"Dengarkan ini dengan baik-baik!! jika bukan karena dia yang masih memiliki rasa sayang dan peduli pada kalian. Hari ini, dan detik ini juga, keluarga kalian ini, Bimantara, hanya akan memiliki umur sampai disini." Rayanza menatap mereka semua dengan tatapan yang sangat-sangat dingin.
Dia tidak buta, dia dapat melihat dengan jelas dan sangat-sangat jelas, bahwa Kafka, masih mengharapkan kasih sayang mereka. Itu memang benar bahwa kebahagian bisa datang dari siapa saja, tidak harus dari orang tua atau keluarga.
tapi, kebahagiaan yang lebih dari apapun datang dari keluarga sendiri. Itu adalah kebahagian terbesar seseorang jika memilikinya di hidup mereka.
Dia bahkan hanya bisa merasakannya dalam sekejap mata. Dia juga tidak terlalu mengerti apa itu kebahagian keluarga yang sebenarnya.
Mereka semua yang mendengar itu tertegun sejenak. Mereka semua melihat pada Kafka yang sudah menangis dipelukan Sagara itu.
"Ini adalah peringatan terakhir untuk kalian, dan Untuk seseorang, sadari posisi lo disini, jangan mengharapkan lebih dari hak milik orang lain. Jangan terlalu memaksakan masa hidup lo sendiri." Ucap Rayanza entah pada siapa.
"Dan untuk keluarga ini!, jika ini terjadi untuk yang kedua kalinya, benda ini, akan bersarang di kepala kalian." Rayanza menatap dingin pada keluarga Bimantara itu sambil mengarahkan pistol itu tepat dikepalanya.
"Heh, mansion ini, dalam lingkup penglihatan gw. Bahkan meski gw ngk ada sekali pun, apa, siapa, dan dimanapun kalian berada, itu semua terlihat dengan jelas. Jadi, Jangan mencoba untuk bermain di kegelapan."
Rayanza melihat pada seseorang dan tersenyum dalam diam.
"Jadi, jangan membuat hal yang akan memicu kehancuran kalian sendiri. Ingat!! Hanya Bimantara kecil seperti ini, bukan hal yang sulit untuk menghapusnya." Tegas Rayanza.
Setelah mengatakan itu, dia berbalik dan berjalan menuju Kafka yang masih menangis di pelukan Sagara itu.
Rayanza berhenti tepat di belakang Kafka. Kafka membelakanginya karena memeluk Sagara.
Sagara yang melihat Rayanza mendekat juga menatap khawatir padanya. Dia menatap bahu dan kaki Rayanza dengan mata merah.
Itu pasti menyakitkan. Tapi dia....tidak menunjukkannya sama sekali.
Puuk
Rayanza meletakan tangannya di atas kepala Kafka, dan mengusapnya dengan lembut.
"Ingat, gw liat kalian mengusiknya lagi, mengganggunya lagi, atau bahkan menggunakan cara gelap untuk mencelakainya. Siap-siap saja, tidak akan ada hari esok untuk kalian." Peringatannya sekali lagi. Kafka yang mendengar itu semakin mengeratkan pelukannya pada Sagara, dia semakin menangis dipelukannya.
Setelah mengatakan itu, Rayanza pergi menjauh dari mereka. Dia masih bergerak normal tanpa terjadi apapun. Dia pergi dengan kedua tanganya yang memegang pisau dan pistol.
Dia pergi dengan mobil yang dia kendarai tadi. Meskipun ada beberapa bagian yang penyok dan pecah. Tapi masih bisa untuk di kendarai.
Mobil Rayanza melaju pergi meninggalkan mereka. Ruangan itu menjadi sunyi sekarang. Hanya beberapa suara ringisan rasa sakit yang terdengar.
"Ini juga akan menjadi peringatan terakhir untuk anda. Jangan mencoba-coba untuk mengarahkan tangan anda pada 'nya'!" Dingin Gibran pada keluarga Bimantara itu. Setelah itu, dia pergi meninggalkan mereka.
Galan dan Alvian juga mengikuti dari belakang.
Sekarang, hanya menyisakan keluarga Bimantara dan Mahendra disana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Transmigrasi: RAYANZA OR RYIANZA [END]
أدب المراهقينtransmigrasi jadi imut ✖️ Transmigrasi seperti mayat hidup ✔️ Ryianza seorang pria dewasa berusia 25 thn Bertransmigrasi kejiwa seorang remaja SMA. Bagaimana sikap ryianza saat mengtahui raga yang ditempatinya memiliki nasib yang tidak jauh berbed...