Bagian Empat Puluh Sembilan

5.5K 345 9
                                    

"Dinda?" gumam Rony saat melihat seorang gadis keluar dari rumah Hana, menggunakan mobil mewah keluaran terbaru.

Saat itu ia sengaja berkunjung ke rumah Hana untuk melihat Aria. Mamanya juga menitipkan beberapa makanan titipan dari mertua Hana, adik mamanya. Rony memasuki rumah itu dengan tanda tanya di kepalanya. Mengapa gadis itu bisa ada di rumah Hana? Tunggu, tapi Dinda berhijab, sedangkan gadis itu tidak mengenakan hijabnya. Apa mungkin itu kembaran Dinda? Untuk apa dia berada di rumah Hana?

"Tadi ada tamu ya?" tanya Rony sembari mendudukkan diri di sofa.

"Tamu?"

"Ya tadi gue lihat keluar dari sini, cewek. Temen lo?" tanya Rony. Ia penasaran.

"Ron, Aria udah bisa ngerangkak loh," Hana mengalihkan pembicaraan, membuat Rony makin penasaran.

"Oh ya? Wah, hebat kamu nak," ucap Rony sembari meraih Aria dari gendongan Hana.

Rony menggendong Aria, kemudian mendudukkan anak itu di lantai. Melangkah sedikit menjauhi anak itu. "Ayo Aria, cari om Ony," ucap Rony sembari melambaikan tangannya.

Aria merangkak mendekatinya. Rony menyambar tubuh anak itu, menciumnya gemas.

"Ih, hebat banget sih kamu. Cepet gede dong, biar bisa jadi jagoan buat mama," seru Rony sembari mencubit pipi Aria. Anak itu tertawa seolah mengerti maksud Rony.

Lelah bermain dengan Aria, akhirnya ia menyerahkan lagi anak itu pada ibunya. Rony melangkah ke dapur, mencari minuman.

"Han, kemarin mama sama Vina pulang ke Kendari, ada titipan dari mertua lo. Gue taruh di atas meja makan," ucap Rony setelah meneguk minumannya.

"Apa Ron?"

"Gak tau gue. Lo cek sendiri aja nanti. Gue balik ya Han, masih ada kerjaan," pamit Rony. Ia melangkah keluar rumah disusul Hana.

"Thanks ya Ron," ucap perempuan itu.
Rony menjawab dengan acungan jempol. Kemudian mengendarai mobilnya meninggalkan rumah Hana.

Di dalam perjalanan kepala Rony dipenuhi tanda tanya perihal gadis yang ia lihat keluar dari rumah Hana. Ditambah dengan Hana yang seolah tidak mau membahas gadis itu saat Rony bertanya.

****

"Ron, ini om Abby," Olivia memperkenalkan seseorang pada Rony.

Rony tersenyum menjabat tangan lelaki berambut abu-abu itu.

"Ron, aku suka sama karakter vokal kamu. Aku pengen ngasi kamu beberapa lagu, kalau kamu mau EP-mu itu langsung jadiin album aja. Biar sekalian," ucap Abby to the point.

Abby adalah seorang musisi tahun delapan puluh sampai sembilan puluhan. Gitaris handal pada masanya. Ia sangat mencintai musik rock. Dan banyak musisi-musisi hebat yang pernah berkolaborasi dengannya. Khususnya musisi rock.

"Susah nyari yang kaya kamu sekarang, Ron. Aku interest banget sama kamu dari dulu. Cuman baru punya kesempatan ketemu sekarang aja. Gimana kamu tertarik nggak sama tawaranku? Nanti aku kasi beberapa lagu, kamu boleh pilih deh," ucap Abby lagi.

Rony tentu senang, merasa terhormat juga. Siapa yang tidak mengenal sosok Abby Rajasa? Rony bahkan pernah sangat menggemarinya ketika ia kecil dulu. Katanya nanti kalau besar pengen jadi musisi seperti om Abby.

"Saya merasa terhormat om Abby sampai repot-repot datang kesini. Apalagi sampai nyanyiin lagu ciptaan om. Gausah ditanya pasti saya mau lah," jawab Rony.

"Kalau gitu Ron, nanti kita adain pertemuan lagi ya. Liv bantu atur ya. Gue gak sabar pengen kerja bareng anak ini." Abby menepuk pundak Rony kemudian merangkul lelaki itu. Sebuah rangkulan bangga dan gembira.

Masih AdaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang