BAB 69

23.5K 2K 453
                                    

Hingga saat kesadarannya benar-benar akan hilang, dia masih menggumamkan satu hal yang membuat para maid dan bodyguard itu tertegun sejenak dengan rasa sesak di dada mereka.

'vano menyayangi kalian semua...Vano....akan lakuin... . apapun...agar kalian aman...jangan khawatir...Apapun...akan Vano lakukan...agar kalian semua...bahagia.'

Gumaman terakhir Rayanza sebelum benar-benar tak sadarkan diri.

Kepalanya semakin tertunduk, tubuhnya akan jatuh kesamping sebelum salah satu bodyguard itu dengan cepat menangkap tubuhnya.

Melihat itu, mereka semua dengan cepat berlari dan membawa tuan muda kecil mereka itu ke rumah sakit.

Kedua maid wanita itu menangis dengan sangat sedih. Ketiga bodyguard itu juga memiliki mata merah diwajah mereka.

Mereka semua menatap sedih pada tuan muda kecil yang malang itu.

Itulah ingatan yang diberikan Rayanza asli padanya. Dia menatap penuh kebencian pada orang-orang didepannya itu.

Danial dan yang lainnya terdiam dengan wajah yang penuh penyesalan.

"Ingat! Apa kalian mengingatnya dengan otak kalian itu! Katakan, dimana letak aman dari tempat yang hampir ngerenggut nyawa gw!!? Gudang atau kakek tua bau tanah itu!?" Rayanza semakin mencengangkan kuar ranjang rumah sakit itu.

Sakit kepalanya datang bersamaan dengan emosi Rayanza asli. Dia jadi mudah emosi dan hilang kendali jika sudah seperti ini.

Sial! Dia tidak bisa terlalu mengeluarkan emosinya. Dia harus menahannya apapun yang terjadi.

"Sekarang pergi, gw ngk butuh tempat yang aman. Gw bisa jaga diri gw sendiri. Jangan sebut-sebut mansion utama sialan itu didepan gw sebelum gw sendiri yang ngehancurin mereka." Ancam Rayanza. Dia masih memiliki niat membunuh dimatanya.

Dia sepertinya tidak main-main dengan perkataannya itu.

Mereka semua saling menatap satu sama lain dan menggeleng pelan. Sepertinya mereka benar-benar tidak bisa membujuknya.

"Ha~oke, jika itu yang kamu mau. Tidak perlu untuk kembali kemansion utama. Kamu bisa-"

"Pindahkan semua barang-barang gw kembali ke apartment." Dingin Rayanza menyela perkataan Danial.

"Tapi-"

"Lakukan atau gw sendiri yang pindahin semuanya." Rayanza benar-benar tidak memberi mereka kesempatan untuk berbicara.

Salahkan mereka semua yang memiliki otak bodoh. Dia sudah berbaik hati pindah kesana agar mereka tetap aman dan baik-baik saja, tapi dengan sekali hembusan angin mereka langsung pindah haluan dan mengusirnya kemansion utama brengsek itu.

Lebih baik dia kembali ke apartment kecilnya dari pada disana.

Sekali lagi, mereka hanya bisa menghela nafas lelah. Mereka tidak bisa melakukan apa-apa lagi jika dia sudah bertekad seperti itu.

"Lakukan apapun yang kamu inginkan asalkan tidak memperburuk keadaan mu. Jika kamu ingin kembali ke apartment, akan ada beberapa bodyguard yang menjaga disana. Tenang saja, mereka hanya akan bersembunyi di kegelapan. Tidak akan ada yang menyadari keberadaan mereka." Jelas Nathan yang menyetujui perkataan Rayanza.

mereka semua hanya bisa mengangguk setuju.

"Oke, kami akan pergi. Apa kamu ingin seseorang disini?" Nathan menatap adiknya yang mengacuhkan mereka itu.

"Kecuali mereka berempat, jangan biarkan siapapun masuk." Ucap datar Rayanza.

Mereka yang mendengar itupun tertegun sejenak.

Transmigrasi: RAYANZA OR RYIANZA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang