BAB 78

19.4K 2.2K 1K
                                    

Dia, Gevano Rayanza sedang bertarung di markas musuhnya hanya dengan bermodalkan pisau dan pistol biasa.

Melawan puluhan atau bahkan ratusan orang hanya dengan mereka berdua, yaitu Rayanza dan Ivan.

Itu di mulai saat acara makan 'malam' mereka selesai. Rayanza langsung menyeret si tua bangka Luther dan menyiksanya hingga mengatakan di mana markas mereka berada.

Dia menghabiskan 1 jam waktu penyiksaan untuk membuat dia mengaku sepenuhnya.

Dan disinilah dia sekarang, di pinggiran kota yang lebih tepatnya di hutan sunyi, sepi yang terdapat sebuah bangunan besar terbengkalai.

Jangan lihat dari penampakan luarnya yang usang dan kotor, di dalamnya cukup bersih dan mewah. Sepertinya mereka menjadikan bangunan ini sebagai kamuflase untuk keberadaan mereka sendiri.

Tapi tidak lagi untuk seterusnya, karena sekarang tempat itu sudah sangat kacau dan berantakkan. Banyak mayat dan darah mengotori bangunan itu.

Ratusan orang melawan dua orang, lebih tepatnya mungkin hanya Rayanza.

Karena tugas Ivan hanya sebagai sniper dari luar bangunan. Melindungi Rayanza dari musuh yang datang tiba-tiba.

Alhasil, sejak Rayanza masuk hingga sekarang, dia baru menembakkan dua anak peluru. Pertama karena kecerobohannya dalam mengamati, kedua karena dia yang terlalu meremehkan Rayanza.

Dia pikir Rayanza lengah, jadi dia menembaki nya, alhasil dia melihat belati Rayanza sudah lebih dulu menembus leher orang itu sebelum pelurunya menyentuh kepala target.

Sekarang sudah pukul 17.50, sudah tiga jam lebih dia sudah berada di dalam sana sejak mereka sampai di sini.

Didalam bangunan itu, dimana Rayanza bertarung dengan cukup keras dan brutal. Dia sudah membantai puluhan orang hanya dengan kedua belati yang ada di tangannya.

Bangunan ini memiliki tiga lantai, dan bos terakhir berada di lantai atas mengamati setiap pertempuran Rayanza.

Rayanza juga tak mau kalah, dia terus melompat, memukul, menendang dan menusukkan pisaunya.

Seperti biasa, tubuh dan wajahnya sudah penuh dengan darah kotor. Topi dan topengnya masih aman, tidak lepas sama sekali.

Tapi jangan pikir dia tidak memiliki luka di tubuhnya. Dia itu juga manusia, musuh yang dia lawan juga bukan kucing pengecut.

Orang-orang itu membawa semua senjata yang mereka miliki untuk menghabisi Rayanza, bahkan pistol dan sniper tersembunyi ada di dalam bangunan itu.

Tentu saja sniper adalah hal paling berbahaya karena dia yang menyerang didalam kegelapan. Jadi, sebelum memasuki ruangan ini, Rayanza sudah menghabisi mereka dengan dua goresan timah pada pada bahu dan wajahnya sebagai hadiah para sniper itu.

Luka sayatan pisau, tusukan, lebam, memar juga ada pada tubuhnya. Bahkan orang-orang itu memiliki cambuk yang dilengkapi dengan besi tajam yang melilitnya, membuat tubuh Rayanza tergores untuk yang kesekian kalinya.

Tapi dia juga bukan seekor kucing, dia menggunakan pistol dan belati di kedua tangannya.

Dan sekarang, dia menatap lurus kedepan pada orang-orang yang masih berdatangan itu.

Di belakangnya dipenuhi dengan mayat yang gelimang darah, sedangkan di depannya dipenuhi dengan mangsa hidup yang berdatangan.

Orang-orang itu menatap ngeri pada sosok misterius didepan mereka. Dia sudah menghabisi orang-orang mereka sebanyak ini dan dia masih belum juga lelah dan tersudut.

"Siapa yang mengirim mu ke sini?" Salah satu orang itu berbicara pada Rayanza.

"Katakan!! Jika tidak, ini akan menjadi tempat terakhir mu di dunia ini."

Transmigrasi: RAYANZA OR RYIANZA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang