Sagara, Arka, Kafka dan Leo dengan cepat menoleh kebelakang dengan air mata yang telah membasahi wajah mereka.
"Hiks..hiks..bang, lo-" perkataan Kafka terhenti dengan raut wajah serta tatapan yang terpelongo bodoh.
Bukan hanya dia, tapi Sagara, Arka dan Leo bahkan Juan juga terdiam menatap Rayanza.
Mereka berempat yang awalnya ingin menangis harus tak jadi bersuara, air mata yang awalnya terjatuh kembali naik menatap Rayanza yang saat ini berpenampilan diluar prediksi BMKG.
Bahkan Juan, yang menikmati permennya juga terpelongo tak percaya, dia bahkan menjatuhkan permennya menatap sang tuan yang sangat-sangat diluar nalar ketampanan.
Bagaimana tidak, ini bukan gaya biasa seorang Rayanza yang terkenal malas bergerak dan tidak ingin repot.
Bukan pakaian kasual atau santai seperti biasnya yang selalu menunjukan pesona sederhana dan tampannya yang ringan.
Kali ini dia justru mengenakan pakaian formal seperti seorang ceo besar, yang berbanding terbalik saat dia mengenakan pakaian santainya.
Jika sebelumnya dia memiliki ketampanan dan gaya pakaian yang ringan dan santai, maka sekarang berbanding terbalik.
Visualnya yang tinggi dan pakaian yang sangat mendukung dengannya memberikan kesan yang tajam dan kuat.
Dia mengenakan celana hitam panjang, dengan kemeja putih dan dasi hitam legam yang terpasang sempurna.
Hanya kemeja putih biasa tanpa jas sama sekali. Tapi itulah yang membuatnya lebih dari apapun.
Tentu saja, Sagara, Arka, Kafka dan Leo yang disuguhi oleh pemandangan langka seperti ini tidak punya waktu untuk menangis.
Siapa yang ingin menangis dan merusak kesempatan menguntungkan seperti ini.
Juan, yang masih memegang handphonenya tanpa sadar mengarahkannya pada Rayanza.
Dia berniat ingin memfoto nya diam-diam, tapi siapa yang tau, flash handphonenya menyala, Membuat Rayanza menatapnya dengan bingung.
Meski begitu, dia tidak menghindari tatapannya atau mengelak. Justru sebaliknya, dia terus menatapnya dengan rona merah diwajahnya.
Bahkan malu sekali pun tidak akan menghentikannya untuk menatap ketampanan langka seperti tuannya ini.
Keempat curut yang melihat itu juga tak mau kalah, mereka mengeluarkan handphone mereka dan mulai memotretnya.
Bahkan mereka mendekat dan mencari sudut yang tepat.
Melupakan kesedihan tadi, mereka bergerak kesana-kesini membuat Rayanza menjadi kesal sendiri.
Dia mengeluarkan belatinya dan menunjuk mereka satu-persatu.
"Bergerak lagi, kaki kalian gw potong." Ancamnya yang langsung membuat mereka berlima langsung berdiri rapi ala-ala tentara.
'bahkan setelah ganti penampilan pun lo masih ngk lupa sama pisau sialan lo itu ya.' batin sedih sagara menatap belati Rayanza.
'bang, lo udah kayak doraemon sumpah, demi sempak Kafkanjing, semuanya ada di baju lo.' frustasi Arka.
'bang Vano memang keren. Juan juga mau tiba-tiba ngeluarin senjata kek gitu.' batin kagum Juan.
'fotonya masih kurang, harus ngambil beberapa kali lagi.' batin Leo penuh ambisi.
'gw lupa apa yang mau gw omongin. Ternyata bener kata orang, Kecantikan dan ketampanan seseorang itu memang dosa yang paling berat.' batin Kafka.
"Bang, lo mau kemana? Lo ngk mungkin pergi kencan buta kan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Transmigrasi: RAYANZA OR RYIANZA [END]
Ficção Adolescentetransmigrasi jadi imut ✖️ Transmigrasi seperti mayat hidup ✔️ Ryianza seorang pria dewasa berusia 25 thn Bertransmigrasi kejiwa seorang remaja SMA. Bagaimana sikap ryianza saat mengtahui raga yang ditempatinya memiliki nasib yang tidak jauh berbed...