BAB 54

24.6K 2.1K 212
                                    

Mereka semua berjalan dengan cepat menuju meja itu.

Pukkk

"Bang Vano!! Lo kemana aja sih?" Kafka menepuk bahu kiri orang itu dan bicara dengan sedih padanya.

Mereka sangat khawatir.

"Hm? Siapa?"orang itu berbalik dan menatap heran pada mereka.

Mereka semua yang melihat itu sedikit terkejut dan mulai merasa cemas kembali.

Itu...bukan Rayanza. Kemana dia pergi?

"Maaf, kami salah orang." Ucap Kafka pada orang itu.

Tidak menemukan Rayanza dimana pun, mereka semua kembali menuju bangsal Rayanza.

Sepertinya dia tidak ada di rumah sakit. Apa dia pergi keluar? Tapi kemana?

"Haiiss... dia akan membuat kita mati ketakutan seperti ini. Apa dia tidak bisa diam sebentar." Geram kesal Sagara. Apa yang kemaren belum cukup? Lukanya belum sembuh dan sekarang dia sudah pergi entah kemana.

"Apa dia pergi keluar?" Tanya Kafka.

"Sepertinya tidak, dilihat dari waktu dia hilang, sepertinya dia pergi pagi-pagi sekali. Dan tentu saja, tidak ada pasien yang boleh keluar pada jam seperti itu." Ucap Leo

Terutama Rayanza yang merupakan pasien darurat di ruang vip. Jadi, kemungkinan dia untuk bisa keluar dari rumah sakit sangat kecil.

Tapi, melihat sifat dan gaya Rayanza, bukan tidak mungkin dia sudah berada diluar rumah sakit saat ini.

"Arrgggg...awas aja kalo ketemu ama gw. Gw pukul sampe pingsan trus gw bawa ke pulau terpencil, gw rantai tangan ama kakinya. Gw kurung, gw kunci, disana aja seumur hidup." Geram Arka. Jika dia bisa, dia ingin melakukannya, tapi sayangnya, dia tidak bisa.

Jangan salahkan ketidak mampuannya, salahkan Rayanza yang terlalu menakutkan. Dia bahkan semakin menakutkan setelah melihat adegan berdarahnya kemaren.

"Heh, berani lo bawa abang gw? Gw patahin leher lo." Sarkas Zellyn pada Arka.

"Kenapa gw ngk berani? Masalah buat lo?" Julit Arka pada zellyn.

Mereka berdua terus berdebat sambil menuju bangsal Rayanza.

"Lo Arka kampret, gw udah lama ngk suka sama lo ya!! Jangan deket-deket sama bang Vano" sarkas Zellyn.

Sikembar R dan Shaka mengangguk setuju.

"Hello, lo cewek jelek yang 11 12 kek pantat dugong, lo siapa, jangan sok sok ngatur kita ya?" Keluar sudah makian maut Arka.

"Lo-"

"Apa? Mau gelut lo? Sini, gw ngk peduli mau lo cewek apa cowok ya. Dalam pertempuran, gender tak masuk hitungan." Arka menyingsingkan lengan bajunya sambil menatap jengkel pada Zellyn.

"Heh, lo pikir gw takut hah!!" Zellyn juga menyingsingkan lengan bajunya.

Mereka semua yang melihat itu hanya bisa menghela nafas lelah. Tidak ada hari tanpa perdebatan.

"Kalian ini, jangan bertengkar lagi. Kita harus cari bang Vano secepatnya." Ucap Leo menengahi mereka.

Arka dan Zellyn saling melotot ganas sebelum dengan kesal memalingkan wajah satu sama lain.

Mereka semua kembali berjalan dengan tenang menuju bangsal Rayanza.

"Gimana kalo kita liat ruang pengawas rumah sakit ini saja." Usul Qiana tiba-tiba.

Mereka semua yang mendengar itu terhenti sejenak dan menatap Qiana dengan tatapan yang.....

Kenapa mereka bisa melupakan ruang pengawas. Haiiiss waktu mereka habis hanya dengan berkeliling rumah sakit ini.

Transmigrasi: RAYANZA OR RYIANZA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang