Suara deru kendaraan di luar rumah membuat Saskia berlarian ke balkon kamarnya, mengintip siapa yang datang. Sudut bibirnya terangkat ketika melihat mobilnya memasuki halaman rumah, itu artinya Rony menepati janjinya. Datang ke rumah Saskia di pagi hari. Saskia melangkah keluar kamar, menuruni anak tangga dengan penuh semangat. Sebelum Rony mengetuk pintunya, ia terlebih dahulu membukanya. Menyambut lelakinya dengan senyum termanis.
"Pagi sayang," sapa Rony sembari menyerahkan kunci mobil milik Saskia.
"Pagi juga Ron."
Mereka berdua berjalan memasuki rumah, memilih gazebo di halaman samping rumah Saskia menjadi tempat mengobrol. Disana sejuk, ada dua pohon palem di samping gazebo. Suara gemercik air dari kolam ikan yang menempel pada dinding sebelah kanannya juga menambah kesan menyejukkan. Tempat itu tidak terlalu luas, tanahnya ditumbuhi rumput jepang yang disela-selanya berisi pijakan berbentuk persegi dari batu andesit. Di hadapannya terdapat tangga menuju lantai dua, yang kanan dan kirinya dihiasi tanaman rambat sintetis. Rony suka tempat itu, kata Saskia ia sengaja membuatnya untuk kumpul keluarga agar lebih privat. Rony menyetujuinya.
"Ki, ada titipan dari Sivia. Katanya takut gak ada waktu ngasi langsung ke kamu, jadi nitip aku aja. Itu kain buat bridge's maid," ucap Rony sembari menyerahkan paperbag coklat pada Saskia.
"Akhirnya dia menikah juga. Seneng deh Ron lihat Sivia akhirnya ketemu orang yang tepat," Saskia mengeluarkan kain berwarna lilac yang masih terbungkus plastik berisi namanya.
"Kamu pasti gak percaya deh, aku kenal sama calon suaminya Sivia," ucap Rony sembari mengamati kain di tangan Saskia.
"Bayu? Kamu kenal dari mana?"
"Hm, kalau aku ceritain kamu bakal marah nggak? Biasanya hal kaya gini sensitif buat perempuan," Rony nampak ragu untuk melanjutkan ceritanya.
"Cerita aja gapapa sih," sahut Saskia.
"Bayu itu sahabatnya mantanku, dulu kita sering nongkrong bareng. Dunia sempit ternyata, ketemu lagi malah di rumah Sivia lagi ngurusin pernikahan sama sahabat pacar aku," Rony memandang wajah Saskia dengan seksama. Tidak ada perubahan, artinya aman.
"Gak sensitif perasaan," komentar Saskia kemudian memasukkan kembali kain yang tadi diterimanya setelah memikirkan model baju seperti apa yang akan ia buat.
"Aku kira bahas mantan bakal jadi hal yang sensitif buat kamu."
"Nggak lah, kan udah masa lalu juga, buat apa dimasalahin."
"Duhh baik banget sayangnya Rony," Rony mencubit hidung Saskia yang duduk di sebelahnya.
"Tapi Ki, Devan pernah cerita katanya banyak yang deketin kamu selama aku di Aussie ya?"
"Mulutnya Devan emang berbahaya," gumam Saskia. Rony terbahak mendengarnya.
"Jadi berapa cowok?"
"Gak tahu Ron. Masa iya aku harus ngitung?"
"Banyak berarti?"
"Nggak tahu, Rony."
Rony terkekeh melihat Saskia yang mulai terlihat kesal.
"Ki, kamu ada kepikiran buat nikah nggak?" tanya Rony tiba-tiba yang membuat Saskia agak kaget.
"Jelas lah Ron. Untuk apa kita pacaran kalau tujuannya gak ke sana?"
Rony tampak menerawang, ada ekspresi aneh di wajahnya yang dapat tertangkap mata Saskia.
"Kamu gak kepikiran nikah ya?" tembak Saskia. Rony juga kaget mendengar pertanyaan gadisnya itu.
"Bukan gitu Ki. Setelah kamu terima cintaku, aku mulai kepikiran hubungan kita akan dibawa kemana nantinya. Aku serius sama kamu, jelas aku punya niat untuk menikah sama kamu, tapi aku merasa aku belum pantas Sal. Aku belum punya apa-apa, masih merintis karir, aku takut gak bisa bahagiain kamu nanti. Kadang aku mikir, aku ini pantas nggak ya buat perempuan sehebat kamu?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Masih Ada
أدب الهواةKembalinya Rony setelah tiga tahun menghilang tanpa kabar menciptakan kebingungan dalam hati Saskia Rony tiba-tiba menghubunginya lagi. Laki-laki itu juga kembali membuka kenangan yang susah payah Saskia kubur dalam hidupnya. Ketika Rony kembali, a...