Rayanza yang mendengar itu pun tersenyum miring pada Vania.
"Heh, satu lagi orang yang otaknya hilang entah kemana." Dingin Rayanza.
"Vano, kamu tidak boleh berbicara seperti itu pada bibi mu sendiri." Ariana menatap Rayanza dengan sedih.
Rayanza tak mendengarkan perkataan Ariana, dia terus menatap dingin pada Vania dan Roderick.
"Heh, benar-benar sudah tua. Biar saya ingatkan kembali pada kalian semua yang otaknya dimakan babi itu." Jika sudah seperti ini, Rayanza akan mengucapkan kata-kata kasarnya tanpa hambatan sama sekali.
Tidak mengenal usia ataupun gender, dia akan mengatakan kata-kata savage nya tanpa pandang bulu.
"Anda melahirkan saya, dan hanya sampai disitu tugas anda sebagai orang tua. Bahkan nama saya sendiri adalah pilihan pembantu dimansion itu. Kalian sama seperti Bimantara itu, otak kalian sudah dimakan oleh keinginan akan kesuksesan dan martabat hingga melupakan keluarga sendiri."
"Kalian sendiri yang merusak moral anak-anak kalian. Oke....waktu itu adalah masa dimana kalian terdesak oleh kebangkrutan dan kehancuran keluarga Mahendra yang membuat otak kalian sempit sehingga membenci anak kalian sendiri. Tapi itu semua adalah cobaan kalian, tidak ada hubungannya dengan bayi yang kalian kandung, tidak ada hubungannya dengan bayi yang kalian lahir kan." Rayanza mulai emosi saat ini. Dia menatap keempat orang itu dengan dingin.
"Dengar sialan, jika kalian semua membenci kehadiran gw. Kalian cukup ngusir gw dari mansion itu, gw juga ngk betah tinggal dengan hama seperti kalian."
"Jangankan Bimantara itu, Bahkan kalian lebih tak berarti di mata gw, jika bukan karena 'dia' kalian sudah lenyap di dunia ini."
Rayanza mulai diliputi oleh perasaan Rayanza asli. Dia mencengkram kuat kepalanya yang sakit karena beberapa ingatan Rayanza yang tiba-tiba muncul.
"V-vano, kamu harus tenang." Ariana menatap khawatir pada Rayanza.
"Diam!! Ingat ini baik-baik sialan. Gw bukan orang yang bisa kalian atur ataupun paksa sesuai keinginan kalian. Hidup gw adalah milik gw sendiri. Tidak ada yang bisa memaksa ataupun ngatur-ngatur gw, bahkan kalian." Rayanza menatap mereka dengan raut wajah sedih, benci, marah dan kosong. Semua ekspresi bercampur diwajah Rayanza.
'jangan sekarang sialan, lo nyusahin gw Rayanza kampret.' Batin Rayanza yang semakin merasakan sakit pada kepalanya. Kepalanya terasa panas akan meledak.
Perasaan dan emosinya terpengaruh oleh ingatan Rayanza asli. Dia ingin marah, menangis, berteriak, bahkan tertawa secara bersamaan saat ini. Sial! Rayanza asli sangat-sangat menyusahkan.
"AARRGGHH"
Prraangg
Baang
Braakk
Rayanza yang terpengaruh oleh emosi Rayanza asli pun menghempaskan semua barang yang ada atas meja dekat ranjangnya itu.
"Bang Vano! Lo kenapa?" Mereka semua yang awalnya diluar pun sontak berlari kedalam saat mendengar suara teriakan Rayanza dan benda jatuh dari dalam ruangan itu.
Dan dapat mereka lihat, Rayanza, dengan raut wajah yang kesakitan, lelah, benci, marah dan segala emosi negatif terpampang di wajahnya itu.
Rayanza sudah turun dari ranjangnya. Dia meremat kepalanya dengan kuat sambil menatap benci pada para pasangan itu.
"Katakan sialan! Menurut kalian kenapa gw bisa seperti ini!? Jika bukan karena kalian, keluarga brengsek yang merusak gw hingga seperti ini." Rayanza semkin meremat kepalanya dengan kuat. Dia bahkan merematnya dengan kedua tangannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Transmigrasi: RAYANZA OR RYIANZA [END]
Fiksi Remajatransmigrasi jadi imut ✖️ Transmigrasi seperti mayat hidup ✔️ Ryianza seorang pria dewasa berusia 25 thn Bertransmigrasi kejiwa seorang remaja SMA. Bagaimana sikap ryianza saat mengtahui raga yang ditempatinya memiliki nasib yang tidak jauh berbed...