BAB 89

21.3K 2.2K 978
                                    

Disisi lain, disebuah gedung terbengkalai, lebih tepatnya pada lantai bawah tanah yang berada di pinggiran kota.

Rayanza, 'monster' yang kabur dengan pakaian rumah sakit saat ini sedang duduk manis dengan kursi kayu sambil menatap pemandangan menyenangkan didepannya.

Gedung ini tidak akan pernah terlacak atau ditemukan oleh para keluarga bodoh itu.

Ini adalah gedung terbengkalai yang tak terurus karena pemiliknya yang bangkrut.

Gedung ini memiliki ruang bawah tanah yang di buat oleh pemilik lama. Dia pikir pemilik gedung ini pasti bajingan brengsek yang pantas mati hingga ribuan kali tidak akan cukup untuknya.

Ruangan bawah tanah yang dia rancang seperti sebuah penjara, mekanisme untuk membukanya juga sangat sulit ditemukan, bahkan jika ditemukan juga akan rumit untuk membukanya.

Tempat ini dirancang seperti tempat kurungan, bahkan ada rantai hingga kursi penghakiman yang penuh dengan benda-benda penyiksaan.

Bahkan alat-alat pemuas nafsu ada disini. Sepertinya dia ingin menjadikan tempat ini sebagai jual beli budak wanita.

Yah, dia juga sedikit berterima kasih karena ada tempat seperti ini.

Tak jauh dari tempat Rayanza berada, Ivan dan Juan berdiri menatapnya dengan bodoh dan kosong.

"Bang, ini udah tiga bulan ya? Kenapa rasanya baru tadi pagi kita nganter tuan ke rumah sakit?" Juan menatap Rayanza dengan polos.

"Emm...sepertinya memang tadi pagi. Abang rasa kita juga baru hari ini keluar dari gedung neraka itu." Balasnya.

Juan mendekat dan menggenggam tangan Ivan dengan erat.

"Bang, Tuan itu bukan manusia ya? Kenapa dia udah keluar dari rumah sakit? Bahkan belum sampe satu hari dia dirawat disana."

Ivan tak dapat mengatakan apapun. Dia hanya bisa menatap ke depan pada tuannya yang duduk tenang dengan pakaian rumah sakit.

Meskipun wajahnya masih pucat, tidak ada sedikitpun kesan lemah dan sakit yang dia keluarkan.

Bahkan ada kesan bahwa dia adalah bos bahkan pemimpin sebenarnya.

"Ayo pergi, kamu tidak bisa melihatnya. Kamu masih kecil." Ivan menarik adiknya untuk pergi dari ruang bawah tanah itu, meninggalkan Rayanza yang masih duduk diam entah apa yang dia lihat.

Setelah kepergian mereka, Rayanza tersenyum miring dengan tangan yang disilangkan dan satu kaki yang menghimpit kaki lainnya.

Didepannya, dibalik pagar besi itu, Gracia di rantai layaknya seekor anjing.

Cia menatap sedih penuh air mata pada Rayanza.

"Hiks..lepas..hiks...kenapa..hiks..kenapa bang Vano lakuin ini..hiks...sama Cia..hiks...Cia ngk salah apa-apa..hiks...Bang Vano..hiks...ngk boleh kehasut sama omongan Kafka...hiks..dia benci sama Cia makanya dia fitnah Cia..hiks.."

Rayanza menatap dingin pada Cia yang tiba-tiba membawa nama Kafka.

Dia menjadi marah dan kesal mengingat para bocah brengasek yang masih berbaring dirumah sakit.

berjalan mendekati Cia.

Dia setengah berlutut dan menjambak rambutnya dengan kuat, memaksanya untuk melihat ke atas.

"Ughh..sakit..lepas..hiks..lepas...hiks sa-AHKHH" Teriak Cia saat Rayanza semakin menarik kuat rambutnya.

Rayanza tak melepaskannya untuk waktu yang lama. Hingga beberapa menit kemudian, Cia menghela nafas lega karena melihat Rayanza yang akhirnya melepaskannya.

Transmigrasi: RAYANZA OR RYIANZA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang