BAB 70

20.6K 1.9K 266
                                    

Berjalan menuju pintu, Rayanza membukanya dan dapat dia lihat Arka, Sagara, Kafka dan Leo yang bernafas dengan cepat seperti dikejar setan.

Rayanza yang melihat itupun mengerutkan kening aneh. Apa seseorang mengganggu mereka lagi?

"Kenapa?" Dingin Rayanza pada pada
Berempat.

"Hah..hah..ha..bang..bang..lo..lo..kasih tau gw. Lo pasti nyontek ya? Atau, lo pake dukun." Arka berdiri didepan Rayanza sambil menatap curiga.

Rayanza yang mendengar itupun mengerutkan kening aneh.

Hal aneh apa lagi yang mereka bicarakan?

"Ngaku sama kita, lo pasti pake ilmu hitam ya?" Sekarang Sagara yang menatap Rayanza dengan curiga.

"Bang, ilmu itu harus dibagi-bagi. Ayo....lo pake apa sebenernya?" Kafka juga maju kedepan dengan senyum Pepsodent diwajahnya.

Leo hanya bisa mengusap dada sabar melihat kelakuan bodoh mereka.

"Apa yang kalian bicarakan?" Ucap datar Rayanza.

"Lo liat! Nama lo ada di peringkat pertama satu sekolah. Bukan kelas tapi satu sekolah." Sagara mendekat dan memperlihatkan layar handphonenya yang menampilkan peringkat ujian kemaren.

"Liat, bang Vano peringkat pertama. Si ketos kampret itu aja kalah sama lo." Arka semakin menatap iri pada Rayanza.

Sial! Sebenarnya apa kekurangan dari orang didepannya ini? Bertarung, hacker, pintar, bisa masak. Ugghh...emang boleh se-perfect itu.

Mereka kan juga mau....

Rayanza menatap malas pada ketiga orang itu.

Tidak menghiraukan mereka, Rayanza berbalik dan kembali pada kegiatan awalnya, bersantai menikmati waktu tenangnya.

Tentu saja semua ketenangan itu berakhir setelah kedatangan mereka.

Melihat Rayanza yang masuk mereka semua juga ikut masuk, tak lupa menutup pintu apartment itu.

Mereka membawa sekantong besar cemilan.

"Bang, jujur sama kita. Lo pake apa?" Arka masih tak menyerah.

Lebih tepatnya mereka bertiga tidak akan menyerah mencari tau apa penyebabnya.

Karena apa? Karena ngk masuk akal anj. Mereka hampir tiap hari di apartment nya dia. Bahkan menginap pun juga pernah.

Tapi oh tapi, mereka tidak pernah melihat Rayanza membuka buku pelajaran atau bahkan melakukan sesuatu yang berhubungan dengan sekolah.

Dia hanya sibuk berbaring, makan, tidur, bahkan memainkan laptopnya.

Apa mungkin dia belajar disana? Sepertinya tidak, mereka hanya melihat angka-angka aneh disana.

Bukannya pintar malah membuat mereka semakin bodoh melihat itu semua.

Jadi, Rayanza sudah pasti tidak pernah belajar.

Apa ini salah satu dari kesempurnaan dia? sial! Ini ngk adil, dia terlalu memiliki banyak kelebihan hingga mereka tak melihat kekurangannya.

"Jangan berisik! Diam atau pergi." Dingin Rayanza yang sudah mulai kesal dengan jalan pikir ketiga orang itu.

Dalam hitungan detik, mereka bertiga langsung diam dengan tubuh yang di tegapkan.

Jika sudah seperti ini lebih baik diam dan tunggu hingga dia dalam suasana hati yang baik.

Mereka semua saat ini sedang duduk di depan televisi.

Mereka berempat duduk dilantai dengan karpet berbulu hangat itu. Sedangkan Rayanza diatas sofa dengan sebuah laptop di pangkuannya.

Keempat orang itu duduk tenang dengan cemilan yang mereka bawa sambil menikmati acara televisi yang..emmm...tidak cocok untuk usia mereka.

Transmigrasi: RAYANZA OR RYIANZA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang