BAB 74

19.2K 1.9K 360
                                    

"Bos, ada sesuatu yang aneh tiba-tiba berbunyi." Salah satu preman itu menyela perkataan bosnya dan langsung mengatakan apa yang dia dengar.

"Ck...apa yang aneh? Tidak ada suara apapun disini." Bos gendut itu menatap kesal pada anak buahnya yang mengganggu pidato kejamnya.

"Tidak! Bos, coba dengarkan baik-baik, mereka yang lainnya juga mendengarnya."

Mendengar itu, bos gendut dan mereka semua yang ada di sana terdiam hingga menjadi hening.

Tit

Tit

Tit

Itu dia, suara yang mereka dengar.

Bos gendut itu mengerutkan kening bingung dan menatap anak buahnya.

"Cari dimana asal suara itu. Temukan dengan cepat." Ucap panik bos gendut. Takutnya itu bom tersembunyi yang telah diletakkan pada mereka berlima oleh orang-orang yang juga menargetkan mereka.

"Bos, kita tidak bisa-"

Tit

Tit

Duaarrr

Duarrrr

Duarrr

Duarrr

Empat suara ledakkan kecil terdengar disertakan dengan kabut asap yang mulai mengganggu penglihatan mereka.

"Apa..uhukk...apa yang terjadi?" Bos gendut itu berdiri dan melihat sekitarnya yang penuh dengan asap tebal.

"Bos...uhuuk...bos dimana?"

"Uhhuk....uhukk...apa yang terjadi? Dari mana semua ini datang?"

"Bos, hati-hati dan-"

Dor

"Akhh!!"

Dor

"Akhh!!"

Semua preman : "....!!!!"

"Apa...apa yang terjadi? Siapa yang melajukan tembakan?" Bos gendut itu menatap kesekelilingnya dengan panik dan cemas.

"Bos, seseorang-"

Dor

"Akkhhh"

Satu tembakkan dan teriakkan kembali terdengar.

Mereka semua bahkan Erlangga dan yang lainnya diselimuti ketakutan serta rasa panik.

Apa? Apa yang terjadi? Siapa yang menembak? Siapa yang berteriak? Musuh atau teman?

"Gw harap itu seseorang yang datang nolong kita." Lisa melihat ke sekitarnya dengan teliti. Jangan sampai orang-orang itu melukai mereka terutama Shaka.

"Shaka, lo harus bertahan. Semuanya akan berakhir, kita akan pergi dari sini dan bawa lo kerumah sakit." Erlangga mencoba berbicara dengan Shaka.

Shaka, yang berada di pelukan mereka masih memiliki rasa sakit yang hebat pada kepalanya.

Dia mengangkat tangannya dengan susah payah untuk memegang tangan Evellyn.

"A-apa? Lo perlu apa? Lo mau ngomong sesuatu?" Gugup Evellyn saat merasakan tangan Shaka yang memegang tangannya.

Menundukkan kepalanya, Evellyn mendekatkan telinganya pada Shaka untuk mendengar apa yang dia katakan.

"G-Gevano....m-mana? G-Gevano m-mana L-Llyn?" Ucap Shaka terbata-bata. Dia berusaha sekuat mungkin untuk berbicara dengan nya.

Mendengar itu, mata Evellyn kembali berkaca-kaca.

"T-tenang, k-kita hubungin dia nanti. L-lo pasti ketemu sama dia nanti. Karena itu, lo harus sadar sampe lo ketemu sama adek lo." Jelas Evellyn terbata-bata. Dia tidak kuat melihat temannya seperti ini.

Transmigrasi: RAYANZA OR RYIANZA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang