Stasiun Gambir pukul enam sore terlihat padat. Para penumpang kereta berlalu-lalang memenuhi stasiun itu. Kursi-kursi terlihat penuh. Saskia dan Rony berjalan beriringan, mencari letak self check in untuk mendapatkan boarding pass mereka. Kemudian Saskia duduk di dekat salah satu konter check in, membiarkan Rony yang mengambilkan boarding pass untuknya.
"Mau makan dulu?" tanya Rony sembari menyerahkan boarding pass milik Saskia.
Saskia menjawab dengan gelengan. Pandangannya ia edarkan pada seluruh penjuru stasiun. Terdapat banyak tenan-tenan makanan dan minuman di dalamnya. Stasiun itu terlihat keren, mirip seperti bandara.
"Tunggu di sini bentar gapapa? Gue mau beli kopi sekalian beberapa makanan buat di kereta nanti."
"Ikut Ron," sahut Saskia. Semenjak kejadian video itu, ia selalu merasa takut sendirian.
Mereka melangkah, melewati tenan-tenan makanan. Tujuan mereka adalah sebuah kedai kopi seperti yang tadi Rony katakan. Aroma khas kopi menusuk ke hidung mereka, Saskia tersenyum sedikit melihat tempat itu kemudian menarik tangan Rony untuk singgah ke sana.
"Starbuck aja Ki," protes Rony.
"Sama aja kopi," sahut Saskia. Perhatiannya tertuju pada roti gempal di dalam etalase maka dari itu ia membelokkan Rony ke tempat itu.
Rony pasrah, menurut pada Saskia. Benar juga apa kata gadis itu, sama saja kopi. Kemudian ia menyadari kenapa Saskia membawanya kesana. Ternyata gadis itu menginginkan roti gempal yang sering Saskia sebut 'roti ban' itu. Rony tidak mengerti mengapa Saskia menyebutnya demikian, tapi Rony pun ikut menamainya roti ban.
"Mau apa lagi?" tanya Rony sembari menyesap longblack yang tadi ia pesan.
Saskia menyesap kopi gula aren yang bagi Rony kemanisan namun menjadi kesukaan Saskia itu, kemudian menggeleng. Kesukaannya kalau pergi ke stasiun atau bandara hanya itu. Roti ban.
****
Kereta mereka berangkat tepat pukul tujuh malam. Perjalanan ke Surabaya akan ditempuh kurang lebih sepuluh jam. Saskia sengaja memilih kereta malam, sehingga perjalanan selama sepuluh jam itu tidak akan terasa lama, karena ia bisa tidur.
"Kenapa milih kereta? Gak pesawat?" tanya Rony sembari merebahkan posisi tempat duduknya, sehingga punggungnya bisa sedikit berbaring.
"Gak buru-buru jadi enak naik kereta," sahut Saskia.
Rony menyetujui. Meskipun tiba lebih lama, namun sensasi naik kereta itu berbeda. Mereka bisa menikmati perjalanan dengan santai. Memanjakan mata dengan suguhan alam di luar jendela. Tapi itu malam hari, pemandangan yang bisa mereka lihat hanya deretan lampu dari rumah-rumah warga. Meskipun tetap terlihat indah dari kejauhan.
"Kenapa gak pilih kereta pagi?" tanya Rony lagi.
"Kan lo tahu sendiri gue orangnya males," sahut Saskia.
Rony mendengus, padahal kalau naik kereta antar kota, ia lebih suka naik kereta pagi. Sekalian cuci mata melihat pemandangan di luar sana. Memandangi kesibukan para petani di sawah-sawah yang dilewati kereta sembari berpikir sepertinya seru hidup di pedesaan.
"Padahal gue lebih suka naik kereta pagi," ucap Rony.
"Oh ya? Kenapa?" tanya Saskia antusias. Ia menemukan perbedaan minat lagi dengan Rony selain kopi hitam dan kopi rasa gula aren. Terlalu banyak kesamaan diantara mereka, maka tidak heran, perbedaan kecil menjadi sesuatu yang menarik.
"Gue suka aja lihat pemandangan di luar kereta. Cuci mata gitu sama yang hijau-hijau. Tahu sendiri di Jakarta udah susah ditemuin. Selain itu juga gue bayangin kayanya seru tinggal di pedesaan, tiap hari lihat pemandangan asri, hidup dalam kesederhanaan. Kerja garap sawah atau ladang, terus bahagia kalau musim panen."
![](https://img.wattpad.com/cover/350244788-288-k378808.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Masih Ada
FanfictionKembalinya Rony setelah tiga tahun menghilang tanpa kabar menciptakan kebingungan dalam hati Saskia Rony tiba-tiba menghubunginya lagi. Laki-laki itu juga kembali membuka kenangan yang susah payah Saskia kubur dalam hidupnya. Ketika Rony kembali, a...