"Pergi." Dinginnya yang membuat sang MC menggigil ketakutan. Mungkin karena jarak mereka yang cukup dekat, dia dapat melihat mata dingin menyeramkan itu dengan jelas.
Dia tanpa sadar mundur kebelakang dengan keringan dingin di wajahnya.
"Haha...hahaha...o-oke, l-lebih baik kita mulai pertandingan kali ini." Sang MC mundur kebelakang memberikan ruang untuk mereka berdua.
Setelah itu, layar diatas arena mulai menghitung mundur, para penonton juga bersorak bersamaan.
"3....2....1....MULAI."
Kreeaakk
Bang
Tepat hitung mundur berakhir, mereka semua terpelongo tak percaya, hanya beberapa detik saat pertandingn dimulai, mereka sudah berakhir. Tidak, si wajah sombong lah yang berakhir.
saat hitung mudur berakhir, orang itu menyerang Rayanza terlebih dahulu, dia terlalu meremehkan lawannya dan datang dengan titik serang yang terbuka lebar.
Tentu saja Rayanza tak ingin membuang waktu dengannya dan mengambil kesempatan untuk mematahkan lehernya dan menendangnya keluar dari arena.
Semua orang yang hadir dan menyaksikan pertarungan singkat itu pun terpelongo tak percaya.
Meskipun mereka telah melihat pertarungan yang lebih singkat dari ini, tapi itu pertarungan menggunakan senjata yang bahkan satu detik pun sangat berarti.
Tapi ini, pertarungan tangan kosong yang berlangsung hanya sepersekian detik.
Kakek tua Mahendra, meskipun dia juga terkejut dan tidak menyangka akan hasil seperti ini, tapi wajahnya masih datar tanpa ekspresi, bahkan meremehkan pria gendut yang menghinanya tadi, seolah-olah membanggakan orangnya sendiri.
Melihat kemenangan yang belum juga diumumkan, Rayanza menatap wanita MC yang masih terkejut dengan dingin.
Tanpa mempedulikannya, dia hendak turun kebawah sebelum dihentikan oleh suara gugup sang MC.
"T-tunggu, a-anda belum boleh pergi. M-masih ada beberapa pertarungan l-lagi yang harus anda lakukan." Gugupnya.
Rayanza yang mendengar itu menyalangkan tatapan dinginnya pada sang MC sebelum menoleh menatap kakeknya yang saat ini tersenyum licik padanya.
Melihat itu, dia kembali berdiri ke tengah ring menunggu lawan selanjutnya.
Merasakan suasana mencekam dari pihak menyeramkan disampingnya, sang MC dengan cepat mengumumkan pertarungan selanjutnya.
Setelah itu, pertarungan bergilir tanpa henti menghampiri Rayanza.
Dia terus bertarung lebih banyak putar dari pada penantang lainnya.
Karena identitasnya disini sebagai budak petarung bagi kakek tua itu, dia tidak memiliki hak untuk ingin berhenti sebelum kakeknya sendiri yang mengatakannya.
Jadi, total pertarungannya melebihi tiga puluh putaran, tiga kali lipat dari yang telah ditentukan.
Rayanza tentu saja tak mendapatkan masalah serius, dia hanya mendapatkan luka kecil dan sedikit keram pada kaki dan tangannya.
Awalnya, semua orang yang hadir hanya menganggapnya beruntung karena memenangkan satu dan dua permainan awal, tapi semakin tinggi tingkat kemenangannya, semakin mereka tertarik padanya.
Hal itu membuat semua pasang mata menatap kearahnya, mata licik penuh niat tersembunyi, entah itu baik atau buruk baginya, terus memperhatikannya seolah-olah ingin menangkapnya bahkan menghilangkannya.
Dan sampai pertarungannya berakhir, tak ada seorang yang berhasil menjatuhkan topinya, tak ada siapapun yang mengetahui identitasnya yang sebenarnya, membuat mereka semakin tertarik untuk mengetahui identitasnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Transmigrasi: RAYANZA OR RYIANZA [END]
Teen Fictiontransmigrasi jadi imut ✖️ Transmigrasi seperti mayat hidup ✔️ Ryianza seorang pria dewasa berusia 25 thn Bertransmigrasi kejiwa seorang remaja SMA. Bagaimana sikap ryianza saat mengtahui raga yang ditempatinya memiliki nasib yang tidak jauh berbed...