Dia tersenyum, menatap orang-orang yang masih berdiskusi tak jauh darinya.
Dia perlahan-lahan bangkit dan menatap tubuhnya yang berantakan.
Meregangkan tubuhnya, dia mendekati mereka dari belakang dan-
Kreeaakkk
Memutar salah satu kepala mereka hingga terdengar retakan tulang.
Situasi yang tiba-tiba itu membuat sembilan preman yang tersisa menatap tak percaya pada teman mereka yang telah meregang nyawa dalam hitungan detik.
Mereka semua menatap Rayanza dengan penuh ketakutan.
"A-apa...pembunuhan, beraninya bocah ingusan seperti mu membunuh disini." Ucapnya dengan keberanian yang dipaksakan.
Mereka semua dengan cepat mengambil kayu dan batu tadi, lalu mengarahkannya pada Rayanza.
Rayanza tak takut, dia justru tersenyum dengan tatapan yang haus akan darah.
Detik itu juga, dia berlari menuju mereka, merebut kayu mereka dan menusuk mereka sampai mati.
Dia juga merebut batunya dan menghancurkan setiap tulang mereka, dengan kepala yang berakhir 'sedikit' hancur.
Baru setelah semua orang berakhir tak bernyawa, dia berdiri dan berjalan menuju tasnya.
Mengambil semua buku dan barang-barangnya yang berserakan.
Dia juga mengambil dompet dan kartunya yang berceceran ternoda darah.
Baru setelah semuanya terkumpul, dia merampas handphone salah satu dari mereka dan menghubungi mansion Mahendra.
"Semua yang gw ajarin cuman jadi hal ngk berguna di tangan lo. Terlalu sibuk sama pemikiran sendiri sampe lupa apa yang gw ajarin, bener-bener bocah pembuat masalah." Monolognya sambil menatap perutnya sendiri.
Dia berjalan hingga menuju halte bus yang tak jauh didepannya, duduk disana dan menanti jemputan.
"Untung gw bisa keluar, kalo ngk, lo beneran mati kali ini."
Jika sudah seperti ini, sudah di pastikan bahwa itu adalah Ryianza.
Gaya bertarung yang kejam tanpa kenal ampun, serta perkataan menghinanya yang menusuk, benar-benar ciri khas Ryianza.
"Kali ini gw bantu, tapi ngk ada waktu berikutnya. Lo benar-benar ngeganggu waktu santai gw, padahal gw lagi mancing, kalo bukan karena lo, gw pasti udah dapet banyak ikan."
Tin
Tin
Suara klakson mobil itu membuat Ryianza berhenti bicara. Dia menatap mobil yang semakin mendekat kearahnya.
Dan yang keluar adalah Ivan, dia masih memiliki satu misi, yaitu menjaga Mahendra, berdiri disisi Nathan dan melindunginya.
dia keluar dengan wajah terkejut dan khawatir saat melihat noda darah di tubuhnya.
"T-Tuan, anda terluka, kita...kita harus kerumah sakit. Luka anda pasti-"
"Bukan darah gw, ayo pergi, suruh seseorang buat beresin sampah di sana. Tubuh gw jadi kotor gara-gara mereka." Sela Ryianza yang langsung masuk ke mobil.
"Apa anda yakin? Bagaimana jika-"
"Ivan, gw ngk tau lo secerewet ini. Gw bilang gapapa berarti gapapa. Atau lo mau gw buka baju sekarang dan ngeliatin tubuh gw sama lo?"
Ivan dengan cepat menggelengkan kepala panik, dia tidak berani melihat tubuhnya.
"K-kita pulang sekarang."
KAMU SEDANG MEMBACA
Transmigrasi: RAYANZA OR RYIANZA [END]
Fiksi Remajatransmigrasi jadi imut ✖️ Transmigrasi seperti mayat hidup ✔️ Ryianza seorang pria dewasa berusia 25 thn Bertransmigrasi kejiwa seorang remaja SMA. Bagaimana sikap ryianza saat mengtahui raga yang ditempatinya memiliki nasib yang tidak jauh berbed...