Rayanza, yang tak sadarkan diri selama setengah hari perlahan-lahan mulai membuka matanya.
"Mnn...uugghh....hhnngg..." Lenguhnya saat merasakan rasa sakit ditubuhnya.
Dia tidak tau jam berapa sekarang, tapi suasana disekitar masih gelap. Mungkin karena hutan yang rimbun, sinar matahari tidak bisa masuk.
"Uakkhh...ugghh..." Dia mencoba untuk duduk dan keluar dari penyamarannya. Tubuhnya terasa sangat lengket dan kaku.
"T-tubuh gw sakit semua, gw rasa mungkin-"
Perkataan Rayanza terhenti dengan tubuh yang menegang kaku saat melihat buaya besar di depannya.
Sekarang dia ingat, sebelum kesadarannya benar-benar direnggut, dia mencium bau amis dan lumpur serta udara disekitarnya yang terasa lembab.
Sial, dia ternyata terjatuh sampai ke rawa buaya.
Berusaha tak bersuara, dia diam tak bergerak, buaya didepannya jelas sedang tertidur dan tidak menyadari keberadaannya.
Memanfaatkannya, dia dengan hati-hati mencoba berdiri, meskipun sakit, dia masih tak mengeluarkan suara sedikit pun.
Setelah itu, dia pergi dengan sangat hati-hati dan kembali menyusuri tempatnya terjatuh.
Dia kehilangan tasnya, dia harus mencarinya kembali.
20 menit kemudian, dia akhirnya menemukan tas dan belatinya yang telah rusak.
Dia bersyukur karena masih bisa menemukannya, akan jadi masalah besar jika semua persediaannya hilang.
tidak berhenti atau pun beristirahat begitu saja, dia justru kembali menyusuri hutan mencari tempat yang aman baginya.
Dan sekali lagi, Rayanza berjalan dengan tongkat kecil yang membantunya.
Dia berjalan selama setengah jam sebelum akhirnya dapat melihat sinar matahari.
Sepertinya dia sudah keluar dari rawa itu.
Dia berhenti sebentar dan mengeluarkan selembar kertas dari tasnya, yang merupakan sebuah peta dari hutan ini.
Dia harus mencari tempat yang aman untuk memulihkan kondisinya.
Setelah memastikannya, dia kembali berjalan menuju barat daya.
Berjalan dengan pelan dan hati-hati.
Hingga siang berganti malam, Rayanza akhirnya menemukan tempat persembunyian yang cukup sulit untuk ditemukan.
Bahkan pintu masuknya saja hanya sebuah celah kecil yang seharusnya tidak muat dengan tubuhnya.
Tapi bukan Rayanza namanya jika menyerah begitu saja.
Dia dengan paksa mencoba masuk dengan menggerakkan tubuhnya sedikit demi sedikit, hingga usaha tak pernah mengkhianati hasil, dia benar-benar masuk ke dalam.
Tidak sama seperti pintunya yang sangat sempit, bagian dalam cukup luas dan sedikit lembab.
Mengamati sekitarnya, di mulai dari tanah, dinding dan suhu gua, Rayanza dapat menyimpulkan bahwa....
"Ini seharusnya sarang ular." Ucapnya dengan santai.
Dia tidak tau apakah ularnya masih ada atau tidak, tapi setidaknya itu lebih baik dari pada bertemu serigala atau buaya.
Mencari sudut yang aman, Rayanza mulai mengobati luka pada tubuhnya dengan telaten.
Kecuali punggung yang sulit dijangkau, semuanya terobati dengan baik.
Dia juga membersihkan wajah dan mengganti pakaiannya.
Untuk saat ini, dia harus fokus pada penyembuhannya, setidaknya tujuh puluh persen dari tenaganya harus kembali.
KAMU SEDANG MEMBACA
Transmigrasi: RAYANZA OR RYIANZA [END]
Fiksi Remajatransmigrasi jadi imut ✖️ Transmigrasi seperti mayat hidup ✔️ Ryianza seorang pria dewasa berusia 25 thn Bertransmigrasi kejiwa seorang remaja SMA. Bagaimana sikap ryianza saat mengtahui raga yang ditempatinya memiliki nasib yang tidak jauh berbed...