Dan sekarang, di lantai tiga dimana kamar Rayanza berada.
Dia saat ini berjalan dengan malas menuju kamarnya. Pikirannya hanya di penuhi dengan, kasur empuk, bantal, selimut hangat.
Hingga tepat saat Rayanza ingin membuka pintu kamarnya, sebuah tangan dengan cepat mencengkram tangannya dan merematnya dengan kuat.
Rayanza mengerutkan keningnya dan mendongakkan kepalanya dengan mata dingin yang siap menyerang siapapun.
Sedikit keterkejutan Melintang di mata Rayanza.
Apa? Kenapa dia ada di sini? Kenapa Gibran ada di sini?
Itu benar, dia adalah Gibran yang menahan tangan Rayanza.
"Lo butuh sesuatu?" Tanya datar Rayanza.
"Apa yang terjadi?" Tanya Gibran dengan wajah yang dingin tapi memiliki sedikit rasa khawatir pada nada suaranya.
Rayanza semakin mengerutkan keningnya saat mendengar apa yang di ucapkan gibran.
"Apa?" Kenapa dia tiba-tiba bertanya seperti itu.
"Apa yang terjadi selama ini? Apa yang sebenarnya terjadi? Gw udah nyari lo kemana-mana, gw udah nyari lo ketempat itu tapi lo ngk ada! Lo ngk ada!!" Ucap Gibran dengan sedikit menggebu-gebu.
"Lepas" Rayanza menatap dingin pada Gibran yang jelas sangat aneh. Apa dia salah minum obat?
"Gw bilang lepas." Ulangnya.
"Ngk akan! Gw udah cari lo salama ini, lima tahun, lima tahun lebih gw cari lo kesana-kemari. Dan sekarang, gw akhirnya udah ketemu sama lo.....sama pahlawan kecil gw."
Gibran semakin aneh, tidak hanya dia yang tidak bersikap dingin seperti biasanya, tapi juga emosinya yang jelas di luar kendalinya sendiri.
Sedih, senang, kecewa dan kesal, semua emosi itu jelas terlihat pada wajah Gibran.
Hal ini semakin membuat Rayanza tak mengerti, apa yang sebenarnya terjadi? Apa yang dia katakan?
"Lo mungkin salah orang. Gw ngk tau apa yang lo maksud. Jadi lepasin tangan gw."
Rayanza mencengkram tangan Gibran dengan tangannya yang satunya lagi. Dia mencoba melepaskan cengkraman Gibran dari tangannya.
Bukannya lepas, Cengkraman Gibran Justru semakin kuat.
"Gw bilang lep-" perkataan Rayanza terhenti saat melihat tatapan Gibran yang penuh dengan amarah dan kebencian.
Apa? Kenapa dia menatapnya seperti itu?
"Apa? Lo ngk inget sama gw? Lo ngk inget semua yang terjadi? Lo-"
Rayanza dengan paksa melepaskan cengkraman Gibran, membuat dia berhenti bicara.
Gibran masih menatap tak percaya pada Rayanza. sedih, marah dan kecewa terpampang jelas di mata Gibran. Dia menatap Rayanza dengan semua keluhan di matanya.
Rayanza tak peduli, dia menatap gibran dengan sangat-sangat dingin.
"Lo kenapa sialan? Ngomong yang jelas! Lo kayak gini bikin gw sakit kepala."
Dia benar-benar tidak mengerti apa yang terjadi! Kenapa dia menjadi tak jelas seperti ini!?
"Tenangin diri lo dulu, Jangan malah ngk jelas kek gini. Kalo lo udah tenang, baru ngomong sama gw, tapi ngk sekarang! Gw capek, jadi tolong pergi dan jangan ganggu gw." Rayanza masuk dan menutup pintu kamarnya meninggalkan Gibran yang masih berdiri diam dengan perasaan yang kacau.
Gibran menatap pintu kamar Rayanza dengan kerumitan tersembunyi di balik matanya.
Dia berdiri di sana hingga 30 menit lebih sebelum kembali ke lantai bawah tempat Shaka dan yang lainnya berada.
KAMU SEDANG MEMBACA
Transmigrasi: RAYANZA OR RYIANZA [END]
Novela Juveniltransmigrasi jadi imut ✖️ Transmigrasi seperti mayat hidup ✔️ Ryianza seorang pria dewasa berusia 25 thn Bertransmigrasi kejiwa seorang remaja SMA. Bagaimana sikap ryianza saat mengtahui raga yang ditempatinya memiliki nasib yang tidak jauh berbed...