Ivan dan Juan saat ini membersihkan piring yang akan mereka gunakan. Mendengar suara piring jatuh, Ivan menoleh dan menatap adiknya yang terdiam dengan pandangan lurus ke depan.
Ivan mengerutkan kening dan menatap ke mana adiknya melihat.
Pranngg
Detik itu juga, dia menjatuhkan piring bersih di tangannya dengan tatapan tak percaya dengan apa yang dia lihat.
Rayanza yang melihat itu mengerutkan kening aneh.
Ada apa dengan mereka? Apa ada sesuatu yang aneh dengan pakaiannya? Atau ada sesuatu yang menempel di wajahnya?
Ivan masih menatap lurus pada Rayanza, dia berjalan mendekat dengan wajah bodohnya.
"Emm..tuan, anda? Apa ini benar-benar anda?" Ivan menatap Rayanza dengan kosong.
"Kenapa?" Dinginnya.
Ivan dan Juan tiba-tiba merasakan angin dingin menerpa punggung mereka.
"T-tidak ada, hanya...anda tidak seperti yang saya bayangkan." Ucap gugup Ivan.
Rayanza memutar mata malas dan berjalan menuju meja kecil di dekat sofa.
Rumah ini tidak memiliki ruang atau meja makan. Hanya meja bundar kecil ini yang bisa di andalkan.
Melihat itu, Juan dan Ivan dengan cepat menyelesaikan pekerjaan mereka dan mulai Meletakkan peralatan dan masakan yang telah siap.
"Tuan, anda bisa-"
"Vano, nama gw Gevano. Jangan terlalu sopan. Gw lebih muda dari lo. Panggil gw Gevano." Sela dingin Rayanza.
Dia merasa aneh saat mendengar kata tuan yang dia lontarkan.
Mereka semua sudah duduk melingkari meja kecil itu. Juan hanya diam menatap Rayanza dengan rasa ingin tau.
Dia menatap wajahnya, semuanya dengan teliti.
Sedangkan Ivan, dia mengangguk setuju dan kembali melanjutkan ucapannya.
"Tuan Vano, anda bisa makan sekarang. Hanya ini yang bisa kami buat untuk anda."
Entah kenapa Rayanza merasa orang di depannya ini sangat bodoh. Dia menyuruhnya untuk memanggilnya Vano atau Gevano tanpa embel-embel tuan. Tapi sudahlah, dia tidak peduli, Dia lebih peduli dengan perutnya.
Melihat Rayanza yang menyantap masakan mereka tanpa keluhan apapun, mereka juga mulai makan malam mereka.
Bahkan saat makan pun, Juan masih menatap Rayanza dengan tatapan panasnya.
Rayanza yang sadar akan tatapan panas Juan tak peduli.
"Emm..tuan, berapa usia anda? Apa anda masih sekolah?" Juan akhirnya memberanikan diri untuk berbicara ditengah-tengah makan malam mereka.
Ivan menatap adiknya mengisyaratkannya untuk tidak berbicara.
Sedangkan Rayanza yang di ajak bicara terdiam sebentar menatap Juan yang saat ini menatapnya dengan mata yang berbinar entah kenapa.
"Juan, diam dan makan dengan tenang." Ucap tegas Ivan.
Juan menundukkan kepala sedih. Dia hanya ingin tau.
Rayanza menatap Ivan dan Juan dengan tatapan malas. Kurang lebih dia tau apa maksud perkataan dan tatapan yang mengarah padanya.
"gw lebih tua dari lo, gw kelas 11 sma." Ucap santainya dan kembali menikmati makan malamnya.
Juan dan Ivan terdiam sejenak. Terutama Ivan, dia tidak menyangka bahwa dia semuda itu.
Tidak, dia bisa di sebut seorang remaja sma yang tak jauh berbeda dari Juan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Transmigrasi: RAYANZA OR RYIANZA [END]
Ficção Adolescentetransmigrasi jadi imut ✖️ Transmigrasi seperti mayat hidup ✔️ Ryianza seorang pria dewasa berusia 25 thn Bertransmigrasi kejiwa seorang remaja SMA. Bagaimana sikap ryianza saat mengtahui raga yang ditempatinya memiliki nasib yang tidak jauh berbed...