendongannya. Tak lupa ia mengelus kepala kucing di gendongan laki-laki itu.

"Kok Mbak Wiwit bisa sama kamu?" tanya Saskia sembari mengelus Simba.

"Tadi ketemu di pet shop. Sekalian aja aku anter dia pulang. Mbak, kandangnya masih di mobil, ya," ucap laki-laki itu sambil mendongak ke luar rumah. Berbicara pada Mbak Wiwit yang entah sedang mengerjakan apa di teras.

"Duduk, Dan. Mbak, tolong bikinin minum buat Zidan, ya," seru Saskia. Ia kembali ke tempat duduknya.

"Ron, kenalin ini Zidan, Dan, ini Rony," ucap Saskia memperkenalkan kedua laki-laki itu.

"Zidan," ucap Zidan sambil mengulurkan tangannya.

"Rony," sahut Rony balas menjabat tangan Zidan.

"Sas, ini Rony temen kamu dulu itu, kan?"

"Ya, Dan. Ini Rony dia baru balik dari Aussie," sahut Saskia sambil meremas wajah Simba karena terlalu gemas.

"Jangan digituin," ucap Zidan lembut sambil mengelus kepala kucing abu-abu di pangkuan Saskia itu. "Sini, sama papa nak. Mamamu kasar," sambungnya.

Saskia menyerahkan Simba pada Zidan. Yang kemudian meraihnya dan membawa kedua kucing itu ke dalam kandang berukuran besar di halaman belakang rumah Saskia.

"Siapa?" tanya Rony setelah Zidan berlalu. Ia merasa agak kesal. Cemburu lebih tepatnya.

"Lo gak tau dia? Wah parah, sih," ucap Saskia dengan nada meledek.

"Gak penting juga gue tau," Rony menyahut seadanya.

Zidan Ayres. Siapa yang tidak mengenal laki-laki tampan yang sibuk berlalu-lalang di layar kaca tersebut? Namanya sedang digandrungi oleh para wanita di segala usia. Mulai dari kalangan remaja hingga ibu-ibu. Zidan merupakan aktor terkenal tanah air. Puluhan film dan series telah ia bintangi. Dan bulan lalu, ia baru saja memenangkan penghargaan sebagai pemeran utama pria terfavorit di Festival Film Indonesia. Ajang penghargaan paling bergengsi di dunia perfilman Indonesia. Dan bisa-bisanya Rony tidak tahu.

"Cari di google aja, gue males jelasin," ucap Saskia.

Rony menurut. Ia membuka ponselnya padahal tadi Saskia hanya bercanda menyuruhnya mencari di internet.

"Nama lengkapnya siapa?" tanya Rony ketika ia kebingungan mencari kata kunci untuk pencariannya.

"Astaga lo beneran googling? Zidan Ayres namanya," Saskia takjub dengan rasa penasaran Rony.

"Oh, pantesan aja familiar," komentar Rony ketika sudah menemukan apa yang ia cari di Internet.

"Gitu doang tanggepannya," gerutu Saskia.

"Ya terus?"

Rony menekuk wajahnya. Entah hubungan apa yang dimiliki Saskia dan Zidan, panggilan 'mama papa' untuk kucingnya tadi cukup membuat hati Rony panas.

"Pacar lo?" Rony kembali bertanya karena sebelumnya tidak dijawab Saskia.

"Bukan," sahut Saskia singkat sembari memainkan kukunya.

"Sering ke sini?"

"Lumayan, kita sama-sama suka kucing soalnya. Itu Elsa dia yang ngasih."

"Berarti gue juga harus kasi lo kucing?"

"Kenapa?"

"Biar bisa sering-sering kesini."

Saskia tidak menjawab. Ia bisa merasakan perbedaan ekspresi Rony setelah ada Zidan. Laki-laki itu terlihat lebih tegang. Tidak sesantai sebelumnya. Sepertinya Rony cemburu.

Zidan kembali sambil menepuk versity hitamnya. Menyingkirkan bulu kucing yang menempel di sana.

"Sas, aku balik dulu ya. Ada callingan mendadak. Aku harus jemput si Ciko dari salon juga," pamit Zidan. Ciko adalah kucing ras persia miliknya.

"Thanks, ya. Dan. Hati-hati. Kabarin kalau udah di lokasi," sahut Saskia. Ia bangkit dari tempat duduknya, mengantar Zidan keluar rumah. Tak lupa melambaikan tangannya.

"Perhatian banget," gerutu Rony. Wajahnya masih masam meski sekuat tenaga ia mencoba untuk tidak terlihat cemburu. Apalagi di depan Zidan. Orang yang sejak hari itu masuk ke daftar rivalnya.

"Nyinyir amat kaya netizen," sahut Saskia yang mendengar gerutuan Rony.

"Circle lo sekarang artis, ya," komentar Rony. "Eh, lupa. Lo kan juga artis. Maaf, maaf," sambungnya.

"Kenapa sih, lo Ron?" wajah Saskia tertekuk dengan sempurna. Rony sudah kembali ke mode menyebalkannya. Dan Saskia tidak terlalu suka hal itu.

****

"Van, lo ngerti kucing nggak?"

Devan menghentikan aktifitas memetik senar gitarnya kemudian menoleh pada laki-laki yang duduk di hadapannya. Ia memandang lelaki itu keheranan.

"Pengen pelihara kucing lo?" tanya Devan.

"Lo kenal Zidan Ayres, nggak?"

Sekali lagi Devan menoleh. Pertanyaannya yang pertama saja belum dijawab.

"Kenal. Kenapa Ron?"

"Dia suka kucing, ya?"

Devan menarik nafas berat. Merasa agak sebal dengan laki-laki tanpa ekspresi di depannya itu.

"Mending lo pulang, deh. Ron. Gak jelas banget," gerutu Devan.

"Kok ngusir? Beneran gue serius ini nanya," protes Rony.

"Ya lagian nanyain si Zidan suka kucing apa nggak. Ya mana gue tau," sahut Devan geram.

Rony menghembuskan nafasnya kasar. "Dia deket sama Saskia ya?"

Devan tergelak mendengar pertanyaan itu. "Oh, kesana arahnya," serunya disela tawanya.

"Van," Rony kesal karena bukannya menjawab, Devan justru terbahak.

"Gak tau gue, Saskia gak pernah cerita."

Rony kembali mendengus. Menemui Devan hari itu ternyata tidak membuahkan hasil apa-apa. Hari itu ia memang sengaja berniat menemui Devan untuk menggali informasi mengenai hubungan Saskia dan aktor itu, namun ternyata Devan tidak memberinya jawaban yang memuaskan.

"Saingan lo berat sih, Ron."

"Tapi lo tahu kan hati Saskia milik siapa?" seru Rony sambil tersenyum simpul. Kalimat Rony berhasil membuat Devan melempar pick gitar di tangannya ke arah Rony.

"Lo udah ceritain semuanya ke dia?"

Rony menggeleng. Ia belum mendapat moment yang pas saja untuk menceritakan semuanya pada Saskia.

"Jangan ditunda-tunda. Lo mau dia salah paham terus?"

"Gue mau cerita waktu itu di rumahnya, tiba-tiba si aktor itu dateng. Gue udah keburu bad mood," ucap Rony sambil memainkan pick gitar yang tadi Devan lempar.

"Makan tu bad mood. Keburu Saskia dinikahin Zidan mampus lo," gerutu Devan.

Dasar Rony, sudah didukung penuh oleh Devan, tapi masih saja lamban.

****

Gimana menurut kalian?
Asik kan kalau Rony ketemu saingannya?

See you in the next chapter

Thank you

Masih AdaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang