Kembali ke Kampung Halaman
Itu adalah pertengahan musim gugur yang damai. Tidak panas namun sejuk karena hembusan angin dengan curah hujan yang cukup. Wang Jing'an pergi ke kota berikutnya bersama keluarganya.
Di sepanjang jalan, hutan dan gunung yang dilalui mereka, pepohonan mulai menguning, daun berserakan dan berguguran. Angin sepoi-sepoi menerbangkan daun, menyisakan ranting dan dahan yang gundul.
Mereka berjalan dengan cepat hingga akhirnya sampai di kota berikutnya. Perjalanan memakan selama tiga hari. Itu adalah kota Furong. Tempat ini terkenal dengan pemandian air panasnya.
Wang Jing'an pergi mengajak keluarganya mandi di resort pribadi miliknya. Tempatnya terletak di resort Aquarius An Xu miliknya.
"Sangat nyaman!" Wang Jing'an mendesah puas sambil bersandar di tepi kolam.
Air kolam jernih dan uap mengepul keluar. Qin Xu masuk dan melihat Wang Jing'an bersandar malas di tepi kolam. Bahunya tumbuh otot dan lengan ototnya menonjol, ada benjolan urat hijau keluar di punggung tangannya. Jarinya kurus dan ramping, ada cincin platinum di jari manisnya. Wang Jing'an berkata itu adalah cincin pernikahan mereka. Dia juga memakainya tapi dengan mahkota permata. Dia sering menyentuhnya di waktu luang.
Qin Xu melirik punggung Wang Jing'an, beberapa air menetes dari ujung rambutnya. Kemudian jatuh di bahunya, meluncur melewati punggung dan tenggelam. Qin Xu tersipu dan mengipasi dirinya.
Merasa sisi lain tak mendekat, Wang Jing'an berpaling dan berkata: "Kenapa kamu tidak datang?"
Wang Jing'an menemukan wajah Qin Xu yang semula memerah menjadi semakin merah. "Ada apa denganmu?"
"Tidak apa-apa"
Qin Xu menaruh handuk di kursi dan turun ke kolam dengan jubah mandi. Dia berbalik dan kemudian di tarik hingga wajahnya membentur dada bidang seseorang.
"Apa aku menarikmu terlalu kuat?" Wang Jing'an mengerucutkan kening dan merasa bersalah karena menarik Qin Xu terlalu kuat.
"Tidak apa-apa" Qin Xu tersenyum menggelengkan kepalanya.
"Lepas baju mandinya!"
Qin Xu terdiam, dia menarik tangannya dengan pelan. Dia tersadar bahwa Wang Jing'an tidak menggunakan sehelai kain pun dan juga tangannya tak sengaja menyentuh bendak yang seharusnya tidak ia sentuh. Ini benar-benar mencari bencana. Benda itu perlahan-lahan mengeras dan berdiri. Qin Xu menarik tangannya dengan wajah malu.
"Sayang" bisik Wang Jing'an dengan suara serak.
"Ya" Qin Xu menunduk malu.
Wang Jing'an tersenyum dan menarik tali ikat pinggang baju mandinya. Punggung putih Qin Xu terlihat licin dan merah merona. Sangat menggoda dibawah uap air panas. Wang Jing'an menelan ludah dengan kasar dan merobek sisanya.
Aku tahu ini akan terjadi pikir Qin Xu.
Gelombang air dengan irama acak tapi kadang teratur. Suara rintihan dan desahan menggema didalam ruangan. Beberapa jejak ungu dan beru tertinggal. Cairan kental bercampur dengan air. Air mata filologis keluar bercampur dengan Saliva.
Dari kota Furong, Wang Jing'an pergi ke kota Wa Cheng lalu Kota Song Hua dan terakhir adalah kota Xing Xing. Itu menjadi bulan kedua musim dingin. Hotpot kembali buming dimusim dingin dan berbagai makanan panas lainnya. Ada banyak orang berbondong-bondong ke restoran An Xu.
Suara tapak kuda terdengar hampul menginjak tanah di jalan masuk desa Wang. Itu sekitar tengah hari, waktu makan siang. Tidak ada yang keluar di musim dingin, orang-orang lebih memilih duduk di atas kang sambil bermain mahjong.
Rumah Wang Jing'an didesa Wang terawat baik oleh pelayan bonekanya. Semua taman, kolam dan halaman bersih. Rumah itu hangat dengan perapian modern.
Wang Xiao Yu memandang dengan kagum. Tempat ini sangat ajaib. Dia diberi satu kamar tidur dengan warna biru laut. Ada berbagai buku di rak yang menempel Kedinding, lengkap dengan meja belajar.
Wang Xiao Yu berkeliling sekitar kamarnya dan melihat bola dunia. Di langit-langit kamar digantung berbagai keluarga tata Surya.
Lin Zhige sebagai pemandu wisata tersenyum. Dia juga sama seperti Wang Xiao Yu, dia merasa bahwa tempat paman Wang Jing'an berbeda. Dan dimensi membuatnya mengerti kenapa itu berbeda. Seiring berjalannya waktu, dia menjadi terbiasa.
"Nikmati waktumu perlahan, tapi sebentar lagi adalah waktu makan siang. Oh ya, ngomong-ngomong tentang ini, jangan mengatakan apa-apa kepada orang luar."
"Aku tahu Lin-ge" Wang Xiao Yu mengangguk dengan serius.
"Senang mendengarnya, kamu akan terbiasa perlahan-lahan" Lin Zhige kemudian pergi dan menutup pintu.
Lin Zhige pergi ke kamarnya yang berseberangan dengan kamar Wang Long. Kamar Lin Zhige lebih di dominasi warna putih polos. Itu terlihat tengang dan damai. Berbanding terbalik dengan kamar Wang Long, itu adalah warna hitam putih keabu-abuan. Terasa spiritual dan mendominasi. Dekorasinya adalah rak buku berisi buku sejarah, buku militer, seni dan sejenisnya. Ada juga lemari koleksi senjata di dinding kamar.
Pelayan pergi ke kamar dan mengetuk pintu satu persatu, mengatakan bahwa makan siang sudah siap. Semua orang turun menuju meja makan dan mengambil kursi masing-masing. Baoqi sudah berumur 9 bulan, menurut Wang Jing'an bocah itu bisa memandang dan meninju jadi harus mandiri. Dia memiliki kursi bayi dengan bubur nasi di haluskan. Suasana di meja makan meriah. Wang Jing'an berniat untuk mengadakan hari raya Imlek di desa Wang dan setelahnya dia akan kembali ke ibukota.
Hari-hari di desa Wang berjalan dengan damai. Wang Jing'an akan pergi keluar sesekali melihat restoran dan toko atau pergi ke kota lain untuk mengurus toko juga. Wang Jing'an berniat mendirikan pusat perkantoran di ibukota untuk mengelola pekerjaannya. Tidak semua karyawan adalah boneka. Wang Jing'an menerapkan bahwa semua pelayan di An Xu adalah orang biasa. Ini untuk menciptakan lapangan kerja. Lagipula dia berniat untuk membuka perusahaan transportasi, perusahaan real estate, perusahaan kebutuhan rumah tangga dan masih banyak lagi.
Waktu berlalu dengan singkat dan itu adalah tahun baru. Dinding di tempel dengan kertas merah dan di tulis kata-kata keberuntungan. Wang Jing'an mengajak semua orang menulis di masing-masing kertas kata-kata keberuntungan agar semua orang mendapatkan berkah.
Malam tahun baru adalah malam yang dinanti nantikan. Anak-anak ingin bergadang, Wang Jing'an mengijinkannya. Baoqi di tidurkan terlebih dahulu. Mereka bermain kartu beramai-ramai. Tidak hanya itu Wang Jing'an juga mengajak mereka bermain catur, monopoli, domino, dan lain-lain.
"Deng!!!" Suara jam dinding bergetar, menunjukkan jam 12 malam.
"Nyalakan petasan!!!" Wang Yuen, Wang Feng dan Wang Xiao Yu berseru gembira.
Mereka diberi masing-masing petasan kembang api, di bawah pengawasan orang dewasa. Ketiganya menyalakan petasan dan berseru: "Selamat tahun baru!!!"
Suara petasan berderak kemudian diiringi dengan bunyi petasan lain.
Wang Jing'an memeluk pinggang Qin Xu, "Selamat tahun baru"
"Selamat tahun baru" Qin Xu berbalik dan tersenyum.
Keduanya berciuman di balkon, menikah malam bahagia. Wang Jing'an memeluk erat tubuh Qin Xu, dia adalah miliknya. Dia adalah sumber kehidupannya. Dia adalah orang yang selalu ingin dia lindungi, ingin dia jaga, ingin dia sentuh, dia adalah segalanya. Bukanlah bohong bahwa dia tidak mampu hidup tanpanya. Untuk menemukannya, dia harus menyeberang dunia yang tak dia ketahui. Qin Xu adalah segalanya.
"Ini adalah tahun baru keduamu di dunia ini" ucap Qin Xu.
Wang Jing'an menempelkan dahi mereka dan berkata: "Ya. Dan akan ada tahun baru ke tiga, ke empat, ke lima dan seterusnya. Dan aku akan selalu bersamamu dan selalu menjadi orang pertama yang mengucapkan selamat tahun baru padamu."
"Qin Xu, aku mencintaimu"
Wang Jing'an kembali menenggelamkan ciumannya di bibir Qin Xu.
Penulis ingin mengatakan sesuatu:
Masih ada beberapa extra chapter.
Davinci140303
Selasa, 02 Oktober 2023
KAMU SEDANG MEMBACA
[END][BL] My Wife Is Male By SVD
Fantasy[WARNING!!!Original Story] Wang Jing'an yang malang harus mati karena di tabrak sebuah truk karena pengemudinya mengantuk. Dia baru saja lepas rapat dengan karyawan tokonya dan berniat pulang karena pusat belanja yang baru dia dirikan 1 tahun yang...