"Sejak tadi kek." Tanpa mengucapkan terimakasih, mereka bertiga berjalan menuju pintu itu.
"Berhenti."
Mereka semua, yg sudah siap untuk membuka pintu itu, berhenti saat mendengar suara Gibran yang penuh dengan hawa dingin itu.
"Kalian tidak boleh masuk." Gibran.
Siska dan bianca juga berjalan menuju mereka.
"Heheh...udah gw bilang, kalian tau pun juga ngk akan bisa ketemu sama dia." Ejek Siska pada mereka.
"I-itu ruangan pr-pribadi ketua. Ngk boleh sembarang m-masuk." Jelas Bianca.
Mereka bertiga melihat pada Siska dan bianca, lalu pada Gibran, yg berjalan menuju mereka dengan wajah dinginnya.
"Kalian tidak boleh masuk. sekarang, kembali ke kelas kalian masing-masing. sebentar lagi jam istirahat berakhir." Wooow ucapan panjang dari Gibran.
Mereka bertiga menatap Gibran dengan curiga.
"Lo ngk nyekap dia kan." Tuduh Arka.
"Hee...lo kalo punya mulut di jaga ya sialan. Ngapain ketua kita nyekap dia." Sewot Siska.
Sagara juga menatap Arka dengan bodoh.
"Lo kalo tolol ngk tau tempat ya arkanjing, Emang menurut lo, mereka bisa macem-macem sama dia." Sagara tak habis pikir. Kenapa Arka itu benar-benar tolol nya ngk ngotak. Apa otak nya cuma bisa berpikir saat didekat Gevano.
"Ya~ siapa tau kalian ngasih dia obat tidur, trus kalian sekap dia, lalu kalian kurung, trus kalian balas dendam sama dia." Arka menatap mereka semua dengan kesal.
"Jangan pikir gw bercanda ya anj, waktu di apartment dia aja, dia di tangkep trus dibawa ke apartment nya karena di kasih obat, siapa tau dia ngasih bang Vano obat."jelas Arka sambil melihat pada Gibran
"Tapi kalo dipikir-pikir lagi, kalian benar-benar tidak bisa melakukannya." Arka menekankan kata tak bisanya didepan mereka semua. Dia masih ingat dengan kejadian heroik Rayanza yang menyelamatkannya.
"Lo pikir ketua kami apaan, jangan asal tuduh ya sialan, si Gevano sakit kepala jadi dia tidur di dalem." Galan yang baru masuk Tak terima Saat dia mendengar tuduhan Arka pada Gibran. ( telat anj ).
"Udahlah, pokok nya, kami kesini mau ketemu sama Vano." Sagara menatap Gibran dengan tegas.
"Kami cuma mau liat dia, ingin memastikan." Kafka juga menatap Gibran dengan mata tegas dan curiganya.
"Ngk." Sepanjang itu mereka berbicara, dan hanya dibalas dengan 'ngk'.
"Lo ngk masuk akal sialan, kami cuma mau liat dia bukan liat lo, juga ngk akan berisik."
Kesabaran arka, yang lebih tipis dari tisu itu, saat ini di uji dengan keberadaan Gibran.
"Bang Gibran, kami kesini ada yang mau di bicarakan sama bang Vano. Tapi kalo dia tidur, kami juga ngk akan ganggu, kami cuma mau liat bentar, trus pergi." Jelas Kafka dengan Senyum Pepsodent-nya.
"Ngk"
Ughhh...urat-urat kepala Kafka sudah keluar saat ini. Dia bahkan mengepal tangannya dengan kuat. Dia bicara sepanjang itu dan dia cuma.....
"Heiiiii, gw bilang ya sial-"
Ccekklleek
Ucapan Sagara terhenti saat melihat pintu yang mereka perebutkan itu terbuka.
Mereke semua mundur satu langkah kebelakang saat melihat Rayanza dengan wajah yang lesu namun juga dingin dan datar.
"Bang lo-"
KAMU SEDANG MEMBACA
Transmigrasi: RAYANZA OR RYIANZA [END]
Fiksi Remajatransmigrasi jadi imut ✖️ Transmigrasi seperti mayat hidup ✔️ Ryianza seorang pria dewasa berusia 25 thn Bertransmigrasi kejiwa seorang remaja SMA. Bagaimana sikap ryianza saat mengtahui raga yang ditempatinya memiliki nasib yang tidak jauh berbed...